Bella sekarang berada di kamar, tepatnya kamar milik saudara kembarnya. Wajah gadis itu terlihat sangat cemas. Berulang kali dia mencoba menghubungi Della, tetapi tidak juga diangkat. Dirinya sudah tak sabar untuk mengakhiri ini semua. Dia benar-benar tak tahan bersekolah di SMA Airlangga.
Saat Bella memandangi sekitar, penglihatannya dibuat risih dengan berbagai poster yang menenpel di dinding kamar saudara kembarnya.
Beberapa stiker dengan kata-kata yang menurutnya aneh tertempel di meja belajar. Kegiatannya dalam mengamati benda-benda tersebut terhenti ketika mendengar suara Della muncul dari ponselnya.
"Ada apa Bell?" tanya Della tanpa basa-basi.
"Aku mau besok kita tukeran lagi."
"Kenapa?"
"Nggak nyaman"
"Okelah"
"Dell, kok kamu nggak bilang kalau hari ini kamu ada tanding basket?"
"Oh ya ampun! gue lupa. Terus gimana? dibatalin, kan?" Dari seberang sana Della menepuk jidat.
Bella menghembuskan napas kala mengingat kekalahannya tadi. "Enggak, Dell."
"Terus? Lo yang main tadi?"
"Iya."
"Kalah apa menang?"
"Kalah lah, kamu tahu kan kalau aku nggak bisa main basket."
"Aduh! udah dikasih hukuman?" tanya Della panik.
"Em ... emang ada hukumannya?"
"Ya, iyalah. Pokoknya gue nggak mau tahu, lo yang harus nanggung hukumannya. Ya kalik lo yang main terus kalah, yang kena hukuman gue."
Bella menggiit bibir bawahnya."Dell, Aku kan nggak tahu."
"Pokoknya selama masa hukuman, lo yang masih di situ. Gue tetep disini. Dan lo harus tahu, kalau hukumannya bakal berjalan sampai satu bulan. Kalau gitu udah ya, bye!!"
"Dell-"
Belum sempat Bella ngomong, sambungan telah diputus sepihak oleh Della.
Bella mondar-mandir tak tenang sambil menggigit jari telunjuknya. Ia tidak tahu harus melakukan apa. Besok pasti Bian akan memberinya hukuman.
Gadis itu menggelengkan, tak percaya jika hukumannya akan berlangsung selama satu bulan, padahal dirinya sungguh tidak betah meskipun hanya sehari di sana.
Suara ketukan pintu kamar membuat Bella menoleh. Dengan segera ia membukanya.
Ketika dibuka, ternyata ada Mawar yang tengah berdiri dengan senyumannya. Tampilan Mamanya saat ini sangat cantik dengan pakaian modisnya.
"Ada apa, Ma?"
"Mama pergi dulu ya, Dell, ada urusan sama Om Dimas," ucap Mawar sambil memeriksa ponselnya.
Bella mengernyitkan dahi. Dia tidak tahu siapa Om Dimas yang disebut oleh Mamanya.
"Om Dimas siapa, Ma?" tanya Bella bingung.
"Masa kamu lupa, Dell? Dia pacar Mama."
Dalam hati Bella terkejut. Mamanya ternyata telah move on dari Papanya. Della bahkan tak memberitahu dirinya, bahwa Mamanya telah memiliki pacar, calon pengganti Papa.
"Iya, Ma, hati-hati." Bella tertunduk lesu.
Padahal ia berharap Mamanya masih menyimpan rasa untuk Papanya. Ternyata harapannya untuk kembali bersama sudah tidak ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lika-liku Rasa🌿✔
Teen FictionBerawal dari ide gila saudara kembarnya untuk bertukar tempat selama satu hari, Bella tak menyangka akan dihadapkan oleh pertandinga basket melawan Bian Brahmandyo, kapten basket di SMA Airlangga. Tentu saja Bella harus menerima kekalahan karena tak...