Bab 18 - Cerita Elvano

58.7K 3.6K 79
                                    

"Si Nyonya masih ngampus aja," Theo menepuk pundak Aulia. Baru saja Theo, Natal, dan Fina menghampiri Aulia yang sedang duduk di taman kampus.

"Tidak ada kata terlambat untuk menuntut ilmu," balas Aulia. Theo mendecih.

"Si Nyonya ngapain ke sini?" tanya Natal sembari duduk di samping Aulia.

"Nunggu si Tuan. Mau fitting baju,"

"Ha?!" Theo, Natal, dan Fina membentak kaget.

"Buat nikahannya Mas Junaa... Kalian sok tau," Aulia mendorong pelan pelipis ketiga sahabatnya ke belakang.

"Oohh..." jawab ketiganya kompak.

"Emang ada yang mau sama Mas Juna?" tanya Fina penasaran. Setaunya, Juna itu jomblo terngenes yang pernah dikenalnya.

"Gue juga heran. Pake pelet kali," Aulia mengendikkan bahu.

"Lu kata ikan, dipelet," Aulia memandang Theo. Sahabatnya satu ini selalu saja mengajak war.

"Helli, diem dulu,"

"Emang gue anjing, apa?" kata Theo tak terima. Fina dan Natal tertawa melihat wajah Theo.

"Ini mau pada kemana?" tanya Aulia pada Natal dan Fina. Pada Theo juga.

"Oh, iya! Kita lagi buru-buru tadi. Mau pada bimbingan sama Bu Atik. Gara-gara lo nih, kita masih di sini," Fina langsung berdiri sambil menepuk jidatnya. Natal dan Theo juga buru-buru berdiri.

"Kita duluan ya, Ya. Kamu yang semangat nunggu si Tuannya," Natal pamit mewakili Theo dan Fina.

"Santuy. Ati-ati ya kalian," Aulia melambaikan tangannya pada sahabat-sahabatnya yang sudah mulai berjalan meninggalkannya.

Aulia kembali duduk di kursinya tadi sambil memberi makan cacingnya supaya cepat besar dan jadi nomor satu.

Saking fokusnya, Aulia sampai tak sadar kalau di kursi di sebelahnya sudah ada yang menempati.

"Hai," sapanya. Aulia terkejut mendapati seorang di sebelahnya.

"Mas Elvano?" kaget Aulia. Elvano mengangguk.

"Duduk sini boleh, nggak?" tanya Elvano.

"Boleh lah! Bukan punya nenekku juga," Aulia sedikit menggeser duduknya, memberi ruang lebih pada Elvano.

"Udah lama nggak ketemu ya, kita," kata Elvano. Aulia yang langsung mengeluarkan game dari ponselnya. Ia mengalihkan fokusnya ke Elvano.

"Iya, Mas Elvano tambah ganteng aja," goda Aulia. Elvano terkekeh dengan tingkah Aulia.

"Kamu goda aku biar bisa rekaman di studioku, kan?" Elvano balas menggoda Aulia.

"Waduh, kok tau?" Aulia pura-pura terkejut.

"Emang kamu mau? Aku bisa atur," tawar Elvano, membuat mata Aulia berbinar.

"Boleh? Tapi suaraku mahal. Emang Mas Elvano sanggup, gaji aku?"

"Iya, percaya kalo suaranya bagus," Elvano meledek.

OoO

Aldi keluar dari ruangannya dengan laptop di tangan kiri dan ponsel di tangan kanan. Hari ini ada empat mahasiswa yang minta bimbingan skripsi dengannya.

Aldi menulis pesan pada Aulia, mengabari kalau ia akan segera sampai di tempat Aulia.

Sesampainya di sana, Aldi melihat Aulia sedang berbincang dengan pria asing. Dengan langkah cepat, Aldi menghampiri Aulia.

"Ehm," Aldi berdehem saat keduanya tak menyadari kedatangan dosen terganteng.

"Eh, Di," Aulia mendongak setelah Aldi berdehem.

"Aku kirim chat, nggak dibales. Taunya lagi asik di sini," Aldi memicingkan matanya. Aulia dengan cepat membuka ponsel yang sejak tadi tidak dibukanya.

"Tapi nggak ada chat dari kamu," Dahi Aulia mengerut, Ia menunjukkan roomchat mereka kepada Aldi.

Aldi juga ikut bingung. Ia ikut memeriksa ponselnya.

Oh, pantas saja! Pomselnya di mode pesawat.

"Oh iya! nggak ke kirim. Hehe, maaf ya," Aldi salah tingkah sendiri.

"Oh ya, kenalin ini Aldi, ini Elvano," ujar Aulia.

"Aldi," Aldi mengulurkan tangannya, langsung disambut Elvano. "Elvano," kata Elvano.

"Elvano?" Aldi membeo. Ia merasa tidak asing dengan nama itu. Ia pernah mendengarnya, tapi di mana? "Kayak pernah denger, deh,"

"Iya! Mas Elvano ini yang punya Je Music Studio," Aulia menjawab cepat.

"Sorry sebelumnya, gue mau jujur sama lo. Sebenernya, gue yang waktu itu kejar Jia dan pukul lo," aku Elvano. Semua mata membelalak. Elvano belum bercerita bagian itu pada Aulia.

"Lo?!" Aldi menarik kerah baju Elvano. Ia ingat, Elvano adalah trauma Jia. "Mau apa lo deketin Aulia?" tanya Aldi emosi saat ingat kedekatan Elvano dan Aulia yang membuatnya panas.

"Selow! Gue cuma mau minta tolong," jawab Elvano.

"Alah, alesan!" Tonjokan Aldi sudah bisa dipastikan mengenai Elvano kalau saja Aulia tidak menahannya. Untung sekitar sepi, jadi tidak ada yang melihat.

"Di! Ini kampus, kamu bisa dapet masalah kalau beramtem," kata Aulia. Aldi menimang, kata-kata aulia ada benarnya juga. Ia melepaskan baju Elvano.

"Plis, bantu gue," Elvano memohon.

"Lo mau apa?" tanya Aldi.

"Jia,"

"Gue nggak paham,"Aldi tersenyum sinis.

"Jia bawa lari anak gue," bentak Elvano. Mukanya memerah menahan amarah. Aldi dan Aulia menatap tak percaya.

"Anak?" tanya Aulia pelan. Ia shock.

"Bu Jia pemculik anak?" tanya Aulia dengan tak percaya. Wajah Jia itu tak ada wajah penculik-penculiknya.

"Jia, dia ngandung—"

"PAK ALDI!" Semua menoleh ke arah belakang Elvano. Ada Jia yang juga kaget saat Elvano menoleh ke arahnya.

Jia terlihat ketakutan. Jia langsung berlari ke arah Aldi, tak menghiraukan Aulia yang hampir jatuh karena terdorong Jia. Jia memeluk lengan aldi erat.

"Ji, ayo ikut aku," Elvano mengulurkan kedua tangannya hati-hati. Jia menggeleng keras.

"Pergi kamu!" Jia membentak Elvano. Genggaman di lengan Aldi ikut mengeras. Tiba-tiba Jia didorong menjauh dari Aldi sampai jatuh.

"Nggak usah peluk-peluk bisa kali," Aulia ganti membentak. Ia tak peduli suasana Jia dan Elvano yang menyengit.

OoO

Dah mirip drama Indosiar blm?

MADOS [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang