0.8

446 79 7
                                    

Merayakan kehilangan. Jenar pikir hanyalah fase dimana dia akan bersedih. Lalu ia akan bangkit dan kembali bersemangat. Ia akan melupakan semua perasaan sedih juga kekosongan yang ada di hatinya. Kehilangan yang ia rasakan perlahan akan pulih dan ia akan kembali menjadi Jenar yang biasanya. Namun nyatanya keadaan tidak sesederhana itu. Kehilangan artinya sesuatu itu pergi. Entah untuk sementara ataupun selamanya.

Orang selalu bilang bahwa kita akan merasa memiliki setelah kita kehilangan. Dulu Jenar tidak sependapat dengan pernyataan itu. Baginya selama sesuatu itu kita miliki, maka selamanya itu adalah miliknya. Namun, sekarang Jenar bisa memahami pernyataan itu. Ia setuju dengan pernyataan yang dulu tidak sesuai prinsipnya. Memiliki kemudian kehilangan adalah perasaan yang sungguh tidak nyaman. Kekosongan yang nyata dan benar-benar membuatnya hampa.

Sudah hampir sebulan sejak kepergian Deska yang menurut Jenar begitu tiba-tiba. Bukan hanya pindah kost, Deska juga pindah kampus bahkan ia sekeluarga pindah rumah. Tidak tahu kemana, begitu yang mamanya katakan saat Jenar menelfon beberapa jam setelah Jenar pulang dari kost Deska. Mamanya saja tidak tahu, padahal mama Jenar dan mama Deska adalah teman baik. Itu artinya Jenar memang sudah kehilangan harapan untuk mendapatkan informasi. Jika sudah ada hubungannya dengan keluarga, tentu kepindahan Deska karena alasan yang penting. Dan Jenar benar-benar dibuat penasaran dengan itu.

Jenar seperti putus asa. Tidak ada kejelasan tentang keberadaan Deska atau tentang kabarnya. Semua koneksi terasa buntu. Tidak ada titik terang, tidak ada harapan. Hanya segelintir dugaan-dugaan tak beralasan jelas yang sering ia dengar dari kawan-kawan yang dulu sempat dekat dengan Deska. Kini Jenar makin merasa tidak nyaman. Dunianya tanpa Deska benar-benar kosong. Rasanya seperti ada yang hilang. Satu yang ada dibenak Jenar adalah pertanyaan tentang apakah ia mencintai Deska. Itu saja.

“Jenar,” Aira menyikut lengan sahabatnya itu agak keras. Sedari tadi sejak mereka sampai dan kantin lalu makanan pesanan mereka sampai, Jenar seperti kehilangan nafsu makan. Ia mencampur terlalu benyak kecap, jeruk nipis pada kuah soto yang ada di hadapannya. Bahkan Jenar juga memasukkan kerupuk udang didalam mangkok yang sama. Jadilah kerupuk udang itu melempem seperti kerupuk seblak dengan versi lebih memprihatinkan. Sementara kuah soto milik Jenar, bahkan melihatnya saja Aira sudah tidak napsu makan.

“Ck. Apasih Aira, ganggu aja orang lagi makan,” kesal Jenar yang merasa lamunannya terganggu.

“Makan apaan. Orang dari tadi mangkok lu itu cuma lu aduk-aduk doang.”

“Siapa bilang? Gue makan, nih.” Jenar menyendok soto lalu ia suapkan dengan santai ke mulutnya. Aira langsung menunjukkan ekspresi jijik melihat apa yang Jenar lakukan. “Tuh, gue makan.”

“Dih. Jorok banget, sih. Masih normal kan lidah lu? Makanan udah kaya muntahan naga gitu masih bisa lu telan.”

“Yaudah, sih. Gini doang masa lu ributin.  Yang penting gue makan, gue kenyang, gue sehat, gak keracunan. Beres, kan?”

Aira menggelengkan kepalanya. “Wah, makin gak bener emang otak lu, Jen. Kayaknya pengaruh Deska emang udah bener-bener parah. Baru sebulan gak dapat kabar dari dia. Tapi muka lu udah kaya istri yang ditinggal minggat sama suaminya.”

Aira berdecak kemudian meneruskan makannya. Mubazir kalau soto enak buatan Bu Siti yang terkenal seantero kampus tidak ia habiskan. Ia tidak mau seperti Jenar yang kehilangan berat badan cukup banyak. Bagi Aira, bahagia itu butuh tenaga. Dan tenaga manusia berasal dari makanan. Untuk itu Aira perlu makan untuk bahagia.

“Makan, Jen. Lu udah jomblo, kurus pula. Yang ada bukannya makin cantik, lu malah kena anoreksia nanti," kata Aira mengingatkan.

Jenar menghela napas. Mendorong mangkuknya menjauh. Ia sudah kehilangan napsu makan. Gadis dengan rambut hitam nan panjang itu kemudian menopang dagunya diatas meja. Kini ia ganti mengaduk-aduk gelas es jeruk miliknya dengan sedotan. “Kayaknya, emang Deska tuh berpengaruh banget, Ai. Gue bener-bener kehilangan dia. Gak nyaman banget hidup gue. Hidup gue beneran gak lengkap kalo gak ada dia. Kayak makan sayur asem tapi rasanya gak asem.”

“Ck. Lu nih ya, Jen. Apa yang kurang coba? Gue rasa hidup lu normal aja tanpa dia. Lu masih kuliah, lu masih makan, lu juga masih kerja, lu juga masih pergi traveling. Apa yang kurang?”

Jenar diam sesaat. Sekali lagi menghela napas. Namun kali ini lebih lembut. “Tapi, Aira. Gak ada yang anter jemput gue kemana-mana. Gak ada yang jaga dan nemenin gue kalo ada kerjaan sampai malam. Gak ada yang sibuk nanyai tugas gue udah dikerjain apa belum. Gak ada yang ingetin buat bawa keperluan penting gue kalo gue lupa. Gak ada yang rutin kirim ucapan selamat tidur tepat jam sembilan malam. Dan gak ada yang ingetin gue buat sarapan karena takut asam lambung  gue kambuh. Gue kangen Deska, Ai. Kangen banget.”

Mendengar begitu lancarnya Jenar mengutarakan perasaanya, Aira hanya bisa mendengarkan. Jenar biasanya begitu gengsi untuk mengakui ketertarikannya atas sesuatu, kini dengan begitu mudahnya gadis itu menunjukkan kerinduan pada sosok Deska. Harus Aira akui. Deska memang berbeda. Seseorang yang dengan setia mengisi hari-hari Jenar beberapa tahun terakhir. Seseorang yang Aira tahu, bahwa ialah yang paling tulus menerima Jenar apa adanya.

“Yaudah, Jen. Lu sabar dulu sekarang. Fokus buat lanjutin hidup dan raih cita-cita. Mungkin suatu saat nanti kalau emang kalian berjodoh, Deska pasti balik lagi. Dia bakal nemuin lu dan jelasin semua. Tentang kepergiannya juga alasan dia gak ngasi kabar sama sekali.” Aira mengusap punggung Jenar lembut.

“Sekarang, lu harus balik jadi Jenar yang biasanya. Bahkan lu harus jadi Jenar yang lebih baik lagi. Jenar yang mandiri, Jenar yang optimis, dan Jenar yang disukai banyak orang. Gue bakal dengan setia temenin lu kemanapun lu pergi. Gue juga bisa ikut lu kerja kalo ada pemotretan dan gue juga bisa jadi temen lu buat traveling," kata Aira.

"Lu gak sendiri, Jen. Masih ada gue." Aira meyakinkan sahabatnya itu bahwa ia takkan membiarkan Jenar sendiri.

Disaat seperti ini, yang Jenar butuhkan adalah dukungan juga semangat. Membiarkan Jenar terkungkung dalam kesedihan adalah hal yang tidak seharusnya. Jenar harus tetap bersinar. Dan selamanya sampai Deska kembali nanti, Jenar akan terus bersinar. Aira akan memastikan itu.

_______

Sampai bertemu dengan Deska dan Jenar di part selanjutnya.

202000401

Vynvion ♡

Schicksal [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang