8) Aroma Hujan

1.6K 286 20
                                    

"Setetes hujan yang jatuh ke tanah, menyimpan secuil kisah masa lalumu."

⛅️⛅️⛅️

​Aku duduk termenung menikmati suara rintik hujan. Wangi tanah yang tersiram oleh air, ku hirup dalam-dalam. Aroma hujan yang khas, perpaduan antara bau tanah dan air. Menenangkan. Langit di luar sana yang masih setia dengan mendung berwarna abu-abu. Hembusan angin membelai wajahku lembut.

​"Gooolllll!"

​Sekelompok anak laki-laki yang masih berusia sekolah dasar dengan riangnya bermain bola di bawah guyuran hujan. Warna hijau lapangan kini sudah berubah menjadi cokelat karena lumpur.

​"Mbak (Nama), kopi susunya cepat diminum, nanti dingin."

​Aku menoleh ke arah wanita paruh baya penjual di warung kopi ini. ​

​"Hujan-hujan kenapa keluar rumah?"

​"Sumpek di rumah, bu."

​"Kalau sumpek mbok ya main sama temannya. Gadis muda kok mainnya ke warung kopi, apalagi ini hari Minggu."

​"Enak di sini, bu," aku menyesap kopi susu yang ada di depan ku. Wanita bernama Bu Kakura ini tersenyum. Tangannya meletakkan sepiring pisang goreng hangat di meja tempat ku duduk.

​"Si Gaara malah main sepak bola tuh."

​Gaara adalah anak Bu Kakura. Sekilas tadi aku memang melihat anak itu bermain bola di lapangan samping warung kopi ini.

​"Bahaya kalau sampai flu."

​Bu Kakura menganggukkan kepalanya. Wanita berparas khas Jawa itu kembali ke dapur, meninggalkan aku seorang diri. Aku sudah biasa berada di warung kopi ini. Warung ini biasanya ramai, tapi jam-jam seperti ini memang selalu sepi, terlebih lagi hari ini hujan. Aku selalu memilih tempat duduk yang mengarah langsung ke satu-satunya lapangan yang ada di desa ini.

⛅️⛅️⛅️

​Hujan lebat mengguyur kota Malang sejak pagi. Aku berlari-lari kecil menuju rumahku. Baru saja aku pulang dari rumah Naruto, bermain bola. Baju ku basah kuyup karena hujan. Aku tidak begitu peduli dengan dingin yang menyentuh kulitku dan membuatku menggigil. Payung milik Paman Minato yang di pinjamkan padaku tidak ku pakai. Jarang-jarang aku bisa hujan-hujanan seperti ini.

​"Jangan ganggu aku!"

​Telingaku menangkap sebuah suara, karena penasaran aku mencoba mengikuti suara teriakan-teriakan itu. Seorang gadis seusia ku tengah menangis tersedu. Tubuhnya basah kuyup dan kotor karena lumpur. Gadis itu berada dalam kerumunan anak laki-laki.

​"Hentikan! Jangan ganggu gadis itu!" aku rasa mereka satu sekolah denganku, wajah mereka tidak begitu asing. Tapi aku tidak begitu paham dengan mereka, mungkin ini karena kami berbeda kelas.

​"(Nama), tolong aku ..." dia berkata sangat pelan dengan sedikit sesenggukan.

​"Haha, jangan ikut campur, (Nama)!" anak laki-laki bertubuh tambun berjalan ke arahku.

​"Dasar lemah, beraninya sama cewek doang!"

​"Cewek? Dia bukan cewek. Lihat rambutnya, dia itu anak cowok. Anak cewek harusnya berambut panjang."

​"Kau jahat sekali!" geramku.

​Duaakk!

​Aku melempar bola sepak yang sejak tadi ku bawa tepat di wajahnya.

​"Kauuuu ... !" anak laki-laki tambun itu berteriak dengan keras sambil memegang hidungnya.

​"Apa? Sakit? Rasakan itu," aku menjulurkan lidahku dan menarik kulit di bawah mataku dengan satu jari.

Cloud and Rooftop [Sasuke X Reader X Naruto] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang