|11| Semua Pun Akhirnya Tahu

6.1K 761 43
                                    

"Arghh! Mereka memang benar-benar sialan!" Jaemin menggeram. Seluruh tubuhnya terasa remuk semua dan dia yakin ketiga kelima temannya yang lain pun sama. Apalagi Jeno dan Haechan, yang biang keladi dari bonyoknya wajah tampan Jaemin.

"Lihat saja kau Hyunjin. Aku akan benar-benar menghabiskan kalian!" Jaemin menendang kuat-kuat tong sampah di sisi kirinya, melupakan kakinya yang terkilir dan ngilu bukan main.

Setelahnya dia meringis merasakan nyeri di pergelangan kakinya yang baru saja menendang tong dengan sangat bertenaga—meskipun tenaganya sudah tak seperti semula. Berkelahi dengan Hyunjin dan kawan-kawannya membuat energi dirinya hampir habis. Dan dia rasa pun sang lawan demikian.

"Sshh... Tong sialan!" Jaemin hendak bangkit, namun pergelangan kakinya masih terasa ngilu mengharuskannya terduduk di lantai dingin, di depan ruang seni.

Renjun memperhatikan semuanya. Di mulai dari pemuda itu menggeram kesal dan Renjun hanya dapat diam beberapa langkah di belakang Jaemin, tanpa ada niatan membantu.

Tidak, tidak. Sebenarnya ada, hanya saja dia terlalu takut.

Dan tanpa pemuda itu ketahui pun, Jaemin sebenarnya merasakan kehadiran seseorang yang seakn menguntitnya. Dia hendak bangkit dan menghajar orang lancang itu yang telah berani mengikutinya, namun ia urungkan mengingat kondisinya yang jauh dari kata baik-baik saja.

"Ini tidak ada pilihan lain lagi. Orang sialan itu—yang sudah menguntitku harus membantuku! Bagaimana pun caranya, persetan dengan harga diri. Saat ini dirimu tengah benar-benar seperti orang idiot tidak berdaya, Na!"

Renjun tersentak. Tubuhnya kaku saat lagi-lagi kedua obsidiannya bersitatap dengan obsidian tajam Jaemin.

Renjun yang terkejut, pun ternyata Jaemin demikian. Yang menguntitnya orang yang selama ini menghindarinya—haruskah Jaemin bergembira? Atau tertawa terbahak-bahak?

Jaemin memilih obsi lain daripada kedua pilihan di atas. Dia menghela napas lelah, lalu kembali menatap Renjun yang masih berdiri kaku di tempatnya. "Apakah kau hanya akan diam di sana, Injunie? Tidakkah kau berniat—"

"TIDAK!" jawaban yang terlampau cepat dan kencang itu membuat Jaemin mengeryit. Apalagi saat mendapati pemuda itu berlari berbalik arah, benar-benar meninggalkan Jaemin yang tak berdaya.

Astaga... Jaemin malu, karena kali ini anggotanya kalah dari anggota sebelah. Apalagi teman-teman sekelasnya mendapatkan dirinya dengan keadaan yang sangat mengenaskan. Jikalau saja tidak ada hal penting di tasnya, dia pun tak sudi kembali ke kelas hanya untuk mengambil sebuah ransel tak berguna.

"Uhm, aku—baiklah, mari kubantu."

Jaemin tidak tahu dan tidak merasakan sedikitpun kehadiran Renjun yang telah menjulurkan tangannya. Dia kira Renjun aka benar-benar meninggalkannya, rupanya tidak. Pemuda itu kembali, dengan pipi memerah lucu.

Tolong ingatkan Jaemin untuk mengatakan ini kepada Jeno nanti. Hm, lebih tepatnya memamerkannya.

➖➖🔸

Rumah Jeno sekarang dijadikan markas keenam remaja yang baru saja selesai berkelahi. Tidak ada siapa-siapa di rumah itu, membuat semuanya tak perlu repot menghadapi oara orang tua yang mencemaskan keadaan mereka. Apalagi orang tua Chenle yang super protective. Bisa-bisa mereka tidak diperbolehkan lagi bermain dengan pemuda itu.

"Ou, si sialan itu benar-benar.." Haechan merengut. Demi Tuhan tubuhnya sangat sakit sampai-sampai sekedar meregangkannya saja seperti dihantam tongkat berkali-kali.

Kali ini, pertarungan kedua kelompok itu sangat sengit. Kekuatan keduanya tidak main-main, sampai-sampai, sama-sama babak beluk begini. Ditambah lagi Jeno san Haechan yang merupakan biang masalah—untuk kali ini—sangat-sangat terlihat menyeramkan. Darah keluar dari setiap sudut bibir, mata dan pelipis. Bahkan, wajah keduanya hampir tidak tekenali, jika saja tadi Jaemin tidak dengan segera menendang orang yang tengah membogem kedua temannya itu.

Sangat mengenaskan.

BRAK!!

Semua menoleh, tanpa terkecuali saat pintu dibuka dengan kasar oleh seseorang—yang kali ini benar-benar membuat semua orang di dalam sana membelalakkan mata.

Pertama, Chenle dan Jisung, karena mendapatkan Jaemin datang dengan seseorang, ditambah lagi saat keduanya mengenali pasti siaa orang itu.

Orang yang sudah kurang ajar dengan mereka saat di kantin tadi.

Oh, mungkin seseorang harus menyadarkan kedua maknae itu bahwasanya keduanyalah yang kurang ajar.

Dan yang terakhir ketiga orang tersisa. Jeno yang tidak percaya dengan kehadiran itu—yang sialnya merangkul Jaemin erat, ya, meskipun dalam konteks pemuda itu tengah membantu, TAPI DEMI TUHAN, Jeno tak rela melihatnya!

Haechan dan Mark yang terkejut sedikit terlambat. 5 detik kehadiran barulah mereka terkejut bahwasanya mereka menyadari ornag yang tengah membantu Jaemin adalah Renjun.

Ya, Renjun.. Injun mereka yang telah lama tak dijumpai.

Tidak ada perbedaan siknifikan dari wajah, membuat keduanya dapat dengan mudah mengenali pemuda itu.

Jadi.. Renjun mereka sudah kembali?

—To Be Continued

ₐₙₜₐᵣₐ ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang