"Cepat panggil ambulan, bodoh!" seru Karin panik.
Leonitta mengangguk patuh, mengeluarkan ponsel miliknya yang berbasis sinyal intelijen. Menelpon ambulan, tentu saja.
"Sekarang apa?" tanya Airyna, mengabaikan Devi yang sedang menangis sambil memangku Ariel dan Airya yang menatap kosong ke arah pemuda itu.
"Bagaimana dengan Runi, Ai?" Karin balik bertanya pada Airya, mengabaikan pertanyaan sebelumnya.
"Mati." jawab Airya.
"Mana Raya?" tanya Siska, yang langsung dijawab oleh jeritan para siswi.
Et Puella menoleh, terkejut mendapati banyak siswa maupun siswi yang tergeletak bersimbah darah di tepi bukit itu. Terlihat, Raya dan Azriel yang sibuk 'mengeksekusi' dengan membabi-buta.
Airya bergerak cepat. Tanpa membidik lagi, ia meluncurkan satu pelurunya yang bersarang tepat di lengan atas milik Azriel. Azriel mengerang, lalu erangannya semakin keras saat Airya kembali menyarangkan satu pelurunya di kaki kanannya.
Terlihat Raya yang tersulut emosi melihat temannya terluka. Ia berlari kencang ke arah Airya seraya mengacungkan katana-nya.
"Beraninya kau, sialan!" umpatnya.
Airya, hanya menatap datar sambil menghindar ke arah Raya yang terlihat ingin mencabik-cabiknya. Ia sesekali melayangkan pelurunya yang pasti tepat sasaran.
Inilah Airya yang sesungguhnya. Petarung berdarah dingin yang bahkan tak pernah tak santai dalam menyerang. Tetap tenang namun pasti tepat.
"Kau berani melukai Azriel, huh?" sentak Raya di sela-sela serangan.
Airya tak menjawab, ia terus saja menyerang tanpa senjata.
BOOM!
Satu setengah menit berlalu, dan bom granat itu benar-benar meledakkan sekolah elit itu.
Para siswa-siswi tak ada yang berani mendekati pertarungan, apalagi dengan jumlah mereka yang sudah sangat sedikit sekarang.
"Katakan apa maumu, sampai kau membunuh banyak orang yang tak bersalah?!" tanya Airya menggertak. Tentu sebelum ia bertanya, ia sudah memindai sidik jarinya pada micro voice recorder yang tertancap di bajunya.
"Apa mauku? Aku ingin membalas dendam pada Runi!"
"Atas dasar apa?!"
"Dia yang membunuh orangtuaku sekitar dua tahun silam, dan menggelapkan dana perusahaan ayahku sebanyak 2,5 triliun!"
Airya diam, mencerna ucapan Raya.
"Maksudmu, apakah Runi adalah karyawan di perusahaan ayahmu?"
"Ralat, wakil direktur."
"Apa ayahmu bernama Haliim Renggana?"
Raya tersentak. "Bagaimana kau tahu?"
"Ayahmu sudah mati, 'kan? Ibumu juga." Airya mengabaikan pertanyaan Raya.
"Ya. Kau benar," Raya berujar lirih.
"Dan Runi-lah penyebab orangtuaku mati!" lanjutnya menggebu-gebu.
Raya menyerang bagian kepala Airya menggunakan kakinya, membuat Airya sedikit pening.
"Kau tahu, bahkan Runi menutup mulut hakim dan polisi hingga ia benar-benar bebas walaupun status yang seharusnya adalah buron!
"Dan sekarang, ambisiku adalah menghancurkan sekolah beserta murid-murid dan tenaga pengajar yang berdiri karena uang haram Runi! Aku ingin Runi tahu, aku tidaklah bodoh!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Agents ; ✔
ActionMisi. Dan misi lagi. Sebuah misi kali ini membuat Airya dan Airyna kembali ke tanah kelahiran, Indonesia. Disanalah mereka berdua dan beberapa agen lainnya merasakan kembali yang namanya sekolah. Suka-duka, lika-liku perjalanan sekolah seakan membu...