OoO
Aulia memarkirkan motor maticnya di depan restoran milik mamanya. PANDAWA'S RESTO, tulisan itu terpampang jelas di depannya. Restoran besar itu kini sudah punya puluhan cabang di Indonesia.
Malam ini, ia berniat menyelesaikan tugas skripsinya di sini. Ia juga sudah empat bulan ini jarang menginjakkan kaki di sini.
Aulia duduk di bangku belakang. Dari sini ia bisa melihat dengan jelas live music di bagian utara restoran. Setelah ia duduk, seorang palayan menghampirinya.
"Mau pesan apa Mba? —Eh? Mbak Yaya? Tumben ke sini, Mbak?" Aulia kenal dengan pelayan itu. Tyas namanya. Usianya dua tahun lebih muda dibanding Aulia.
"Iya, nih. Kangen sama resto." Tyas terkekeh menanggapi Aulia.
"Mau saya pesankan seperti biasa?" tanya Tyas. Dulu Aulia sering makan di sini jika rindu mamanya yang sering ke luar kota. dulu, Tyas juga yang sering melayani Aulia sampai hapal menu kesukaan Aulia.
"Boleh. Minumnya es kopi, ya. Terima kasih, Tyas." Tyas mengangguk lalu meninggalkan Aulia yang mulai sibuk dengan laptop dan buku-buku tebalnya.
Di panggung live music, seorang remaja dengan rambut dikucir dan dress hitam selutut bernyayi dengan gitar di tangannya. Aulia mengenalnya. Itu Rachel! Setahun terakhir ia kerap manggung di restoran mamanya.
Suara merdu Rachel menggema di seluruh ruangan. Lagu Konspirasi Alam Semesta milik Fiersa Besari ia bawakan dengan khidmat. Aulia suka saat Rachel sampai di bagian puisi di tengah lagu.
"Pernahkan kau terjatuh secara sukarela
karena kau yakin,
seseorang akan menangkapmu,
seseorang akan mengajarimu cara tertawa, cara percaya, cara mengeja rasa tak bernama
Seketika itu pula jagat raya berhenti bergerak
Jiwamu terbakar, ragamu lebur
Dan dirimu hanya bisa menyerah,
karena kau tahu, kau menyerah pada orang yang tepat."Riuh tepuk tangan mengiring langkah Rachel saat turun dari panggung. Rachel kembali ke bangkunya, tak jauh dari tempat Aulia.
"Rachel!" panggil Aulia. Ia bermaksud untuk mengajak Rachel bergabung dengan dirinya.
Gadis itu menoleh, dia melambaikan tangan senang saat mengetahui yang memanggilnya adalah Aulia. Ia sudah menganggap Aulia sebagai kakaknya sendiri. Rachel berdiri, menghampiri Aulia di kursinya.
"Kakak!" Rachel memeluk Aulia sekilas. "Kok Kak Yaya jarang dateng?" tanya Rachel sambil tersenyum. Mungkin malam ini bukan saat yang tepat untuk mengerjakan skripsinya. Ada hal yang lebih menarik di depannya.
"Kakak lagi sibuk-sibuknya. Banyak tugas. Ini aja Kakak mau ngerjain tugas," Aulia menatap malas ke arah mejanya yang seperti habis kena angin ribut. Buku-bukunya berserakan. Ada juga piring bekas makannya yang sudah habis saat menyaksikan Rachel. Es kopinya pun hanya tinggal setengah.
"Padahal aku kemarin manggung ditemenin Abang. Abang aku ganteng loh, Kak! Siapa tahu Kakak mau aku kenalin." Rachel memang sering seperti ini, menawarkan abangnya seperti seles barang.
"Kalo ganteng boleh,"
"Yaudah, Kakak besok dateng aja ke hotel A. Aku besok ulang tahun. Sweet seventeen! Nanti aku kenalin sama Abang aku."
"Wuih, Asiikk! Hahahaha," Aulia tertawa. Siapa juga yang menolak kalau dikenalkan dengan cogan.
Drtt... Ponsel Aulia berbunyi. Aulia mengambilnya.
Pak Aldi
Ada telpon dari pak Aldi. Setelah menemani kondangan tiga hari lalu, pak Aldi tidak pernah menghubungi Aulia lagi. Di kampus ia juga tidak terlihat. Ini pertama kalinya ia menghubingi aulia lagi.
"Kakak angkat telpon dulu, ya?" Aulia menatap Rachel. Gadis itu mengangguk.
"Halo?"
"Halo, Aulia. Apa kabar? Maaf menghilang beberapa hari ini. Sebenarnya Saya ada seminar di Solo. Tadi siang baru saja sampai rumah. Saya pengen minta tolong lagi. Besok kamu ada waktu?"
Seingatnya Aulia tidak tanya apa-apa pada pak Aldi. Seharusnya pun pak Aldi tidak menjelaskan alasannya menghilang. Toh Aulia bukan siapa-siapanya. Memang apa faedahnya bercerita pada aulia?
"Eh, iya Pak. Nggak papa. Saya maklum. Bapak kan sibuk. Haha... Nggak kaya Saya,"
"Berarti besok bisa temani saya? Saya mau beli kado buat adik saya. Dia perempuan. Mungkin kamu lebih mengerti pernak-pernik perempuan. Ulang tahunnya besok. Kalau saya jemput kamu besok pagi, kamu bisa?"
"Mmm... Boleh, Pak. Kebetulan saya pagi free."
"Ya sudah, sampai jumpa besok."
"Iya, Pak."
OoO
Pukul 8 pagi, Aulia dan pak Aldi sudah ada di butik terbesar di kota. Pak Aldi ingin membelikan sebuah dress untuk adiknya.
"Adik saya tomboi. Nggak suka pakai rok." Pak Aldi berujar saat Aulia melihat-lihat dress.
"Terus kenapa bapak malah beliin dress?" Aulia menaikkan alisnya, heran.
"Saya nggak suka dia jadi tomboi," sahutnya enteng.
"Kenapa?"
"Ya, nggak suka aja." Aulia menghela napas. selain menyebalkan, dosennya ini ternyata juga suka semaunya sendiri.
"Kalau saya jadi Bapak, Saya bakalan setuju-setuju aja sama apa yang dia mau selagi masih di batas wajar." ujar Aulia.
"Daripada jadi Saya, mending jadi pendamping Saya." Ck! Kenapa dosennya satu ini malah modus? Inti omongan Aulia bukan itu!
"Bapak ngalusnya bisa aja." Aulia lalu melenggang pergi sambil menahan senyumnya. Bisa-bisa pak Aldi jadi ge-er kalau melihat Aulia senyum-senyum karena gombalannya.
Aulia berhenti di satu manekin dengan dress warna merah selutut dengan kantong bermotif kotak-kotak di bagian kanan atas dan kerah bermotif sama. Menurutnya dress ini cocok untuk adik pak Aldi yang 'tomboi'.
Saat hendak kembali menghampiri pak Aldi, Aulia malah lebih dulu dikagetkan dengan lengan yang kini memegang pergelangan tangannya. ia menoleh dan mendapati pak Aldi di sana.
"Mau kemana? Saya udah kamu anggurin dari tadi, masa mau kamu tinggal juga?" Eh? Aulia dibuat terkejut. Berarti pak Aldi sudah ada di dekatnya sedari tadi? Apa pak Aldi juga melihat Aulia yang senyum-senyum sendiri?
"Saya baruuu aja mau nyusulin Bapak di tempat tadi, Saya kira Bapak masih di sana." jawab Aulia.
"Saya kira kamu marah sama omongan Saya tadi, makanya Saya susulin ke sini."
"Ahahaha... ya nggak lah Pak, gitu aja marah," Aulia tertawa garing sambil mengibaskan satu tangannya yang tadi dicekal pak Aldi. Ia jadi malu sendiri kalau mengingat gombalan pak Aldi tadi. Gombalannya hari ini seperti berbeda dari hari-hari lalu.
"Itu..." Pak Aldi menunjuk manekin di depan Aulia. "Pilihan kamu?" Aulia mengangguk. "Bagus. Saya juga suka. Ayo kita bayar."
OoO
KAMU SEDANG MEMBACA
MADOS [TERBIT]
Fiksi RemajaMADOS >>[ Ma Dosen ]<< belum direvisi "Loh?! Pak Aldi?!" "Aulia?" "Bapak ngapain di sini?!" "Saya nunggu orang. Dia adik dari sahabat Saya." "Saya juga nunggu orang. Dia temennya kakak Saya. Bisa pas gitu ya, Pak?" "Iya," "Eh? Loh? Pak..." "Kenapa...