24

203 5 0
                                    

Bau rumah sakit yang selalu menempel di hidung Juan membuat nya merasa tak nyaman. Ia kurang begitu suka dengan bau rumah sakit, padahal ia tak memiliki trauma apa pun. Juan mengendarai motornya dengan kecepatan di atas rata rata. Berhubung itu tengah malam, jadi tak banyak orang yang ada di jalan itu, atau bahkan tidak ada.

Juan memarkirkan motornya di salah satu cafe yang sering ia datangi. Sebelum pergi, Juan berkata pada Amanda untuk mencari udara segar, Amanda menyetujuinya. Juan percaya jika Fitri bersama dengan Amanda. Ia melihat teman teman nya yang sudah nongkrong di pojokan cafe lalu menghampiri nya.

Setelah sampai di kerumunan teman teman nya, Juan bersalaman ala mereka dengan  semua nya satu persatu "Dari mana Lo?, Udah berapa bulan ini Lo ga gabung sama kita?" tanya salah satu orang

"Sibuk gue" jawab Juan yang masih bersalaman dengan anggota yang lain

Juan mengambil duduk si salah satu bangku, mengambil permen yang ada di saku nya lalu memasukkan ke dalam mulut. Ia sedikit menunduk dengan kedua tangan yang berada di kedua kaki yang di buka.

Setelah beberapa menit Juan datang, datanglah orang yang di tunggu tunggu oleh mereka semua. Siapa lagi kalo bukan Tony, ketua Trexy. Trexy itu semacam perkumpulan anak anak muda yang kerja nya nongkrong dan bermain di jalanan. Tapi geng ini tidak pernah melakukan tindak kriminal, malahan mereka membantu orang yang jadi korban kriminal di jalan. Mereka menguasai beberapa jalanan yang ada di ibukota, selain itu, mereka juga sering berkeliling ke jalanan yang mereka kuasai.

Warga yang daerah tempat tinggal nya di kuasai oleh Trexy pun sudah mengenal Trexy, malahan mereka sangat berterima kasih pada Trexy.

Tony datang dan menghampiri anggota Trexy sambil bersalaman ala mereka. Anggota yang lain menyambut Tony dengan berbasa basi

"Udah lama nih si bos kaga muncul muncul" ucap Danil

"Iya tuh, bos sama aja kayak si Juan" ucap Dika sambil menunjuk Juan dengan dagu nya. Juan yang tadi nya memperhatikan kelakuan mereka memalingkan muka dengan smirk nya ketika Tony melihat nya.

"Ya elah gue cuman ga dateng tiga hari doang, segitu kangen nya sama gue"

"Iya bos, soal nya kaga ada yang bayarin" sambar Dodi tiba tiba sambil memakan Snack yang ada di tangan nya. Danil menjitak kepala Dodi dengan kesal, Dodi yang di jitak hanya memegang kepala nya yang tadi habis bersentuhan dengan tangan Danil

"Dasar missqueen" ledek Danil

"Biarin" ucap Dodi tak acuh

"Lo mau minta apa? Mobil? Rumah? Liburan ke luar negeri? Makan pizza? Makan apa lagi? Semua nya boleh" ucap Tony dengan enteng nya "Lo mau beli patung Liberti? Colloseum? Apa menara Eiffel di Paris?" Lanjut nya lagi

"Kalo di tawarin kayak gitu sih gue mau, siapa yanh nolak. Tapi beneran tuh bos?" Ucap Dodi antusias

"Bene. Tapi ginjal, jantung, mata, sama hati Lo kasih ke gue"

"Mau buat apa bos?" Tanya Dodi bego

"Ya di jual lah"

"Si bos kejem amat" cibir Dodi meninggalkan Tony, sedangkan Danil mengikuti Dodi dari belakang

Tony berjalan menghampiri Juan yang sedang memainkan ponsel nya. Tony duduk di sebelah Juan. Juan yang menyadari kehadiran Tony langsung mematikan ponsel nya dan menaruh nya kembali ke saku celana nya. Juan menegakan tubuh nya, menyetarakan dengan duduk nya Tony

"Gimana adik gue?"

"Baik"

"Lo jagain dia kan?"

Cinta Pertama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang