"Berjalanlah sejauh yang kamu bisa, kau akan menemukan keindahan yang luar biasa dan tak pernah terlihat di ujung sana."
⛅️⛅️⛅️
Aku mencoba untuk tetap terjaga, tapi mataku tidak dapat menahan lagi rasa kantuk yang mulai menyerang. Sudah dua hari ini aku tidak bisa tidur sama sekali karena memikirkan kedua orang tuaku yang akan berpisah. Aku melihat isi bus, berjaga-jaga jika ada orang yang mencurigakan. Di kota besar seperti ini kejahatan dalam kendaraan umum memang sering terjadi, bahkan tidak bisa dipungkiri jika terkadang sang pelaku kejahatan bekerja sama dengan sopir. Entah untuk menjaga keselamatannya sendiri atau pun juga ikut mencari untung.
"Tiketnya Mbak, mau kemana?" tanya kondektur bis.
Kemana? Aku tidak tahu harus pergi kemana saat ini. Di kepalaku hanya terbayang untuk pergi sejauh mungkin.
"Kami mau pergi ke Kota B," jawab seseorang.
Aku mematung saat melihat Sasuke berdiri di depanku membayar dua tiket untuk ke Kota B.
"Oh, Kota B."
"Kira-kira jam berapa ya berangkat?" tanya Sasuke, memastikan.
"Sebentar lagi berangkat, nunggu sopirnya."
Sasuke mengangguk. Setelah kondektur bus pergi, ia duduk di bangku sampingku yang kebetulan masih kosong.
"Kabur?"
Aku diam mendengar pertanyaannya.
"Kabur kemana?"
Aku tetap diam.
"Kalau mau kabur harusnya siapkan dulu matang-matang, cari tempat yang bagus."
"Mana ada orang kabur memikirkan hal seperti itu. Itu namanya liburan," sinisku.
"Baguslah ternyata kamu masih bisa ngomong," Sasuke menjawab tidak kalah sinis.
Aku menatap Sasuke tajam.
Srat.
Kepala ku terasa sangat pusing. Sungguh saat ini aku sangat ingin memejamkan mata.
"Kamu kelihatan sakit."
"Gak, aku baik-baik saja."
"Lebih baik tidur saja," usul Sasuke.
"Kalau tidur, aku takut ada orang yang mencurigakan mendekat," aku melirik ke arahnya, namun ternyata ia mengacuhkan sindiranku. "Hei, kenapa Kota B? Kenapa kau mengajakku?"
"Aku mau mengunjungi kampung halaman ayahku. Apa aku pernah bilang akan mengajakmu?"
"Apa? Lalu kenapa kau membelikan aku tiket?"
Tidak ada jawaban. Sasuke terlihat asyik dengan ponsel di tangannya.
"Dengarkan kalau ada orang bertanya!" sentakku sebal. "Terus kok kamu bisa tahu aku di sini?"
Senyum sinis mengembang di wajah Sasuke. "Kamu lupa? Aku stalker."
Cih.
Aku melihat pemandangan di luar dari jendela, terminal ini sudah ramai dengan penumpang yang akan pergi ke berbagai daerah. Mereka berbondong-bondong masuk ke dalam bus yang akan mengantarkan ke tujuan masing-masing. Tidak hanya penumpang bus, pedagang asongan pun ikut masuk ke dalam untuk menjajakan dagangannya.
"Sasuke."
"Apa?"'
"Berapa lama perjalanan ke sana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cloud and Rooftop [Sasuke X Reader X Naruto] ✔️
Fanfiction[TAMAT] Hanya sebuah cerita tentang gadis biasa yang selalu melihat awan ketika memandang ke arah langit. Gadis biasa itu bertemu seorang pemuda berhati dingin di atap sekolah. ⛅️⛅️⛅️ Bukan cerita bagus, jangan berekspetasi tinggi. Desclaimer : Mas...