10) Cake*

1.4K 270 23
                                    

*ide memasak kue dalam waktu singkat, terinspirasi dari Kitchen Princess

"Lewat perhatian kecil, rasa seorang manusia akan tumbuh besar dengan sendirinya."

⛅️⛅️⛅️

Semua orang berkerumun dalam ruang tamu, acara belum dimulai padahal jam delapan malam sudah lewat. Aku merasakan hal yang aneh, ini tidak seperti sebuah pesta. Naruto menghampiri kerumunan itu, tangannya masih menggenggam ku erat.

​"Ada apa ini?" tanya Naruto.

​Semua mata langsung menoleh pada ku dan Naruto, lebih tepatnya pada tanganku dan Naruto yang masih saling bergandengan. Suasana menjadi sangat hening, entah karena kedatanganku atau karena Naruto menggenggamku.

​"Naruto? Kamu bareng cewek aneh itu?" Ino memecah keheningan.

​"Ya. Kenapa?" tanya Naruto dingin.

​Aku mencoba melepaskan tangan darinya. Seakan tahu apa yang aku mau, ia melonggarkan genggamannya.

​"Ada apa ini?" Naruto kembali bertanya.

​"Kuenya ..." mata Hinata terlihat berkaca-kaca, ​"Aku ... karena terlalu senang, menjatuhkan kuenya." Hinata tidak dapat membendung air matanya lagi, gadis itu menangis terisak. Dasar ceroboh!

​"Aku akan mengambil kue lagi."

​Aku melihat ke arah pemilik suara, Sasuke.

​"Tapi ..." tahan Hinata.

Sasuke menghampiri, ​"Pukul berapa acara inti di mulai?"

​"Sembilan."​

​Jam dinding yang ada di ruangan, menunjuk angka delapan. Apa mungkin sempat? Jika Sasuke kembali mengambil kue, bukankah dia akan rugi?

​"Begini saja, kau bisa meminta gadis ini untuk membuatkan kue baru." Naruto menarik tangan ku.

​Kenapa laki-laki ini? Aku datang kesini bukan untuk membuat kue! Hinata, tidak, bahkan semua orang melihat ke arahku.

​"Apa dia bisa?" Karin kali ini berkomentar.

​"Tentu saja! Dia pembuat kue terbaik!" bagaikan seorang provokator Naruto berkata dengan sangat yakin. Semua mata menatap ku penuh harap.

​"Diam, Naruto," kesalku.

​"Ada apa (Nama)? Kamu gak mau nunjukin keahlianmu? Tunjukin pada mereka kalau kamu bisa!"

​"Aku bilang diam."

​Aku salah datang ke pesta ini, aku tidak peduli lagi dengan ulang tahun Hinata. Aku tidak suka melihat tatapan mereka yang berharap padaku. Hanya karena demi Hinata mereka melihat ku seperti itu, bukankah biasanya mereka memandang ku dengan muak seperti sesaat tadi, saat pertama kali aku datang ke tempat ini? Memang seseorang itu akan berbuat baik jika sedang menginginkan sesuatu. Melangkah pergi meninggalkan kerumunan, aku berniat untuk pulang.

​"Bilang saja kalau kamu gak bisa buat kue. Apa itu susah?" nadanya terdengar menantang.

​Aku berhenti. Suara ini? Dengan cepat ku putar tubuhku dan mencari sang pemilik suara. Sasuke menatapku dari tempatnya.

​"He, kau marah dengar perkataan ku?" tanya Sasuke.

​Kenapa dia juga ikut campur?

"Aku gak peduli sama pesta ini," jawabku, kembali melangkahkan kaki.

​"Tidak peduli? Wah, sepertinya kamu punya penyakit pikun ya? Bukannya tadi di halte bus kamu kelihatan bingung nyari alamat Hinata?"

Aku mendengus menahan malu, ​"Di mana dapurnya?!"

Cloud and Rooftop [Sasuke X Reader X Naruto] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang