Selama pelajaran berlangsung, Bella menjadi sering melamun. Dia tidak bisa fokus kala mengingat ucapan Bian tadi pagi. Dirinya takut jika Bian akan memberinya perintah yang aneh-aneh.
Bel istirahat pun berbunyi. Semua orang dengan semangat memunguti buku-buku tebal yang berserakan di atas meja. Kebanyakan dari mereka lebih memilih untuk tinggal di kelas karena tak sabar menyaksikan konser idolanya melalui ponselnya masing-masing. Sedangkan Bella, Wendy, dan Sesa memilih untuk mengisi perut di kantin.
"Ehem," Kinora berdeham sebelum duduk di depan bangku kantin yang sedang diduduki oleh Bella.
Bella langsung memberi tatapan tak suka kepada Kinora yang seenak jidat duduk di depannya tanpa meminta izin terlebih dahulu.
"Kenapa ke sini?” tanya Wendy dengan nada sinis. Gadis itu masih menyimpan dendam dengan Kinora.
"Suttts! Gue nggak ada urusan sama lo. Gue hanya punya urusan sama Della.” Kinora menatap tajam Wendy yang dari tadi ingin protes.
"Kenapa?” tanya Bella malas.
"Jadi cewek jangan sok! Sombong banget.”
Bella hanya mendengkus.
“Hukuman lo apaan?"
"Bukan urusan kamu," tukas Bella cuek.
Kinora berdecak sebal. Dari pada waktunya habis sia-sia karena tak kunjung mendapat jawaban, ia memilih pergi.
Sepeninggal Kinora, Bian datang. Dia mengetuk tiga kali meja yang sedang Bella tempati untuk mengalihkan perhatian seorang gadis yang tengah fokus menikmati makan siangnya.
Bella yang melihat ada sebuah tangan yang mengetuk mejanya pun mendongak. Dia terkejut. Entah mengapa ia belum terbiasa melihat kehadiran Bian.
“Nanti sore datang ke rumah gue,” ujar Bian yang membuat Wendy dan Sesa melongo.
Wendy melirik ke samping, tempat di mana Bella duduk. Dia sedikit prihatin dengan sahabatnya itu. Ia takut jika Bian akan mempermainkannya.
***
Jam digital yang berada di atas nakas menunjukkan pukul setengah empat. Bella telah siap mengenakan dress selutut berwarna pink dan bagian atas tubuhnya dibalut oleh kardigan berwarna putih karena bentuk dressnya yang tak berlengan.
Kali ini Bella membiarkan rambutnya tergerai. Setelah memolesi lipgloss di bibir ranumnya, ia meraih tas selempang yang ada di atas tempat tidur.
Suasana hatinya kali ini sangat buruk karena dari tadi Bian terus meneleponnya dan menyuruhnya untuk cepat datang ke rumah laki-laki itu.
Dengan wajah ditekuk, Bella mencari taksi yang ada di persimpangan jalan dekat rumahnya.
Sesampainya di tempat tujuan, Bella memandangi sebuah rumah yang terkesan sangat mewah di depan tempat dirinya berdiri sekarang. Di balik pagar kokoh yang menjulang tinggi itu, terdapat tiga motor sport terparkir rapi.
Jari telunjuknya mulai menekan bel yang ada di tembok samping pagar. Tak lama kemudian, seorang satpam yang bernama Pak Hadi tengah lari dengan tergopoh-gopoh ke arah pintu gerbang.
"Cari siapa, neng?” tanyanya ramah.
"Bian. Ini benar rumahnya Bian kan, Pak?” tanya Bella ragu. Dia takut jika salah alamat.
“Iya betul, ada apa ya?”
Bella menghela napas lega. “Saya ingin bertemu dengannya, Pak”
KAMU SEDANG MEMBACA
Lika-liku Rasa🌿✔
Teen FictionBerawal dari ide gila saudara kembarnya untuk bertukar tempat selama satu hari, Bella tak menyangka akan dihadapkan oleh pertandinga basket melawan Bian Brahmandyo, kapten basket di SMA Airlangga. Tentu saja Bella harus menerima kekalahan karena tak...