Danis, laki-laki berkacamata bundar yang dapat dikategorikan culun oleh banyak orang saat ini tengah membawa segelas jus alpukat menuju mejanya. Namun tak disangka, ternyata ada seseorang yang sengaja memalangkan sebelah kakinya di tengah jalan, sehingga membuatnya tersandung.
Lebih parahnya lagi, gelas yang ada di genggamannya telah terlepas. Jus berwarna hijau tersebut tumpah mengenai sepatu seseorang yang berada di depannya.
Dalam hati ia bersyukur, untung saja hanya menumpahi sepatu, bukan seragam. Namun, saat dia mendongak ke arah pemilik sepatu tersebut, seketika wajahnya pucat pasi. Tenggorokannya terasa tercekat ketika mengetahui siapa pemiliknya.
Bian yang melihat sepatunya kotor terkena jus seseorang pun berdiri, lalu melangkah mendekati Danis yang tengah terduduk di lantai.
"Gue minta lo bersihin sepatu gue sekarang!" bentak Bian marah.
Danish menunduk, dia tidak berani menatap Bian yang sepertinya sangat emosi.
Jantung Bella kini berdebar kencang ketika menyaksikannya. Entah mengapa dirinya ikut merasa takut. Haruskah dia menghampiri Bian?
Tidak, dia tak cukup berani untuk melakukannya. Apalagi kalau ada murid lain yang mengatakan bahwa dirinya sok menjadi pahlawan.
"Gue bilang bersihin!" bentak Bian sekali lagi ketika Danis tak beranjak juga dari posisinya.
Mendengar bentakan dari Bian yang kedua kalinya, membuat tubuhnya semakin gugup. Perlahan Danis mendekat ke arah sepatu Bian yang kotor akibat kesalahannya. Dengan segera ia membersihkan sepatu mahal tersebut dengan tangan kosongnya.
Bella menutup mulut dengan telapak tangannya ketika melihat Bian menjegal tubuh Danish hingga terpelanting ke belakang.
Gadis itu mengedarkan pandangannya ke seluruh isi kantin. Dia menatap tak percaya saat melihat tak ada seorang pun yang berniat menolong Danis.
Bella hendak maju mendekat, tetapi Wendy menahannya sambil menggelengkan kepala. Yang berarti, jangan ikut campur. Begitu juga dengan Sesa yang memasang ekspresi sama.
"Lo pikir gue biarin lo ngotorin sepatu gue, tanpa ngasih lo pelajaran! Huh." Bian mendengus.
Danish yang dari tadi hanya diam pun bangkit. Kali ini dirinya berani menatap mata Bian dengan tajam. Kedua tangan laki-laki itu terkepal kuat.
"Dell, lo mau ke mana?" tanya Sesa yang melihat Bella membalikkan badan.
"Aku mau lapor ke guru," jawab Bella.
"Jangan gila, Dell! Bian bakal cari orang yang lapor tentang kejadian ini nanti. Dan lo bakal kena akibatnya," ujar Wendy melarang.
Bella terpaksa diam di tempat. Ia kembali melihat ke arah Bian dan Danis.
"Kenapa? Lo mau balas? Ayo, silakan!" tantang Bian.
Bella meremas roknya. Ia sungguh takut jika melihat hal seperti ini. Dia menatap iba Danis.
Melihat Danis yang hanya diam saja, Bian maju menghampirinya dengan tangan terkepal, bersiap untuk meninjunya.
Bella menggigit bibir saat Bian tengah melayangkan kepalan tangannya ke arah Danis. Tanpa pikir panjang, dia berlari ke depan, berdiri di antara Bian dan Danish.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lika-liku Rasa🌿✔
Teen FictionBerawal dari ide gila saudara kembarnya untuk bertukar tempat selama satu hari, Bella tak menyangka akan dihadapkan oleh pertandinga basket melawan Bian Brahmandyo, kapten basket di SMA Airlangga. Tentu saja Bella harus menerima kekalahan karena tak...