Sementara Bella mulai menyesuaikan diri, Della tak henti-hentinya menggerutu kesal. Sesuai kesepakatan yang ada, dia harus seratus persen berubah menjadi Bella, namun karakternya masih tetap sama, Della si tomboi.
Seperti saat ini juga, rambut panjangnya terpaksa ia gerai. Bahkan, dirinya harus memakai penjepit rambut milik Bella agar rambutnya tidak seenaknya menghalangi penglihatan.
"Ih! Nih rambut bikin kesel aja!"
Dengan raut jutek, Della mulai melangkah memasuki halaman SMA Pancasila yang sangat luas. Karena rasa risih yang kian membuncah, gadis itu menarik ikat rambut berwarna hitam yang ada di pergelangan tangannya.
Dia sungguh merasa gerah dengan rambut yang tergerai seperti ini. Rasanya dia ingin mengguyurkan air ke kepalanya saja.
Di saat Della hendak menguncir rambutnya, terjadi kejadian yang tak bisa dia hindari. Karena belum mempersiapkan kuda-kuda, alhasil dirinya jatuh terjerembap ke tanah.
"Aww!" rintih Della saat bahunya dengan sengaja ditubruk oleh seorang murid perempuan berambut lurus kecokelatan dengan bandana merah di kepala.
Della menghela napas tak terima. Dia langsung bangkit, lantas menatap nyalang si pelaku.
"Kalau berdiri, jangan di tengah jalan dong! Emangnya nih jalan punya lo apa?" gertak murid perempuan itu dengan nada sengit, seraya melipat kedua tangannya di depan dada.
Belum sempat Della menyemprot perempuan itu dengan perkataan pedasnya, gadis itu malah sudah melenggang pergi seenak jidat, tanpa merasa bersalah sedikit pun.
"Vasya," gumam Della geram. Pandangannya tak lepas dari punggung gadis songong itu yang mulai menghilang di balik kelokan koridor sekolah.
Della mengatur napasnya untuk menjernihkan kembali pikirannya. Dia tidak boleh emosi. Bisa kacau nanti jika baru hari pertama masuk di sini sudah membuat geger satu sekolah. Della sadar, itu pasti akan membuat nama saudara kembarnya menjadi buruk.
Seakan teringat sesuatu, Della mengalihkan pandangannya ke arah ikat rambut miliknya yang telah jatuh ke tanah. Gadis itu menatap nanar benda bundar yang kini tergeletak dalam kondisi terbungkus oleh butiran pasir. Bak donat yang diberi bubuk putih. Tidak mungkin kan, jika dia mengambilnya, lalu memakainya. Bisa-bisa rambutnya ikutan kotor, dan pasti banyak orang yang mengatainnya ketombean. Huh, dasar menyebalkan, batin Della kesal.
Di dalam hatinya, dia tak berhenti memaki-maki perempuan itu. Gadis itu menjadi ingat, kala Bella mendeskripsikan seorang Vasya, dan ia akui akan kebenarannya.
"Namanya Vasya Dendelion. Dia orangnya cerewet dan lumayan nyebelin. Dia sering bikin aku kesel, Dell. Sebisa mungkin, kamu jangan sampai berantem sama dia."
Setelah merelakan ikat rambutnya, Della bergegas pergi menuju kelas Bella karena menyadari bahwa dia tadi datang ke sekolah pukul tujuh kurang sepuluh menit, dan pastinya bel masuk akan segera berbunyi.
Secepat mungkin dia berlari. Sesampainya di koridor sekolah, Della celingak-celinguk tak jelas. Gadis itu pusing lantaran tak kunjung menemukan kelas saudara kembarnya. Letak dan posisi sekolah yang tentu saja sangat berbeda dari SMA-nya membuatnya kesusahan untuk mencarinya. Tidak mungkin kan jika dia bertanya.
Di dalam kelas, Dista dan Mei terlihat begitu resah. Mereka dari tadi tak henti-hentinya menatap jam dinding yang terpasang di depan kelas. Mereka berdua bingung karena sudah jam tujuh lebih, namun Bella belum datang juga. Padahal, biasanya Bella yang sering datang paling awal dari pada mereka berdua.
"Kok Bella belum dateng ya?" kata Mei dengan kedua mata yang terus-menerus menatap ke arah pintu kelas. Berharap jika orang yang ia tunggu segera muncul dari balik pintu.
"Nggak tahu, biasanya dia nggak pernah telat," balas Dista yang kini sudah duduk di kursinya. Bersiap mengeluarkan alat tulisnya.
Hingga Bu Gina, guru pengampu pelajaran Fisika telah masuk ke dalam ruang kelas, Bella belum berada di kelas. Membuat Mei bertambah gusar.Pasalnya, hari ini akan ada ulangan harian, dan tak ada ulangan susulan.
***
Di sini lah Della berada. Gadis itu sedang duduk manis di sebuah ruangan yang paling dihindari oleh semua murid. Meskipun keterlambatannya adalah hal yang lumrah baginya, namun tidak untuk Bu Nia, Guru Bimbingan Konseling SMA Pancasila.
Wanita bertubuh besar itu menatap Della penuh keheranan. Tak menyangka mendapati siswi yang selama ini menjadi teladan bagi murid lainnya bakal berurusan dengannya. Lebih anehnya lagi, gadis itu menceritakan alasan keterlambatannya masuk ke sekolah dengan nada yang keterlaluan santai. Setahunya, Bella memiliki sifat yang cenderung pendiam.
Setelah mendapatkan surat izin masuk kelas, Della langsung masuk ke kelas bertuliskan IPA 1, lalu menyerahkan selembar kertas dari BK tersebut ke Bu Gina. Guru wanita itu juga tak kalah heran. Tak biasanya Bella datang terlambat, terutama saat mata pelajarannya berlangsung.
Dengan tak tahu malunya, Della berjalan ke bangku depan paling pojok kiri, tepat di kursi kosong yang ada di sebelah Dista. Bu Gina hanya bisa menggeleng.Mei yang sedang duduk di bangku belakang langsung menepuk pundak Della, dan bertanya dengan suara berbisik. "Kok lo telat, Bell?"
"Bangun kesiangan," jawab Della tenang sambil mengeluarkan alat tulis yang ada di dalam tas pinknya, milik Bella.
Menit berikutnya, gadis itu meletakkan kepalanya di atas meja. Pulpen yang sedang dia genggam diketuk-ketukkan ke ujung meja.
Mei dan Dista saling bertukar pandang. Mereka berdua sama-sama bingung dengan tingkah temannya yang tak seperti biasanya.
🌿🌿🌿
Selamat Malam. Maaf ya kalau aku unpublish mendadak. Aku tahu hal itu bikin kalian yang udah baca di tengah jalan merasa kecewa. Aku harap kalian mau menanti update anku yang 2x sehari (pagi dan malam).
Lika-liku Rasa aku ikutkan ke Gmg hunting writers 2021 dan alhamdulillah lolos seleksi tahap pertama. Aku minta doa dan dukungan kalian ya semoga menang.
Yang spesial adalah, kalian dapat kesempatan untuk memendapatkan satu novel terbitan dari grass media. Oleh karena itu, ramein LLR dengan vote dan comment ya. Jangan lupa follow instagram Thimzyou. Di sana ada trailer LLR loh. Yang baca wajib tonton ya.
I luv kalian....
___________________________________
Lika-Liku Rasa
____________________________________
@ThimzyouRabu, 8 september 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Lika-liku Rasa🌿✔
Teen FictionBerawal dari ide gila saudara kembarnya untuk bertukar tempat selama satu hari, Bella tak menyangka akan dihadapkan oleh pertandinga basket melawan Bian Brahmandyo, kapten basket di SMA Airlangga. Tentu saja Bella harus menerima kekalahan karena tak...