Teror

504 53 0
                                    

Siswi mati, lagi. Kali ini pisau menancap sempurna di dada sang siswi, yang tergeletak dalam toilet wanita. Entah apa motif si pelaku, sampai semua korbannya adalah perempuan.

   Ariel mengerang tertahan, frustasi dengan masalah sekolahnya.

   Namun tiba-tiba, sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya. Ia langsung mengecek, dan menemukan pesan singkat dari nomor tak dikenal.

   From: the unpredictable
   To: all students

   "Datang ke aula. Sekarang."

   "The unpredictable?" gumam Ariel lirih.

   Dilihatnya sekeliling, seluruh siswa maupun siswi sama-sama mengecek ponsel mereka. Kemudian, memutuskan untuk mengikuti arahan pesan itu.

   Siapa tahu penting, pikir Ariel.

***

"Ada apa mereka ramai-ramai ke aula?" tanya Airya bermonolog.

   Ia cepat-cepat memindai sidik jari, mengaktifkan earpiece miliknya.

   "Disini Airya. Cepat datang ke aula, ada yang tak beres kurasa."

   Dengan mengendap-endap, ia menyelinap masuk ke aula dan bersembunyi di titik yang tak bisa dilihat oleh para siswa. Dengan pakaian serba-hitamnya, sudut gelap mungkin pilihan tepat.

   Suasana gaduh. Semua orang sibuk berbincang, bahkan tak menyadari bahwa Et Puella tengah menyelinap masuk.

   Kondisi baru benar-benar tenang saat kepala sekolah menaiki panggung yang memang tersedia di aula. Kepala sekolah itu mengambil mikrofon dan mulai membuka kata. Juga terlihat semua guru yang berdiri di belakangnya.

   "Disini, saya hanya ingin menyampaikan, bahwa sekolah ini mungkin sebentar lagi akan ditutup. Dikarenakan suatu hal, pihak sekolah tidak bisa membiarkan polisi masuk memeriksa kejadian yang baru-baru ini terjadi."

   Suasana gaduh lagi, namun langsung dapat dikendalikan kepala sekolah angkuh itu.

   "Harap tenang. Mulai besok, sekolah akan resmi ditutup."

   Blank! Lampu mati.

   Muncul sebuah hologram di sisi aula yang kosong. Menampilkan layar dengan kalimat.

"If y'all run, y'all will die."

   Ditulis dengan huruf yang dicetak tebal. Memberi penekanan.

   "Lelucon macam apa ini?" tak jarang kalimat ini terlontar dari bibir para siswa.

   "Ini bukan lelucon, kawan-kawanku sayang." ujar seseorang dari atas ventilasi.

   Spontan para siswi memekik ketakutan ketika melihat katana yang dihunus oleh wanita berjubah itu. Lagi-lagi, ia bertopeng.

   Airya tak tahan lagi. Ia mengangkat pistolnya dalam diam, lalu diarahkannya ke atap. Mengancam.

   Dor!

   "Letakkan senjatamu, atau aku yang akan memaksamu!" perintahnya, menodong pistol dari kejauhan.

   Gadis itu terkekeh. "Wah, wah, wah. Rupanya nona Ryanna masih berani menunjukkan keberadaannya. Apa perlu kau kupanggil nona Airya Aletta?"

   Airya terkejut. Siapa gadis itu sampai tahu nama aslinya?

   "Jelaskan apa maumu?!" gertak Airya dengan intonasi datar yang menukik.

The Agents ; ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang