₍⸙ᰰ۪۪➪ epilog [22]

105 43 3
                                    

Hari hariku menjadi sangat murung, seperti kehilangan separuh-ah tidak, seluruh jiwaku, mungkin?

Aku duduk termenung, sudah 6 bulan sejak kepergian Farel Dirgantara.
ditemani Earphone, gitar dan hujan yang tidak lelah menjatuhkan dirinya kebumi.
lagu 90an kesukaannya sering ku putar, dan membuatku nangis dalam diam.

Kemarin, hari pertama aku berani menatap nisan yang bertuliskan biruku. ya, Farel Dirgantara.

Aku menatapnya dengan sendu, bayangannya yang selalu dingin dan janjinya untuk menikahi diriku, masih terngiang ngiang.

Tiba tiba aku teringat memori terakhirku bersama pangeran es biruku sebelum dia meninggalkan ku, untuk selamanya.

❄️❄️❄️

Hubungan ku dengan farel semakin erat. kami sering menghabiskan waktu berdua. Tidak banyak masalah diantara kita berdua, ada beberapa namun hanya masalah kecil dan tidak begitu serius.

Hari itu hari ke 6 UAS. ya, aku ingin hari hari cepat berlalu. Aku ingin cepat pergi berkencan dipantai seperti di drama korea yang sering ku tonton bersama Kak Desta.

Bayangkan saja, duduk berdua diatas pasir yang putih, angin laut yang hangat, langit biru, air biru, dan sang Es Biru disebelahku.

Menyenangkan bukan?

"Hei!" seseorang menepuk pundakku, membuat lamunan ku buyar.

"Oh hai nathan!" sapaku. Nathan memberikan Jus alpukat yang berada ditangan kanannya kepadaku.

"Makasih, than." Nathan hanya mengangguk sembari tersenyum.

Aku tersenyum, bukan karena Nathan. Aku melihat laki laki bersurai hitam itu berjalan kearahku.

Tapi, dia berbalik arah saat tau Nathan berada disampingku.

"Eum, than Aku keruang ujian dulu ya" Nathan mengangguk dengan cepat sebagai balasan.

Aku berlari, kearah Farel pergi, rooftop. Tadi itu, hanya alibi untuk pergi ke ruang ujian.

"Farel!". sang pemilik nama tidak menoleh kesumber suara, mengapa? dia duduk di atas meja usang yang tak terpakai lagi, kaki nya diayun ayunkan.

"Farel," panggilku lagi, lalu berjalan kesebelah kirinya.

"Kamu kenapa?" dia tak menjawab. Tapi dia mengeluarkan kotak kecil dari saku celananya yang berisi sebuah kalung dengan liontin berwarna biru.

"Jangan pernah lupakan aku, kapanpun itu". dia mengambil kalung dikotak itu, memakaikannya pada leherku, jarak kami sangat dekat. Seperti orang berpelukan.

"Rel, aku ga bakalan lupain kamu kok, kamu janji bakalan sama aku terus kan?" Farel mengangguk dengan tegas.

"Ah, soal tadi dengan Nathanㅡ " aku belum selesai bicara, tiba tiba ia menempelkan bibirnya dibibirku, hanya sekilas. Gila, ini disekolah!

"Lupakan," ucapnya dengan dingin, lalu ia pergi meninggalkan ku sendiri dirooftop.

"Farel!, tungguin!" aku menyusul dibelakangnya.

...

Aku berbaring dikamarku, sembari memegang liontin itu.

"Senyum senyum sendiri nih!" suara dari arah ambang pintu kamarku membuat ku terkejut.

"Kak Desta?" Kak Desta berjalan ke arahku.

"Cie dari farel ya?" aku mengangguk malu.

"Udah belajar?" tanya nya lagi.

RELEASE [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang