Terhitung sudah seminggu Renjun bersekolah lagi. Dan sudah seminggu itu pula Renjun tidak mengidahkan atensi Jaemin yang lambat laun semakin gencar menunjukkan afeksi terhadapnya. Awalnya Renjun senang, dia tidak akan menolak, mengingat tujuan awalnya kembali ke Korea memang untuk mereka, untuk Jaemin. Namun, sesaat saja setelah perkataan Jaemin kembali terngiang, sesuatu dalam dirinya terasa sakit. Mungkin ini yang dinamakan cemburu.
Ya, Renjun akui dia tengah cemburu, namun tidak ia tahu pasti konteks seperti apa cemburunya ini.
Cemburu, karena mereka berpacaran yang otomatis afeksi mereka terhadapnya mungkin saja tidak lagi seperti dahulu kala, atau cemburu, karena ia merasa iri dengan Jaemin yang dapat lebih dekat dengan Jeno ke depannya, karena status yang ia pegang.
Intinya Renjun cemburu, namun tak tahu arti cemburu yang sesungguhnya kini ia rasakan.
"Kau melamun lagi?"
Renjun menoleh. Ia baru ingat, jikalau sedari tadi dirinya tengah berjalan beriringan dengan Baejin di sampingnya.
"Tetanggaku memiliki seekor anak anjing. Akhir-akhir ini—waktu itu—anak anjing tersebut lebih banyak diam." Renjun mengeryitkan dahinya, merasa terheran dengan maksud cerita teman barunya itu. Iya, teman baru. Baru kemarin mereka berkenalan, dan Renjun rasa Baejin tidak terlalu buruk untuk dijadikan teman. Lagipula, meskipun dirinya telah kembali menjadi Renjun kala di Cina, dia juga membutuhkan—setidaknya—seorang yang ia kenal dekat, kan?
"Keesokannya, tetanggaku kalang kabut saat melihat anak anjingnya kejang-kejang." Baejin bercerita dengan nada yang sangat antusias, namun tidak dengan ekspresi wajahnya. Renjun saja sampai terheran dengan anak itu. Ternyata ada yang lebih parah darinya.
"Saat dokter periksa, ternyata dia keracunan makanan. Tetanggaku sangat terkejut, apalagi dokter mengatakan peliharaannya itu sudah mati." Baejin terkekeh. Renjun memicingkan matanya, merasa aneh dengan sikap anak itu.
"Kenapa kau tampak senang?" Renjun menatap Baejin curiga. Apa jangan-jangan teman barunya itu seorang psikopat? Dia tampak senang saat anak anjing malang itu mati.
Baejin terkekeh melihat ekspresi Renjun penuh kecurigaan. Dia tahu, pasti teman barunya itu tengah berpikiran yang macam-macam. "Jangan konyol! Aku bukan seseorang seperti apa yang ada di pikiranmu. Aku hanya.. merasa lucu? Ya, mungkin aku hanya merasa lucu melihat wajah konyol dia yang tengah sendu. Bahkan air mata serta tangis buatannya itu sangat menghibur." Baejin kembali menatap jalan di depannya. Sekarang ini mereka tengah menuju kantin.
Renjun tersenyum simpul. Ia mengerti arti telinga memerah teman barunya itu, apalagi senyum yang masih setia mengembang di sana. Renjun tahu, temannya itu menyukai tetangganya.
"Assa! Kau menyukainya, ya?" senyum miring diperlihatkan yang lebih kecil.
Baejin salah tingkah, rona merah semakin melebar hingga pipinya. "Hu? Siapa yang menyukai siapa? Jangan konyol!" ekspresi dapat datar, namun rona merah tidak dapat membohongi Renjun.
"Arra, arra, kau tidak menyukai tetanggamu itu!" Renjun tertawa—untuk pertama kalinya di sekolah barunya, begitupula dengan Baejin.
Mereka berbeda kelas, dipertemukan dengan ketidaksengajaan. Baru dua hari, namun entah mengapa pertemanan mereka layaknya telah berjalan bertahan-tahun. Dua hari itu pula, Renjun dapat sedikit mengurangi sesak di dadanya, mengingat teman-temannya—selain Jaemin—yang tak pernah ia lihat lagi. Mereka bagaikan kembali ditelan bumi, padahal Renjun yakin, keempat sahabatnya itu masih bersekolah di sekolah yang sama.
"Di sana! Aku yang akan ambil makanan, kau tunggu saja, okay?" Renjun rasa, suasana hati temannya itu sedang baik, maka tanpa ragupun Renjun mengangguk menyetujui. Bagus bukan kalau ada yang bersedia mengambilkan makanmu, sedang dirimu hanya perlu duduk manis di bangku?
➖➖➖➖🔸
"Sekarang apa lagi, Na?" Jeno menatap jengah Jaemin di sampingnya. Pemuda itu tampak murung dengan kernyitan di dahi yang semakin dalam.
Haechan yang tengah memakan keripik menatap Jaemin, tanpa menghentikan aktifitas tangannya itu yang terus memasukkan keripik ke dalam mulutnya.
"Kau bisa tersedak, babe, jika terus memasukkan keripikmu itu." Mark memperingati, lalu mengambil alih bungkusan keripik di tangan Haechan guna menganti alih tugas tangan lelaki tan tersebut yang memasukkan keripik ke dalam mulutnya.
"Ya.. kuperhatikan semakin hari kau seperti seseorang yang tak mempunyai semangat hidup. Apakah Jeno selalu menyakitimu? Memarahimu, memukulmu, bermain kasar—"
"Yak! Yak! Yak! Hentikan mulut cerewet pacarmu itu, Mark!" Jeno membelalakkan matanya. Otak kotor Haechan itu harus segera dibersihkan, juga bibir yang tak hentinya bergerakpun ia rasa harus dilakban.
Haechan mencibir, tampak tak begitu peduli dengan mata melotot temannya itu. "Cuih! Terus saja kau membelalakkan matamu sampai bola mata itu keluar. Seperti yang bisa melotot saja." Lagi-lagi Haechan bersama mulut tak terkontrolnya itu berulah. Kembali mematik api di dalam diri Jeno. Jeno tahu arti dari ucapan pemuda itu, dia sangat tahu sampai rasanya ingin menarik bibir Haechan yang masih mencibirnya.
Meladeni Haechan itu bagaikan dirimu meladeni anak anjing. Sangat sulit. Jika dia yang berbuat salah, lalu dibentak/salahkan, dia akan mengeluarkan jurusnya—mata yang membesar dengan air mata penaka sinar. Oh, astaga.. Jeno sampai detik ini masih terheran, mengapa lelaki modelan Mark—yang bahkan attitudenya baik, mau dengan Haechan yang semena-mena. Jeno tidak habis pikir.
"Aku ke kelas." Deritan bangku kantin membuyarkan perang batin Jeno perihal Haechan.
"Aku ikut." Jeno bangkit, lalu mengikuti jalan Jaemin hingga menjadi sejajar.
"Pasangan itu anehkan, Hyung?" Haechan menatap Mark. Lagi-lagi tangannya memasukkan keripik ke dalam mulutnya. Mark yang melihatnya pun hanya dapat menghela napas.
—To Be Continued
Aku up, aku lagi seneng, karena nctd fix unit—ya walaupun kemungkinan2 yang tak mengenakan seperti U akan terjadi—but aku tetep seneng! 🤭❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
ₐₙₜₐᵣₐ ☑️
DiversosRenjun yang merasa dirinya hanyalah seorang penghalang antara hubungan "khusus" sahabat-sahabatnya, kini memutuskan untuk menjauh. Mencoba merelakan walau nyatanya sangat menyakitkan. 16 April sampai 15 Mei 2020 ©Njunieyoo