Tak terasa, Aulia dan Aldi sudah dua bulan menempati rumah baru mereka. Jaraknya tak jauh dari rumah Attha atau rumah Dittha. Mereka sudah mulai akrab dengan tetangga sekitar. Aldi bahkan ditunjuk menjadi bendahara RT menggantikan pak Ruhidi yang pindah ke Malang.
Aldi sudah kembali sibuk mengajar di kampus. Dan masih menduduki peringkat satu dosen terhot sefakultas. Sedangkan Aulia, ia tak kalah sibuk dengan aldi. Aulia benar-benar membantu Attha mengurus Pandawa's Resto. Bahkan ia sering membawa dokumen-dokumen terkait pandawa's resto ke rumah untuk diperiksa.
Aldi sampai ke rumah pukul 3 sore. Ia langsung menuju kamar tidurnya untuk memeriksa Aulia. Nanti, jam 7 malam, Aulia mengajaknya untuk pergi ke acara pernikahan Richard dan Fina. Iya, sahabatnya itu akan merasakan rasanya dibunuh secara tidak langsung saat resepsi.
"Aldi! Sini-sini!" Aulia memanggil Aldi dengan wajah sumringah.
"Iya istriku?" jawab Aldi manja, yang malah terdengar menyeramkan di telinga aulia.
"Bagus mana? Merah atau putih?" Aulia menunjukkan dua pilihan dress yang akan ia gunakan nanti.
"kalo merah terlalu mencolok, kalo putih ntar nyeremin. Mmmm," aldi sok berpikir. "Hitam aja gimana?"
"nggak! Kita tu mau kondangan bukan ke layatan,"
"Hitam itu elegan, Aulia cantik," Aldi mengemukakan pendapatnya.
"no no no," Aulia menggerakkan telunjuknya ke kiri dan kanan.
"Yaudah, terserah kamu aja,"
"Kamu udah nggak mau bantu aku lagi? Kamu udah bosen sama aku? Kamu udah nggak sayang sama aku?" tanya Aulia dengan nada kepedihan yang amat-teramat sangat dalam.
"Eh, eh," Aldi langsung panik. Ia buru-buru merangkul aulia yang sekarang malah menangis. Akhir-akhir ini Aulia memang lebih sensitif.
"Gak gitu, sayaang... ututututu. Kamu jelek kalo nangis,"
Aulia langsung mendelik dan melepaskan rangkulan Aldi. "O, gitu? Aku jelek? Aku udah bukan selera kamu? Jadi kamu bener udah nggak sayang aku?"
"Enggak, enggak. Maksudku kamu mau pake baju apa aja tetep cantik. Aku tetep sayang," aldi meringis.
"Alah, buktinya kamu nggak bawain aku apa, gitu," Aulia menyilangkan kedua tangannya, menatap Aldi penuh selidik. Aldi jadi salah tingkah sendiri.
"OK! Kamu sekarang mau apa? Aku beliin,"
"pengen martabak durian deket rumah sakitnya Mas Juna,"
"HAH!" Rahang Aldi jatuh. "Itu jauh lho, Ya. Kamu nggak kasian sama aku yang capek habis pulang kerja?"
"kamu tuh sayang nggak sih, sama aku?" Nada Aulia mulai meninggi.
"OTW!"
Aldi kembali mengeluarkan mobilnya dari garasi. Mulai membelah jalanan kota. Pencarian martabak durian pesanan aulia bagai mencari kitab suci, banyak rintangan dan halauan yang menghalangi. Hujan badai, segala rintangan ia hadapi. Mulai dari lampu merah yang waktunya lima menit lebih, macet, hingga bensin habis di tengah jalan sampai harus mendorong mobil ke pom bensin terdekat.
Aldi sudah dekat dengan kawasan rumah sakit tempat juna bekerja. Ia mengelilingi daerah tersebut. Tapi hasilnya nihil. Tak ada kedai yang menjual martabak durian. Ingin pulang, tapi takut dengan yang di rumah. Ingin terus mencari martabak durian, tapi aldi juga sayang dengan uang bensin. Ia memutuskan untuk memberi aulia sebuah pesan.
Aldi
Ya, aku nggak ketemu martabak durian di deket RS-nya Juna. Aku harus ke mana?Tak lama menunggu, aldi mendapat balasan dari aulia.
Aulia
Ya pulang lah! Nggak usah kelayapan!Aldi tersenyum dengan riang gembira. Jangan emosi. Aulia itu mungkin sedang OTW PMS. Jadi tolong untuk aldi bisa memaklumi. Uang bensin bukan masalah besar. Ia lebih sayang Aulia ketimbang uang bensinnya.
Pukul setengah lima sore, Aldi baru sampai lagi ke rumah. Dan dengan santainya, Aulia makan martabak dengan bungkus bertulis MARTABAK DUREN MANTAP. Boleh tidak menaburi sianida ke sana?
"Kamu....?" Aldi memandang aulia dan bungkus martabak durian mantap secara bergantian. Ia kehilangan kata-kata.
"Kamu lama, jadi aku gofood aja tadi. Maaf, ya? Habis kepengen banget, sih. Haha," Aulia terkekeh. Saking merdunya suara kekehan Aulia, ingin marah pun rasanya Aldi tidak bisa.
"Kok nggak bilang?" tanya Aldi.
"Lupa."
Aldi menelan salivanya. Ia tidak boleh marah. Aulia itu tidak salah. Bagaimanapun keadaannya, Aulia tetap bukan yang salah. Yang salah itu Aldi.
"Yaudah, aku mandi dulu ya?" ujar Aldi. Sebenarnya ia malas mandi. Tapi dari pada melihat bungkus MARTABAK DUREN MANTAP, ia lebih memilih mandi. Menyegarkan pikiran serta hatinya.
"Aku udah panasin air buat kamu," Aulia tiba-tiba memeluknya dari belakang. Langkah Aldi terhenti. Benar kan, apa yang dibilangnya. Aulia itu tidak salah. Aulia bahkan mau memanaskan air untuk aldi. Aldi bisa bayangkan perjuangan aulia. Ia terharu.
"Makasih, sayang. Kamu terbaik. Muah," aldi mengecup puncak kepala aulia gemas.
"Tumben romantis," cibir Aulia. Padahal Aldi sudah sering melakukan yang lebih.
"Tadi habis lihat Kekeyi sama Rio di iklan. Jadi kan aku kepikiran terus,"
"Yaudah, kamu mandi sana. Kecut!"
"Iyaaaaa....." Aldi dan Aulia lalu melepas pelukan mereka. Aldi segera mandi, bergantian dengan Aulia.
Jam setengah tujuh, mereka baru berangkat ke resepsi Fina dan Richard.
"Huaaa!!! Selamatt utututu... Nggak nyangka bakal secepat ini kalian nyusul. Theo sama Natak aja kalah," kata Aulia heboh.
"Iye iye, yang duluan. Tapi makasih lho, Ya, Pak, udah sempetin dateng." ujar Fina elegan. Tadi sudah diancam Richard kalau tidak boleh bar-bar seperti orangutan.
"Idih, sok kalem." ejek Aulia.
"Nggak usah iri lo, Ya," Richard membela. Bagaimanapun ia ikut ambil bagian dari kekaleman Fina.
"Udah-udah, turun lo. Itu banyak yang antre. Fotonya nanti aja bareng sama Natal sama Theo," Fina mengusir Aulia.
"Ish, awas lo."
"Tapi Pak Aldi kalo mau di sini nggak papa kok," Fina menggoda, Aulia langsung melotot tak terima.
"Udah woi... Makan aja sana. Lu kan paling maruk, Ya," Richard tertawa.
"Sorry mori dori. Gue kenyang makan martabak duren," Aulia menyombongkan diri.
"Tumben mau makan martabak duren," ujar Fina. Aldi mengernyit heran. Bukannya Aulia suka dengan martabak durian?
"Tauk. Tadi pengen banget soalnya,"
"Ngidam kali lo, Ya." celetuk Richard. Aldi dan Aulia langsung berpandangan tak percaya. Apa iya?
OoO
Ketebak?
KAMU SEDANG MEMBACA
MADOS [TERBIT]
Teen FictionMADOS >>[ Ma Dosen ]<< belum direvisi "Loh?! Pak Aldi?!" "Aulia?" "Bapak ngapain di sini?!" "Saya nunggu orang. Dia adik dari sahabat Saya." "Saya juga nunggu orang. Dia temennya kakak Saya. Bisa pas gitu ya, Pak?" "Iya," "Eh? Loh? Pak..." "Kenapa...