Bira dan Bian telah sampai di Food Court yang menjual es krim. Laki-laki itu membeli tiga buah es krim dengan rasa yang berbeda, yaitu rasa strawberry untuk Bira, vanila untuk Bella, dan cokelat untuk dirinya.
Dengan dua cup es krim yang ada di genggamannya, Bian dan Bira berjalan menuju restoran tempat di mana Bella berada. Bira yang berjalan di sebelahnya tengah asyik menikmati es krimnya hingga tersisa setengah cup saja.
Langkah Bian tiba-tiba terhenti, membuat Bira juga ikut berhenti. Sepasang mata elang miliknya menatap lurus ke arah dua orang yang terlihat tengah bermesraan. Raut wajah Bian yang senang kini mendadak hilang.
Bira yang baru saja berhenti menikmati es krimnya beralih menatap ke depan. Wajahnya juga terlihat sangat terkejut. Ia lantas menatap ke arah kakaknya sekilas. Gadis kecil itu tahu, kalau kakaknya saat ini pasti sangat kecewa.
Pemandangan Bella yang sedang berpelukan dengan laki-laki lain membuat hati Bian tiba-tiba terasa panas. Dia mencoba menenangkan pikirnya, jangan sampai emosi karena dia sekarang masih berada di mall.
Tatapannya kembali menajam ketika laki-laki itu dengan beraninya mencium pipi Bella. Dia bertambah marah tatkala menyadari tak ada penolakan dari Bella. Bahkan gadis itu tidak marah, dia hanya diam.
"Kak Della sama siapa, Kak?" tanya Bira ke arah Bian dengan ragu.
Bian pun menoleh ke arah Bira. Dia memasang raut wajah datar.
"Mungkin pacarnya," balasnya dingin.Bira menunduk, lalu kembali menatap tempat di mana Bella berdiri. "Kak, Kak Della nggak pulang sama kita. Kak Della pulang sama orang lain." Bira menepuk tangan Bian, kemudian jari telunjuknya mengarah ke Bella yang sedang dirangkul oleh laki-laki. Mereka berdua melangkah pergi dari restoran tersebut.
Tak lama kemudian, ponsel milik Bian bergetar. Dia segera memeriksanya. Ternyata ada pesan masuk dari Bella.
Della
Bian, maaf Aku pulang duluan.
Soalnya Aku ada urusan.
Titip salam buat BiraBian yang membacanya pun hanya menggumam, "Urusan? Cih! Bilang aja mau pacaran."
***
Bian meninju samsak yang ada di dekat kolam renangnya berkali-kali. Keringat membasahi tubuhnya yang dibalut kaos berwarna hitam. Emosinya tiba-tiba naik saat dia teringat kejadian tadi. Dia tersenyum miris, menyadari betapa bodoh dirinya yang telah menyukai gadis itu. Gadis yang dalam sehari mampu membuatnya sadar jika dia telah jatuh cinta.
Namun, dia sangat membencinya. Membenci perasaan yang kian tumbuh di hatinya. Bian melayangkan tinju lebih kuat, tak menghiraukan buku-buku jarinya yang sudah terluka. Dia tengah mencoba untuk menghilangkan rasa sakit yang hinggap di hatinya.
Laki-laki itu heran. Jika cinta hanya menimbulkan rasa sakit, kenapa dia datang?
Bian akui kalau dirinya telah menyukai Bella sejak pertandingan basket waktu itu. Lebih tepatnya saat Bella meminta dirinya untuk membatalkan pertandingan. Dia merasa gadis itu berbeda. Ia pikir, Della lebih buruk dibanding perkiraannya, namun ia salah. Gadis itu jauh dari kata buruk, gadis yang menurutnya sangat sempurna.
"Kak, es krim punya Kakak nggak dimakan? Entar meleleh loh." Bira datang menghampiri Bian. Gadis kecil itu sedang berdiri di ambang pintu kaca yang membatasi ruang tengah dengan kolam renang.
Bira mengatakan hal ini karena dia tadi melihat dua es krim rasa vanila dan cokelat yang dibeli oleh Kakaknya tadi masih utuh di meja makan.
"Kamu makan aja. Kalau nggak mau, dibuang!" jawab Bian seraya meninju samsaknya tanpa menoleh ke arah Bira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lika-liku Rasa🌿✔
Teen FictionBerawal dari ide gila saudara kembarnya untuk bertukar tempat selama satu hari, Bella tak menyangka akan dihadapkan oleh pertandinga basket melawan Bian Brahmandyo, kapten basket di SMA Airlangga. Tentu saja Bella harus menerima kekalahan karena tak...