Bab 1 - Nunggu Orang

229K 8.8K 567
                                    

"Loh?! Pak Aldi?!"

"Aulia?"

"Bapak ngapain di sini?!"

"Saya nunggu orang. Dia adik dari sahabat Saya."

"Saya juga nunggu orang. Dia temennya kakak Saya. Bisa pas gitu ya, Pak?"

"Iya,"

"Eh? Loh? Pak..."

"Kenapa kamu?"

"Jangan bilang, bapak temennya Mas Juna?!"

"Memang iya. Kenapa?"

"Jangan bilang Bapak yang mau dikenalin sama adeknya?!"

"... "

"WOAH! NGGAK! PASTI MAS JUNA SALAH ORANG! ASAL BAPAK TAHU, KALAU YANG PENGEN DIKENALIN SAMA BAPAK ITU BUKAN SAYA! SAYA PERGI, PERMISI!"

OoO

Aulia berjalan menuju kelasnya seorang diri. moodnya sangat buruk setelah kejadian kemarin malam-saat mas Juna, kakaknya bermaksud menjodohkannya dengan dosen sinting itu.

Setelah kemarin dengan sangat sopan meninggalkan dosennya di cafe, ia langsung memaki-maki mas Juna setelah sampai di rumah. Berbagai sumpah-serampah keluar lancar dan mulus dari mulutnya.

"Gila ya, lo, Mas! yang bener aja?! masa lo jodohin gue sama dosen sendiri? kaya nggak ada cowok lain, aja. lo kira gue bakal suka gitu sama dosen itu?! walaupun ganteng tapi ya nggak sama dia juga, kali. apa kata orang kalo tahu gue pasangan sama dosen sendiri?"

Ia masih tak habis pikir dengan mas Juna. katanya, ia sudah bosan melihat Aulia menjomblo terlalu lama. padahal sendirinya juga jomblo.

iya, mas Juna itu jomblo. JOMBLO.

Aulia masuk ke kelasnya lalu duduk di bangku belakang. Natal dan Theo langsung menghampiri sahabatnya.

"Muka lu kenapa lagi, Ya?" ujar Theo sambil mendorong pelan pundak Aulia.

"Kenapa emang?" tanya Aulia tak paham. menurutnya tidak ada yang salah dengan mukanya. Iya, kan?

"Ditekuk, gitu. Ada masalah?" tanya Natal lembut. sangat berbanding terbalik dengan Theo.

Benar kata orang, cinta itu saling melengkapi. Contohnya Theo dan Natal. Si bar-bar dengan si penyabar.

"Ya? Kok diem?" Natal menepuk pundak Aulia karena sedari tadi cewek itu tidak merespon pertanyaannya.

"Eh, ng-nggak kenapa-kenapa, kok Tal. Mending lu urusin piaraan lu, dulu deh. Eneg gue lihat mukanya." sahut Aulia menunjuk Theo dengan malas. Membuat Theo mendelik sebal.

"Kita dateng baek-baek ya, Ya. Malah digituin. Udah Yang, nggak usah peduliin Yaya lagi. Kita cus dari sini." Theo yang tak terima, merangkul Natal dan mengajaknya pergi.

"Iya, pergi sana lo! Jangan lupa buat cabut susuk lo biar Natal sadar selama ini dia pacaran sama demit jenis apa."

"Hayuk, Yang. nggak baek lama-lama maen ama dedemit modelan Yaya." Theo tidak merespon Aulia yang misuh-misuh karena dikatain seperti dedemit. Ia menarik Natal pergi meninggalkan Aulia . Natal tak habis pikir dengan Theo dan Aulia yang selalu berpotensi menyebabkan perang dunia.

Aulia membuka ponselnya. rencananya, ia akan memberitahu Vina , sahabatnya selain Theo, bahwa kelas akan dimulai lima belas menit lagi. Biasanya, Vina akan datang lebih awal dari Aulia , namun tidak dengan pagi ini. Vina juga belum memberinya kabar. Ia jadi sedikit cemas dengan vina.

Seharusnya, kelas baru dimulai sepuluh menit lagi. Namun lagi-lagi dosen satu ini kelewat tertibnya. Suka mengorupsi waktu para mahasiswanya. Siapa lagi kalau bukan bapak dosen Aldi yang terhormat.

Punya wajah tampan, tubuh pelukable, dan bahu yang senderable, membuat pak Aldi digilai hampir seluruh mahasiswi sekampus. Jadi, saat menolak perjodohannya dengan pak Aldi, sebenarnya Aulia juga sedikit tidak ikhlas.

Sedikit.

Hanya sedikit.

"Aulia!" suara gertakan itu membuyarkan lamunannya. Siapa lagi jika bukan ulah bapak dosen Aldi .

"Eh-eng, iya, Pak?" Aulia langsung membenarkan duduknya menjadi posisi siap begitu tahu pak Aldi menatapnya nyalang.

"Kamu melamun? Apa yang kamu lamunkan? Hmm? Bosan, kamu sama kelas saya? Nggak suka? Pengen keluar?" sinis pak Aldi . Jadi, sampai sini kita bisa disimpulkan kalau pak Aldi bukanlah tipe dosen ala-ala wattpad yang dingin, cool, dan irit bicara.

"Eh nggak, Pak-"

"Keluar dari kelas Saya. Percuma kamu ada di sini tapi pikiran kamu menjelajah alam ghaib." ucap pak Aldi memotong ucapan Aulia .

Buset! Enak aja bisa ngatur ngatur seenak jidatnya yang segeda bandara. Hellaw.... Nggak suka aku tuh,

Dengan setengah hati, Aulia keluar dari ruangan itu. Karena setengah hatinya yang lain sudah berteriak kegirangan.

"Senangnya dalam hati, nggak ikut pelajaran..." nyanyi Aulia setelah keluar dari kelas pak Aldi.

"Ambil positifnya aja, Ya. lo jadi bisa ke kantin dan makan sampai puas. dari pada di dalem, ntar suka khilaf liat pak aldi. jadi pengen peyukk.. dih, najis lo, ya!" Aulia jadi ngeri dengan dirinya sendiri. Ia melangkahkan kakinya menuju kantin. Perutnya minta diisi walaupun tadi pagi ia sudah menghabiskan tiga tumpuk roti selai.

Dasar perut karet.

Setengah perjalanan, Aulia menghentikan langkahnya di depan perpustakaan yang letaknya tak jauh dari tujuannya saat ini, kantin. Ia tak sengaja melihat Richard, kakak tingkatnya yang akhir-akhir ini sedang dekat dengan Vina.

Ia bermaksud menanyakan keberadaan Vina yang tak nampak batang hidungnya. Baru saja akan melangkahkan kaki menuju tempat Richard, pergelangan tangannya dicekal oleh seseorang.

"Ehm... Nggak jadi ke kantin? Katanya mau ke kantin?"

Suara bariton itu.... itu seperti suara.... dengan cepat Aulia menolehkan kepalanya guna mengetahui siapa yang mencekal pergelangan tangannya.

"Pak Aldi?!" pekik Aulia. Ia segera menepis tangan pak Aldi yang masih ada di tangannya.

"Nga-ngapain?" tanya Aulia yang masih kaget.

"Saya cuma kepo. Kepo sama kegiatan yang kamu lakukan kalau bolos jam Saya. Saya ngikutin kamu dari tadi. Tapi kamu nggak sadar. Saya juga denger apa yang kamu bilang, tadi." kata pak Aldi. Padahal Aulia tidak butuh jawaban sepanjang itu.

"Emang Saya bilang apa, Pak?" tanya Aulia. Ia memang benar-benar lupa apa yang dikatakannya tadi.

"Seperti ini, ehm," pak Aldi berdehem sebelum menirukan Aulia. "Ambil positifnya aja, lo jadi bisa makan di kantin. Dari pada di dalem, suka khilaf liat pak Aldi. jadi pengen peluk." ujar pak Aldi dengan muka datar tapi tangannya bergerak antusias menirukan Aulia tadi.

Seketika, wajah Aulia seperti terbakar. panas. Ia malu setengah mati. Bagaimana bisa ia mengatakan khilaf jika melihat pak Aldi. Jadi pengen peluk. Ingin rasanya tenggelam di laut mati sekarang.

OoO

👇
❤️

MADOS [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang