Sejak Aleta menginjak kan kaki nya pagi ini di sekolah, langkah nya terasa lesu dan tak bersemangat. Hari ini ia sangat tidak mood untuk melakukan sesuatu, menulis pun lebih tidak niat di banding hari hari lain nya.
Nesya yang sedari memperhatikan ada yang tidak beres dengan Aleta pun mulai resah. Jika sahabat nya ini sudah lesu dan kehilangan mood , bisa bisa Nesya ketularan hal yang sama.
"Lo kenapa?" Nesya menaruh pulpen nya dan menatap ke arah Aleta.
Aleta yang sedari tadi menopang kepalanya di tangan nya pun merasa malas untuk menjawab pertanyaan Nesya. Ia malah mencorat coret buku nya dengan lemas.
"Yawloh,,, nih temen gue kek yang gagal menang lotre aja"
"Aku dilema sya" lirih nya pelan namun masih dapat di dengar oleh Nesya.
"Hm,, hm,, hm, mulai, mulai drama lagi" Nesya memilih untuk menulis kembali rumus rumus matematika yang sedang di tulis oleh Bu Rosidah di papan tulis.
"Aku,,"
"Udah udah, gue ga mau denger sekarang, ntar aja kalo udah jam istirahat curhat nya. Bakal berabe kalo di omongin sekarang"
Mood Aleta kembali tidak bagus. Dahi nya yang selebar lapangan golf menempel pada meja, tangan nya yang masih memegang pulpen menulis asal asalan. Entah di meja, di kertas, di tempat pensil nya, masa bodo, ia tidak peduli. Anggap saja Aleta sedang ambyar
Nesya hanya geleng kepala melihat tingkah laku sahabat nya itu, Nesya sudah lepas tangan.
Jam istirahat yang di tunggu tunggu pun akhirnya berbunyi dengan begitu nyaring. Bu Rosidah yang sedang menulis rumus pun berhenti dan membereskan barang barang nya "Hari ini sampai di sini dulu,
Assalamualaikum" pamit nya sambil berlalu pergi dari kelas.Nesya membereskan alat tulis nya, sedangkan Aleta malah menenggelamkan wajah nya di antara kedua tangan yang di lipat. Satu persatu murid di kelas itu pergi meninggalkan kelas. Tapi ada satu orang cowok yang masuk ke kelas mereka dan malah menghampiri meja Nesya dan Aleta.
"Fariz? Ada apa?" Tanya Nesya ketika menyadari kehadiran seseorang di samping meja nya. Aleta masa bodo dengan orang itu. Dan lagi siapa tadi nama nya? Fariz? Aleta tak mengenal nya.
"Mau istirahat bareng ga sama gue?" Tanya Fariz. Pasti gebetan baru Nesya yang dari kemaren pulang jemput Nesya. Tapi kenapa Nesya tak menceritakan nya pada Aleta sahabat nya.
Nesya lalu melihat ke arah pintu kelas nya. Di sana ada beberapa anak cowok yang muka nya asing di mata Nesya dan sedang bercanda. Pasti itu teman teman nya Fariz, tidak lain dan tidka bukan "Terus temen temen Lo itu gimana?" Nesya menunjuk pintu kelas dengan telunjuk nya. Fariz mengikuti arah tunjukan Nesya.
"Ntar gue bilang ke mereka buat duluan aja, gimana? mau ga?"
Nesya nampak sedang menimbang nimbang jawaban nya, ia juga menatap Aleta yang tak menunjukan kehidupan.
"Kayak nya istirahat kali ini gue ga bisa nemenin Lo deh" tolak Nesya tak enak
Fariz tidak puas dengan jawaban yang di berikan Nesya barusan. Tapi itu sudah menjadi keputusan nya, apa boleh buat. Fariz memasang senyum terpaksa nya"Oke, maybe next time"
"Makasih yah udah ngertiin" Nesya tersenyum pada Fariz
Fariz mengangguk sambil tersenyum, lalu dia keluar dari kelas Nesya. Teman teman Fariz yang begitu melihat Fariz keluar seorang diri mencoba menguat kan Fariz. Sebenarnya Nesya sangat ingin menghabiskan waktu istirahat bersama dengan Fariz, namun hati nya berkata lain. Ia merasa tak tega meninggalkan Aleta seorang diri uang yang sedang di timpa tangga, ia yakin kalau Aleta sedang membutuhkan pundak untuk bersandar. Eh engga, kan di samping Aleta ada tembok, mending nyandar ke sana aja, walaupun dingin tapi nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Pertama
Teen Fiction"Orang yang pernah gue sayang dan cintai bakal balik lagi ke kehidupan gue" Gimana rasa nya cuman di jadiin plampiasan? Gimana rasa nya jadi peran pembantu di saat peran utama hilang? Dia yang di kira benar benar sayang, ternyata hanya sekedar berb...