Lima tahun kemudian.
Ini adalah hari ulang tahun Jenar yang ke dua puluh lima. Bisa dikatakan bahwa ini adalah tahun kelima Jenar merayakan ulang tahunnya dengan ketidakpastian dimana Deska berada. Deska yang lima tahun lalu tiba-tiba pergi, seperti sebuah tanya yang entah kapan bisa Jenar temukan jawabannya.
Pernah satu kali setelah ia lulus dan kembali ke rumah, Jenar bertanya kepada mamanya. Pertanyaan tentang apakah beliau pernah berkomunikasi dengan mama Deska. Tapi, mama Jenar berkata bahwa sudah sangat lama mereka tidak lagi berkomunikasi. Bahkan saat Deska sekeluarga pindah pun mama Deska tidak memberikan kabar sama sekali. Keluarga itu pergi begitu saja. Menimbulkan banyak dugaan-dugaan yang berkembang di lingkungan mereka. Mulai dari masalah bangkrutnya keluarga Deska, hingga papa Deska yang dituduh menipu orang dan menggelapkan uang kolega. Namun, semua hanya dugaan belaka. Belum ada jawaban pasti dari alasan kepergian Deska dan keluarga.
Setelah lulus kuliah dan mendapatkan gelar sarjana, Jenar kembali ke kota asalnya. Ia mencari kerja ke beberapa perusahaan yang membutuhkan tenaga sesuai dengan ijazah yang ia miliki. Cukup lama Jenar menunggu dan melewati setiap tahapan. Mulai dari tes keahlian, kemudian wawancara, hingga pengumuman penerimaan. Jenar mengikuti semua tahapannya sama seperti calon tenaga kerja pada umumnya.
Beberapa perusahaan memberikan kesempatan pada Jenar hingga tahap akhir. Namun kebanyakan selalu gagal setelah wawancara. Sedangkan perusahaan lain menyatakan Jenar gagal setelah melewati tahap pertama. Alasannya rata-rata sama. Karena Jenar kurang memenuhi syarat keterampilan dan keahlian yang dibutuhkan perusahaan. Namun, diantara semua perusahaan yang sudah Jenar lamar. Ada sebuah perusahaan ternama yang akhirnya dapat ia tembus. Meski harus menunggu selama tiga bulan, perjuangan Jenar tidak sia-sia. Ia akhirnya diterima disebuah perusahaan asuransi sebagai karyawan analis anggaran. Pekerjaan yang sesuai dengan jurusan yang ia ambil yaitu ilmu statistika.
Jenar bekerja selama satu tahun perusahaan tersebut. Namun kemudian ia berhenti karena tawaran modeling dan iklan yang membuat pekerjaanya di kantor menjadi terganggu. Bukan hanya itu saja. Tuntutan pekerjaannya yang lumayan tinggi serta suasana kerja yang tidak sesuai dengannya, membuat Jenar tidak betah. Tidak ada teman-temannya di kantor yang mendukung saat ia membuka kanal video berbagi di youtube. Mereka mencibir Jenar hanya memanfaatkan kecantikannya juga pekerjaan sampingannya sebagai model. Cibiran serta gossip yang berkembang di kantor lama-lama terasa memuakkan. Akhirnya pada satu hari setelah menerima uang gajinya, Jenar memberanikan diri menemui atasannya dan memberikan surat pengunduran diri.
•••
Selama hampir dua tahun belakangan, Jenar akhirnya memilih untuk fokus mengelola kanal youtube untuk mengabadikan semua kegiatannya. Entah itu kegiatan selama liburan yang rutin ia lakukan baik sendiri, atapun bersama Aira sahabat baiknya. Ia juga membagikan kegiatan modeling yang memang sekarang ini lebih ia nikmati. Bertemu dengan orang banyak yang berasal dari berbagai profesi. Juga berkomunikasi dengan orang yang berasal dari industri kreatif. Ia senang bertemu dengan macam-macam orang yang memiliki cara pandang luas dan beragam.
Sejak kanal youtube serta akun media sosial jenar mulai kebanjiran pengikut, namanya mulai dikenal oleh masyarakat khususnya mereka yang aktif di dunia maya. Nama Jenar makin bersinar, baik sebagai model, seorang traveler, maupun youtuber. Dan sosok yang selalu mendampinginya tak lain dan tak bukan adalah Aira, sahabat baiknya.
"Jenar," Aira memanggil nama sahabatnya itu sambil menunjukkan laporan hasil editingnya.
Aira merupakan manager sekaligus pengelola semua video yang diposting Jenar. Untuk beberapa pekerjaan atau acara, Aira terkadang berlaku sebagai asisten pribadi. Bukan karena ia tidak mau mencari kerja yang lebih baik ataupun bagaimana. Aira hanya suka bekerjasama dengan Jenar karena Jenar lebih fleksibel dan tidak banyak mau.
Bekerja dengan Jenar pun, Aira mendapatkan bayaran yang pantas. Belum lagi bonus yang Jenar berikan dari setiap iklan yang berhasil Aira nego. Bekerja bersama Jenar, Aira juga memiliki waktu istirahat cukup. Ia bahkan waktu luang untuk dihabiskan dengan mamanya yang kini tingal berdua dengannya. Dan dengan segala kemudahan dan keuntungan yang ia dapat, tentu Aira memilih bekerja dengan Jenar daripada di tempat lain.
"Ini hasil editing perjalanan kita ke pulau Samosir minggu lalu, udah bisa diposting. Enaknya diposting kapan?" tanya Aira pada Jenar yang asik duduk bersandar di sofa sambil mainan game yang ada di ponsel.
Jenar melihat sekilas hasil video yang sedang diputar kemudian berkata,"Nanti aja. Posting jam empat sore. Seperti biasa bikin video cuplikannya untuk diposting di akun pribadi gue."
"Oke. Siap. Eh, hari ini lu jadi ketemu sama Mas Rafa?" Aira seolah mengingatkan Jenar akan janjinya dengan salah satu fotografer yang akan bekerja pada hari itu.
"Jadi. Kan janjiannya di studio daerah Gazel. Lu jadi nemenin nyokap lu buat belanja kado dulu?"
"Iya. Ini mau berangkat. Nanti jam enam sore, ya. Kita janjian di kafe biasa. Kan soalnya studio deket sama kafe. Lumayan, bisa ngopi sebentar sebelum kerja," kata Aira. Jenar tentu saja setuju dengan rencana Aira.
Selesai dengan tugasnya dan kegiatan beberes peralatan editing, Aira mengenakan blazer mentupi kemeja hijaunya. Ia lantas mengambil tas dan pamit pada Jenar untuk pergi duluan. Begitu Aira pamit, Jenar pun asik rebahan di kasurnya sendiri. Menonton serial drama korea yang sudah selama tiga hari ini memaninya mengisi waktu luang.
•••
Kafe bernama Exotic yang terletak di seberang taman itu mulai ramai. Beberapa meja yang memiliki letak strategis selalu terisi lebih dahulu. Jenar pun sama, sengaja datang lebih awal supaya bisa duduk di meja ujung dekat dinding yang letanya paling dekat dengan bar kopi. Lokasi itu menjadi kesukaannya karena disana ia dapat menikmati harumnya kopi yang baru saja dibuat.
Beberapa menit yang lalu, ia sudah menghubungi Aira lewat telpon. Sahabatnya itu ternyata masih dijalan. Diantsr taksi online, Aira bilang akan sampai dalam beberapa menit. Masih cukup waktu untuk Jenar duduk menikmati kopi dan sepotong kue dengan krim keju kesukaanya.
"Aira kira-kira sampainya masih lama gak, ya? Kan gue bosen juga nunggu sendirian," monolog Jenar sambil menopang dagunya dengan telapak tangan di atas meja.
Wajahnya yang dipoles dengan riasan tipis itu mulai cemberut. Sesekali ia memeriksa jam tangan berwarna silver yang melingkar dipergelangan tangan kirinya. Udah sepuluh menit hampir lima belas menit. Apa Aira kena macet, ya?" monolog Jenar yang mulai bosan menunggu.
Merasa Aira semakin lama dan dirinya sendiri makin merasa bosan, Jenar pun merapikan isi tasnya. "Mending gue pergi sendiri," monolog Jenar.
Begitu berdiri, tanpa sengaja mata Jenar bertemu dengan mata yang tak asing. Sepasang mata yang membuatnya terdiam dan kehilangan kemampuan untuk bergerak.
"Jenar?" Pemuda berkacamata itu menghadap Jenar. Ia mengerutkan dahinya seperti mengingat sesuatu. Jarinya yang sedari tadi terangkat menunjuk Jenar, ia turunkan begitu yakin ia tidak salah mengenali orang.
"Lu Jenar, kan?" Sekali lagi pemuda itu memastikan.
Jenar yang masih terdiam, segera menyadarkan dirinya lalu mengangguk. "Deska, kan? Apa kabar?" Jenar meremas tali tasnya lembut.
Jelas ini gue, Jenar. Apa lu lupa sama gue? Gue tunggu lu selama ini. Kenapa lu baru muncul sekarang?, batin Jenar.
Deska menjawab dengan senyuman manis yang tidak pernah berubah. Ia berjalan mendekat pada Jenar kemudian memeluknya.
Gue kangen, batin Jenar.
_______
Sampai bertemu dengan Deska dan Jenar di chapter selanjutnya. ❤
20200604
Vynvion

KAMU SEDANG MEMBACA
Schicksal [END]
Teen FictionDeska dan Jenar terjebak dalam hubungan perasaan yang tidak jelas. Lalu mereka berpisah sebab salah satunya menghilang. Hingga dalam sebuah keadaan bernama kebetulan, takdir bekerja dengan kuasanya. START : 16 Juni 2019, di Indonesia. END : 01 Juni...