Isu

511 59 0
                                    

Paginya, suasana kembali riuh oleh para siswa yang baru berdatangan. Tubuh satpam yang tergeletak kaku itu masih ada disana, karena Leonitta tak ingin membawanya karena beberapa alasan. Kini, tubuh itu sudah mulai mengeluarkan bau.

   "Kau tahu? Ku dengar, geng anak baru itu berpartisipasi dalam pembunuhan itu." ujar salah satu siswi yang suaranya masuk, melayang-layang dalam telinga Airya dan anggota Et Puella yang baru masuk gerbang.

   Airya melirik sinis, mengintimidasi. 

   "Lihat saja, wajah mereka yang angkuh seolah mendeskripsikan perangai buruknya!" sahut seorang siswi lain yang ikut melirik ke arah Airya.

   "Tinggal tunggu waktu saja kapan kasus mereka akan diungkap." timpal yang lain.

   Kenapa jarak antara gerbang dengan kelas jauh sekali, sih?! gerutu Airya dalam batin.

   "Tunggu. Apa yang mereka bicarakan?" lirih Siska sambil terus melangkah.

   "Cari tahu nanti. Sekarang, fokus saja seolah tak ada apa-apa," sergah Airyna.

   Mereka berpisah. Menuju kelas masing-masing tentu saja. Berat memang, melangkah lurus dengan gunjingan yang terus memaksa masuk ke dalam indra pendengaran. Sebenarnya mereka pun heran, fitnah macam apa dan dari mana isu tersebut?

***

Kelas Airya lagi-lagi free. Guru-guru tengah mengurusi jenazah satpam yang mulai membusuk itu. Meski begitu, tampaknya kelas ada yang kurang. 

   Para penghuni kelas tak ada satupun yang menyapa si kembar, hanya tatapan sinis yang dilontarkan. Ada yang kurang, tapi...

   ... entahlah apa itu.

   "Kepada seluruh siswa dan siswi, harap berkumpul di lapangan upacara. Sekarang juga."

   Suara Miss Runi selaku kepala sekolah menginterupsi lewat mikrofon yang tersambung ke seluruh area sekolah.

   Airya dan Airyna ikut turun, sesaat setelah semua keluar kelas.

   Suasana di lapangan upacara sudah ramai, dan mereka berdua menjadi yang terakhir berkumpul.

   Miss Runi naik ke atas mimbar, membuka pengumuman yang akan disampaikan. Sebuah layar otomatis muncul dibelakang tubuh rampingnya, memperlihatkan sebuah foto yang berlatar pada malam hari.

   "Baik, ini yang akan saya bicarakan. Ini salah satu bukti bahwa satpam kita dibunuh malam tadi. Apa kalian bisa melihat dengan jelas? Disini terlihat pembunuhnya adalah dua orang wanita," jelas beliau sambil menunjuk objek di belakangnya guna memperjelas.

   Kasak-kusuk mulai terdengar dari kalangan siswa maupun siswi. Sebagian menuduh, ada pula yang menyangkal tak percaya.

   Namun Airya, ia lebih tertarik pada subjek di belakang mimbar, posisinya agak tertutup. Sepintas, ia melihat kalau itu adalah Raya, anak culun yang tak dianggap di kelasnya. Matanya yang tertutup kacamata membuatnya deja vu dengan tatapan sesorang,

   tapi siapa?

   Airya mengangkat tangan, menarik perhatian seluruh yang ada di lapangan.

   "Ya? Ada apa, Ryanna?" tanya Miss Runi dengan senyum yang, err... palsu.

   "Kenapa dia tak bergabung disini?" tanyanya hampir tak berintonasi, memberi isyarat mata, menunjuk subjek di belakang mimbar.

   Miss Runi tersadar. "Oh! Saya lupa memperkenalkannya, informan kita. Baik, Raya. Silakan maju!"

The Agents ; ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang