"Sebuah rasa hadir tidak melihat untuk siapa, dari siapa, dan bagaimana."
⛅️⛅️⛅️
Aku bisa mendengarnya dan melihatnya, saat ini mereka sedang membicarakanku. Bahkan beberapa kali dengan sengaja mereka berbisik dengan sedikit dikeraskan. Tidak begitu banyak yang dapat ku tangkap dengan telingaku, mungkin hanya kata-kata "idiot dan mustahil". Aku memang biasa di jadikan bahan cemoohan, tapi pandangan mereka kali ini benar-benar menusuk. Tidak hanya sebagian, melainkan banyak pasang mata yang melihat ku.
"Hai!" Naruto menghampiriku. Aku tak menghiraukannya, kakiku terus saja ku langkahkan. Naruto mengikuti dengan berjalan di sampingku.
"(Nama)?" Tangannya dikibaskan di depan wajah ku. Aku berhenti tepat di depan kelas, Naruto tengah tersenyum ke arah ku.
"Bisa gak kamu berhenti ganggu aku?" jengkelku.
"Wah, wah, ini masih hari Senin. Kenapa mukamu kecut begitu?"
Anak-anak di dalam kelas melihat ke arah ku dan berbisik-bisik.
"Naruto, apa kau tidak salah berbicara dengan gadis itu? Teman masa kecil mu itu sudah punya pacar. Uppss, sorry, maksud ku sedang mengejar-ngejar seorang calon pacar," Karin yang datang bersama Kiba tertawa dengan keras.
Naruto menatap ku seolah tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar, "Kamu punya pacar?"
Karin menghampiri Naruto dengan selembar kertas HVS berukuran A4 di tangannya.
"(Nama) dan Sasuke?"
Lembaran kertas yang ada di tangan Naruto segera ku ambil. Kertas putih itu berisi foto ku dengan Sasuke saat di pasar malam. Siapa anak yang sangat kurang kerjaan melakukan ini?
"Itu trending topic hari ini. Selamat kamu menjadi artis dadakan. Ah, aku benar-benar kasihan pada Sasuke, digosipkan berpacaran dengan gadis sepertimu? Itu sama saja dengan mimpi buruk," Karin tersenyum sinis ke arahku.
Mimpi buruk kau bilang? Ini benar-benar gila!
Aku berlari meninggalkan kelas. Hanya satu yang terlintas di kepalaku saat ini. Aku ingin mendengar penjelasan dari Sasuke. Apa semalam dia menjebak ku? Apa untungnya laki-laki itu mempermainkan ku? Aku memang idiot karena menganggap laki-laki itu baik. Nyatanya dia sama saja seperti yang lain.
Tentu saja, mana mungkin anak sepertinya bisa baik pada gadis menyedihkan dan idiot seperti ku. Dia pasti ada di atap, menertawakan ku.
Belum sempat aku menaiki tangga, seseorang menutup wajah ku dengan kain. Aku tidak bisa melihat sama sekali. Ku rasakan dua orang menyeret ku. Teriakan dan sorak-sorai mulai ramai terdengar."Apa yang kalian lakukan?!"
Aku bisa mendengar Naruto berteriak.
"Diamlah, Naruto!" suara Karin tengah berteriak pada Naruto.
"Ini akan menarik. Sebaiknya kau diam di sini saja," kali ini ku dengar Kiba berusaha menghentikan Naruto.
"Hei, lepaskan (Nama)!"
Aku meronta berusaha melepaskan diri. Sayangnya mereka terlalu banyak. Tubuh ku terus di seret dengan paksa.
Mata ku terbelalak lebar saat kain penutup terlepas dari wajahku, Sakura dan Tenten ada di depan ku. Mereka membawa ku ke dalam toilet wanita. Di luar sana Ino tengah berjaga.
Sakura mencengkram pipiku dengan tangannya, "Gadis sepertimu memang gak tahu belas kasih. Aku udah ingetin kamu dengan baik-baik. Jangan pernah, mendekati Sasuke, tahu?!"
Dengan keras Sakura melepas pipiku. Aku menunduk, tidak mungkin aku meladeni mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cloud and Rooftop [Sasuke X Reader X Naruto] ✔️
Fanfiction[TAMAT] Hanya sebuah cerita tentang gadis biasa yang selalu melihat awan ketika memandang ke arah langit. Gadis biasa itu bertemu seorang pemuda berhati dingin di atap sekolah. ⛅️⛅️⛅️ Bukan cerita bagus, jangan berekspetasi tinggi. Desclaimer : Mas...