Boneka Singa

1.4K 162 21
                                    

Namun...

Tiba-tiba, ia melihat sesuatu yang mengejutkannya. Seorang gadis keluar dari shower yang tertutup dengan tirai. Gadis yang masih belum menyadari keberadaan Chaeyoung keluar dari shower. Chaeyoung, di sisi lain, diam seperti batu. Sangat-sangat terkejut.

Gadis itu telanjang.

Mata mereka bertemu. Dan ketika itulah, keduanya menjerit keras sampai dua kamar di sebelahnya bisa mendengarnya.


02 Boneka Singa

Chaeyoung duduk di ranjangnya, diam. Ia tidak bisa berpikir jernih, matanya berkeliaran pada sesuatu di sekitarnya. Pikirannya kacau, mencoba menguraikan apa yang baru saja terjadi. Ia terlalu terkejut untuk bereaksi, ia tidak pernah melihat sesuatu seperti itu sebelumnya.

Seorang perempuan. Telanjang.

Astaga.

Ia duduk dengan tegak, tidak bergerak, menunggu gadis lainnya yang juga terkejut keluar dari kamar mandi, sementara dirinya mencoba mencari kata yang tepat untuk menjelaskan apa yang terjadi.

Chaeyoung ingat gadis itu. Ia adalah gadis yang bertemu dengannya di tenda tteokpokki semalam. Orang yang menatapnya tajam, orang yang membuat dunianya berhenti untuk sesaat. Orang yang ia gambar di bukunya. The perfect girl.

Masih segar di pikiran Chaeyoung. Tatapan gadis itu. Betapa kosong, tajam dan dalam. Ia ingat bagaimana gadis itu membuatnya kehilangan kata-kata karena kesempurnaannya.

Setelah 5 menit menunggu, gadis itu akhirnya keluar dari kamar mandi. Dengan handuk di kepalanya, air menetes dari rambutnya, ia keluar tanpa kata. Ia berjalan menuju lemari pakaian, membukanya dan melakukan kegiatannya. Ia berjalan ke ranjangnya, memasukkan barang-barang ke dalam tas berukuran sedang.

Ia bahkan tak repot-repot menyapa Chaeyoung, yang dengan bodoh dan gugupnya menunggu dirinya. Ia melakukan kegiatannya seolah tidak ada yang terjadi diantara mereka.

Ia mengabaikan Chaeyoung. Dan itu terasa salah bagi Chaeyoung. Sesuatu yang terjadi sebelumnya adalah sesuatu yang perlu dibicarakan.

Dan, Chaeyoung menelan ludah, tidak ingin pertemuan pertama (atau kedua? Atau ketiga?) mereka mengacaukan semuanya. "Aku bisa jelasin".

Chaeyoung bisa melihat gadis itu tersentak, namun kemudian melanjutkan kegiatannya. Ia tidak mengatakan apapun dan Chaeyoung merasa sedikit bersalah.

"Aku, uhm, aku buru-buru sebelumnya. Beneran, aku cuma pengen buang air kecil". Chaeyoung menguraikan apa yang terjadi sebelumnya. "Aku nggak tahu kamu disana, jadi, aku masuk dan... Astaga. Maafin aku. Aku benar-benar minta maaf".

Masih diabaikan, Chaeyoung menghela napas dalam. "Maaf, beneran. Kalau kamu marah sama aku, aku bisa pindah ke kamar lain dan-".

"Nggak apa-apa".

Sedetik keheningan berlalu.

"Eh?".

Hening, sebelum gadis itu menggerakkan tumitnya. Matanya mencari mata Chaeyoung dan ia memberikan tatapan hangat padanya. Ia tersenyum tipis, namun cukup bagi Chaeyoung untuk melihatnya.

"Aku nggak marah. Dan kamu nggak perlu pindah ke kamar lain. Aku dengar, semuanya penuh sekarang".

Kali ini giliran gadis itu yang diabaikan, karena Chaeyoung tiba-tiba kehilangan kata-kata. Matanya terpikat dengan kecantikan gadis itu. Dan ketika gadis itu tersenyum lebih lebar, Chaeyoung kehilangan kata-kata lagi dan lagi.

"Itu bukan salahmu sebenarnya. Seharusnya aku nggak membiarkan pintu terbuka saat aku di dalam, kan?". Ia tertawa pada ucapannya. "Itu kebiasaanku, karena aku nggak pernah punya roommate".

Room 336 | Terjemahan Indonesia ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang