"Bagaimanapun juga kenyataan memang menyakitkan."
⛅️⛅️⛅️
Bulan Maret dapat dikatakan bulan surga bagi kelas satu dan dua SMA. Hal itu karena di bulan-bulan ini anak kelas tiga hampir tiap minggu menjalani ujian. Entah itu ujian Try Out ataupun ujian praktek. Setiap sekolah memiliki kebijakan. Pertama, meliburkan kelas satu dan dua. Kedua, memulangkan kelas satu dan dua lebih awal. Aku bersyukur karena sekolah ku memilih kebijakan yang pertama, yaitu meliburkan kelas satu dan dua.
Di SMA Nusantara, anak kelas tiga di bulan ini akan menghadapi tiga minggu ujian berturut-turut. Sedikit menakutkan memang, tapi bagaimanapun juga itu harus mereka hadapi. Aku yakin suatu saat nanti aku akan merasakannya, ya, merasakan ujian berturut-turut yang akan membuat kepala terasa pecah. Ini semua persiapan untuk kelulusan.
Tinggal beberapa minggu lagi mereka akan menghadapi Ujian Nasional. Memang saat ini Ujian Nasional tidak digunakan sebagai penentu kelulusan, namun Ujian Nasional masih menjadi ukuran untuk masuk atau tidaknya kita di perguruan tinggi negeri pilihan.
Tinggal beberapa hari lagi aku juga akan menghadapi liburan. Hari-hari yang menyenangkan sudah hampir di depan mata. Aku sudah menyiapkan berbagai macam video untuk ku tonton di liburan kali ini. Bukan hanya itu, novel-novel baru sudah mengisi rak buku ku menunggu untuk ku baca. Aku juga sudah mempersiapkan bahan-bahan untuk mencoba resep baru di buku masakanku. Aku harap liburan kali ini akan sempurna.
Ponsel ku berbunyi dengan sangat keras, ku biarkan panggilan yang masuk berkali-kali. Melihat nama yang tertera pada layar ponsel saja sudah membuatku malas. Saat dering telepon sudah berhenti, ponsel ku matikan. Aku melanjutkan kegiatan ku mengerjakan tugas sekolah yang terakhir. Besok adalah hari terakhir di sekolah. Liburan tiga minggu sudah menanti.
⛅️⛅️⛅️
"Hei, Hinata," aku memanggil Hinata yang sedang sibuk menyalin catatan.
"Apa?" tanyanya tanpa menoleh ke arahku.
"Boleh aku tanya kenapa Sakura gak suka sama kamu?"
Hinata meletakkan bolpoin, lalu menatapku, "Tahu dari mana Sakura gak suka aku?"
"Siapa pun yang ngelihat pasti juga akan sadar."
"Dulu saat kelas satu SMP, aku dan Sakura sangat dekat."
"Mustahil," sergahku tidak percaya.
"Jahatnya. Aku serius, (Nama). Saat itu aku, Sakura, dan Sasuke adalah teman sekelas selama tiga tahun. Aku dan Sakura bersahabat, kemana pun kami selalu bersama."
"Lalu?"
"Suatu hari Sakura bilang kalau dia suka seseorang dan ngasih tahu siapa orang itu. Aku senang karena Sakura percaya padaku dan mengatakan rahasia itu. Saat dia tahu ternyata orang yang kita suka sama, dia menjauh. Dia bilang aku sudah merebut orang yang dia suka, jadi tidak ada alasan lagi buat Sakura bersamaku."
"Hanya karena itu? Dan apa orang itu Sasuke?" tanyaku ragu.
"Ya, aku dan Sakura sama-sama menyukai Sasuke."
Deg.
Hinata benar menyukai Sasuke? Jadi kue ulang tahun yang waktu itu memang sebenarnya untuk Sasuke?
"Apa kamu juga akan membenciku seperti Sakura?"
"Mana mungkin. Itu hanya perasaan lama," Hinata menilikku. "Tapi, apa kamu menyukai Sasuke?"
"Tidak akan!"
⛅️⛅️⛅️
Aku berjalan dengan lunglai menuju gerbang sekolah. Sampai detik ini aku berusaha mencerna perkataan Hinata. Rasanya aku tidak percaya Hinata menyukai Sasuke, laki-laki dengan kepribadian aneh. Aku menepuk-nepuk pipiku. Ayo, (Nama), sadar! Kau tidak perlu memikirkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cloud and Rooftop [Sasuke X Reader X Naruto] ✔️
Fanfiction[TAMAT] Hanya sebuah cerita tentang gadis biasa yang selalu melihat awan ketika memandang ke arah langit. Gadis biasa itu bertemu seorang pemuda berhati dingin di atap sekolah. ⛅️⛅️⛅️ Bukan cerita bagus, jangan berekspetasi tinggi. Desclaimer : Mas...