Dua minggu bersekolah di tempat baru ternyata tidak seburuk itu mengingat dirinya sudah dikenali oleh para sahabatnya. Mereka semakin mengakrabkan diri, mengulang semua dari awal. Renjun cukup senang, setidaknya apa yang pernah menghilang kini kembali lagi.
Kasih sayang orang terdekatnya kini makin banyak, dan Renjun tak dapat memungkiri bahwasanya dia sangat gembira.
Segembira-gembiranya Renjun, kurang rasanya juga, jika tidak mengenai saudara tidak sedarahnya; Kun. Gegenya itu, tadi pagi kepergok olehnya sedang berteleponan dengan seseorang yang tidak Renjun kenal. Berteleponan secara bersembunyi, seakan Kun takut Renjun mengetahui sesuatu darinya.
Saat Renjun mendapatkan semburat merah di sekitar pipi bagian atas, serta kuping yang memerah juga, Renjun tertawa—cukup kencang hingga membuat obrolan mengasyikan Kun harus dihentikan, karena dirinya tidak ingin adiknya mengetahui lebih jauh sosok orang yang berada di sambungan telepon.
"Woah, aku rasa ada yang kau sembunyikan, Ge?" sebelah sudut bibir Renjun terangkat, menatap gegenya dengan remeh. Tangannya di lipat di dada. Kun yang melihat adiknya ada di depan pintu menjadi salah tingkah. Astaga.. Kun sudah kepergok telak dengan Renjun!
"Jadi.. siapa namanya?" Renjun memainkan alisnya, naik turun dengan ekspresi wajah menjengkelkan.
Kun menghela napas. Keduanya benar-benar seperti memiliki ikatan, tidak ada yang bisa disembunyikan satu sama lainnya. Daripada Renjun berpikiran yang macam-macam, lebih baik dia menjelaskannya, kan?
"Dia, Yuqi. Salah satu pegawaiku di kedai dekat sekolahmu. Tadi dia sedikit menceritakan hal lucu.. jadi, ya, begitu.." Kun semakin salah tingkah, Renjun hanya dapat terkikik geli. Renjun yakin, cerita Kun barusan barulah sebagian, belum semuanya.
"Baiklah, baiklah. Aku akan 'mencoba' mempercayaimu," Renjun tergelak saat Kun menampilkan raut wajah masamnya.
➖🔹➖
"Hai, Injunie~"
Renjun tersentak tatkala Jaemin tiba-tiba datang dan merangkul pundaknya. Sapaan pemuda itu yang kelewat ceria, membuatnya sedikit mengerutkan kening—well, seharusnya dia tidak perlu seperti itu sebab bagaimanapun, Jaemin tampak gembira, ya, karena dirinya yang sudah mau mengakui keberadaannya. Namun Renjun yang memang nyatanya tidak terlalu peka hanya dapat menatap Jaemin penuh selidik—juga risih saat beberapa pasang mata menatap mereka.
Heol, seperti apa yang telah dikatakan, Jaemin bersama keenam lelaki lainnya merupakan lelaki idaman dan dambaan semua siswa/i di sana, maka tak heran jikalau interaksi kedua lelaki itu cukup menarik perhatian murid lain, karena bagaimanapun, yang mereka tahu ialah Jaemin merupakan kekasih Jeno—lalu ada apa gerangan dengan murid pindahan baru itu? Yang dapat dengan mudah masuk ke dalam lingkup pertemanan keenam murid populer sekolah?
Opini negatif mulai bermunculan, meskipun begitu, yang positif tetap ada. Pemikiran bahwa Renjun yang kerap kali dekat dengan salah satu pasangan-pasangan di sana—baik itu Jeno, Jaemin, Mark ataupun Haechan, membuat semua orang berspekulasi bahwa dialah orang ketiga di antara kedua hubungan legendaris itu.
Bagaimana pun, dua tahun cukup sudah membuat semua murid di sana beranggapan baik antara Jeno dan Jaemin serta Mark dan Haechan memiliki hubungan khusus, lalu datang seorang asing yang dengan mudah berganti—masuk ke dalam lingkaran yang tidak dapat sembarang orang masuk di sana. Jadi, tidak heran spekulasi tak berdasar banyak tersebar dan hangat dibicarakan, bukan?
Pendapat lain pun muncul, cukup baik, meskipun mereka tidak kenal dengan Renjun atau mengetahui yang sesungguhnya. Beranggapan bahwa Renjun merupakan teman dari keempat—atau mungkin keenam lelaki itu, maka dari itu Renjun dapat dengan mudah masuk ke dalam lingkupnya. Atau, ya, pendapat lain beranggapan bahwa Renjun merupakan salah satu saudara mereka. Kebangsaan yang dimilikinya, membuat orang-orang yang berspekulasi demikian mengira Renjun sepupu Chenle, namun kerap kali mereka seakan menegak ludah sendiri saat melihat interaksi Renjun dan Chenle yang tidak dalam kondisi baik. Keduanya tampak seperti musuh bebuyutan yang kerap kali melempar tatapan siap membunuh satu sama lain.
"Kau mau?" Renjun menyodorkan bekal yang ia miliki—bekal yang dibuat oleh Kun ge untuknya, karena Renjun yang mengatakan tak sempat untuk sarapan di rumah, dikarenakan pula dia harus terburu datang ke sekolah untuk piket kelas. Dia mengambil jadwal pagi agar sore nanti dapat pulang lebih awal. Dia ingin mampir ke toko buku sebentar sebelum sampai di rumah dan berleha.
Jaemin tersenyum—bahkan kelewat lebar—saat Renjun menyodorkan bekal berwarna biru berisikan nasi goreng kimchi yang tampak menggugah selera. Dari aromanya saja sudah sangat harum dan terasa enak, membuat lidahnya tak sabar untuk menari-nari saat sesendok demi sendok makanan di depannya itu masuk ke dalam mulutnya. "Tentu!"
Renjun mengeluarkan sendok, lalu meraup nasi yang berada di sana. Menyodorkannya kepada Jaemin, membuat lelaki itu membelalakkan matanya—cukup terkejut saat Renjun hendak menyuapinya. "Aku hanya bawa satu, dan, ya.. jadi, kau mau tidak? Aku lapar asal kau tahu," Renjun menatap malas Jaemin yang masih terdiam. Merasa si 'idiot' itu bertingkah aneh, ia berpikir lebih baik dia menyuapkan terlebih dahulu nasi itu ke dalam mulutnya. Persetan dengan Jaemin yang masih terdiam dengan mata terbelalak.
"Aaa—" Jaemin membuka mulutnya lebar-lebar, menantikan sesendok nasi masuk ke mulutnya. Dia sudah tersadar dari keterkejutannya, maka dari itu reaksinya barusan cukup membuat Renjun mengeryitkan dahi heran.
Ternyata sahabat-sahabatnya cukup aneh, ya?
➖🔹➖
"Kau sudah dengar kabarnya? Dia dan timnya, katanya menang dalam pertandingan kali ini. Woah, aku tidak sabar meminta traktiran lelaki itu!"
Mark terkekeh. Perihal makan itu Haechan nomor satu, maka tak heran saat anak itu terlihat menggebu-gebu membicarakan dia yang sudah berjanji akan mengajak mereka semua ke restoran bergaya Cina-Eropa yang baru saja buka kemarin. Sebenarnya, usul pergi ke restoran tersebut ialah punya Haechan—karena, heol, dia masih berada di luar negeri dan tentu tidak akan mengetahui perihal semacam itu; restoran yang baru saja buka.
Haechan kata restoran tersebut sangat indah dekorasinya. Elegan dan menenangkan—oh, of course, ya. Menu masakannya sangat beragam, tidak hanya Cina dan Eropa, melainkan hampir seluruh masakan di dunia mereka akan menyanggupi untuk membuatnya. Perihal rasa jangan ditanya—para orang kalangan atas yang membeli, sudah merupakan salah satu hal yang tanpa harus dideksripsikan, berarti rasanya tak main-main, 'kan? Harganya saja selangit, pastinya, rasanya juga akan membawa kita 'seakan' berada di langit, 'kan?
Haechan bukannya tak mampu, hanya saja—jika ada yang berniat mentlaktir, tidak baik menolak, 'kan?
-To Be Continued-
KAMU SEDANG MEMBACA
ₐₙₜₐᵣₐ ☑️
RandomRenjun yang merasa dirinya hanyalah seorang penghalang antara hubungan "khusus" sahabat-sahabatnya, kini memutuskan untuk menjauh. Mencoba merelakan walau nyatanya sangat menyakitkan. 16 April sampai 15 Mei 2020 ©Njunieyoo