2 bulan setelahnya...
"Kenai sasaran. Fokus," perintah mutlak Airya memang tak bisa dibantah.
Kedudukannya sebagai pelatih para agen baru benar-benar memaksanya untuk melupakan sebagian besar dari perjalanan sebelumnya. Kecuali untuk bagian Ariel, tentu saja.
Gadis itu bahkan tak terlalu memikirkan kejadian yang menurutnya cukup konyol beberapa waktu lalu itu. Entah bagian mana yang ia anggap konyol, tak ada yang mengerti.
"Hei, Ai. Kau dipanggil." ujar Matthew sembari menepuk pundak lebar gadis itu.
Airya tidak menjawab. Hanya mengangkat sebelah alisnya sebagai isyarat akan pertanyaan.
"Boss memanggilmu," jawab Matthew yang paham akan kode itu.
Airya tidak menjawab. Lagi. Ia bahkan langsung pergi meninggalkan Matthew yang sudah mendengus kesal di tempatnya.
"Gadis itu bahkan tidak mau bicara padaku." Matthew bergumam, "Jangankan bicara, tersenyum pun enggan."
Airya mendengar semuanya. "Thanks."
Matthew yang mendengar itu langsung blank. Tanpa sadar, ia sendiri mengangkat kedua sudut bibirnya perlahan. Membentuk garis lengkung yang menawan.
"Ah! Rasanya aku tidak ingin berhenti memikirkannya!" pekiknya yang langsung disambut dengan lemparan botol bekas dari temannya.
"Apa-apaan kau!?"
"Kau gila karena dia, huh!?"
Matthew mencebik. Membuat pise imut seolah dia tidak pantas diomeli seperti itu. Yang bahkan mengundang dengusan geli dari rekan seperjuangannya itu, sebelum kemudian bergidik.
"Jauh-jauh dariku!"
***
"Ada apa memanggil saya?" tanya Airya begitu saja tanpa basa-basi.
Boss yang bernama Louis itu hanya mendelikkan matanya tak suka. Kemudian ia beralih menatap laptopnya sebelum menunjukkan sesuatu pada gadis agen asuhannya itu.
"Dasar bodoh! Kau memang tidak profesional!" makinya begitu saja sebelum Airya sempat membaca apa yang tertera pada layar.
"Ini t-tidak mungkin. Saya sudah memastikannya!" bantah Airya tidak terima.
"Bukti-bukti ini lebih meyakinkan dari pada ucapan kamu. Mungkin mulai hari ini, Et Puella akan diberhentikan." final Louis.
"S-saya..., dipecat?"
"Ya. Kenapa? Kau keberatan? Untuk apa? Kalian bahkan tidak bisa mengerjakannya dengan baik. Kamu pikir, apa tugas seorang pemimpin?!"
Airya diam. Ia masih tidak bisa menerima keputusan atasannya itu. Oh ayolah, si tua Louis itu terlalu berlebihan! Pikirnya.
Kalaupun kabar yang telah dibacanya barusan itu memang benar, itu hanya kegagalan pertama! Kenapa atasannya ini terlalu berlebihan? Airya tidak habis pikir.
"Sudahlah. Panggil anggota lainnya. Saya akan memecat kalian hari ini juga."
"Ini terlalu berlebihan!"
"Apanya yang berlebihan?! Sudah jelas ini salah kalian yang tidak becus mengerjakan tugas? Apa yang kalian lakukan disana? Bersantai!? Oh ayolah, aku tidak mengirim kalian untuk itu!"
Airya bergeming. Tanpa menjawab tembakan beruntun dari atasannya, ia mengalihkan arah bicara.
"Baik. Saya keluar dari organisasi ini. Surat resminya akan saya kirim sore ini juga. Terima kasih, dan semoga Anda tidak menyesal atas keputusan bodoh ini." ucapnya telak. "Saya permisi."
Sepeninggal Airya, Louis mengusak surainya kasar. Frustasi. Tangannya bergerak ke arah laptop. Mengetik sesuatu pada kolom pencarian.
"Mencariku, Louis Fuinston?"
Deg.
DOR!
***
"Bagaimana bisa?" Airya bermonolog ketika ia bergasil keluar dari gedung markas.
Ia tak akan pernah mendengar suara letusan senapan itu. Karena ruang Louis memang kedap suara.
"Aku bahkan sudah memastikannya mati waktu itu."
"Heran dengan itu, nona Airya Aletta?"
Suara itu.
Suara yang ia yakin sudah tertelan tanah.
Suara musuhnya.
Airya perlahan membalikkan badannya. Terkejut begitu menemukan presensi seseorang yang tak asing lagi baginya.
"Well, aku baru tahu kalau bos-mu itu lemah. Aku tak heran kalau anak buahnya juga sama lemah dan bodohnya seperti dia." Wanita itu menyeringai. "Sayang sekali..."
"R-Runi...," Airya menggeram.
"Sialan!"
***
End. Kali ini serius.
Akhirnya, saya memutuskan untuk mengganti rencana. Kalau untuk season 2, saya takut idenya nggak nyambung dan cerita ini malah jadi nggak jelas.
Maka dari itu, saya memutuskan untuk membuat bonus chapter saja.
Satu lagi. Maaf bagi para pembaca bila ada kesalahan kata. Atau kata-kata umpatan yang seringkali muncul dalam cerita ini. Maaf bila alurnya membosankan dan monoton. Atau terlalu lambat dan sejenisnya. Maaf, ya?
Satu lagi deh. Terima kasih. Bagi yang sudah bersedia meluangkan waktu untuk sekedar membaca cerita yang bahkan masih kacangan ini. Sekali lagi, terima kasih dan... Sampai jumpa di cerita selanjutnya!
Bye!
acathss_
KAMU SEDANG MEMBACA
The Agents ; ✔
ActionMisi. Dan misi lagi. Sebuah misi kali ini membuat Airya dan Airyna kembali ke tanah kelahiran, Indonesia. Disanalah mereka berdua dan beberapa agen lainnya merasakan kembali yang namanya sekolah. Suka-duka, lika-liku perjalanan sekolah seakan membu...