Jangan lupa nonton Trailernya EX Huband...😁
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Sial!Sial!!!
Kupegangi kepalaku dengan kedua tanganku, berharap segala sesuatunya hanya sekedar mimpi. Kucubit pipiku berulang kali mencoba menyadarkan diri. Sialnya... semua ini nyata!Dengan segera aku melompat dari tempat tidur rumah sakit itu. Kukenakan sepatu hak tinggiku dengan terburu-buru kemudian menutup kepalaku dengan blazer milikku. AKU HARUS LARI...
Kepalaku mencuat keluar dari sela pintu ruanganku. Kuamati koridor kosong itu dengan amat teliti dan hati-hati. Kemudian setelah yakin tidak ada pria brengsek itu aku segera berjalan hati-hati.
Kakiku akhirnya berpijak didepan lift. Kutekan tombol disisi pintu lift berulang-ulang. Keringat mulai mengucur dipelipisku. Kugigit kuku ibu jariku terus menerus menunggu nomor diatas pintu lift itu berubah.
"Kau tau siapa wanita dikamar VIP itu?" Mendengar ucapan itu aku sedikit melirik kemudian mengeratkan blazer yang menutupi kepalaku.
"Nugu?"
"Wanita itu, mantan istri dokter Oh. Dia dengan kejam menceraikan dokter Oh tanpa alasan yang jelas."
Ingin rasanya aku segera mengumpat. Bukan tanpa alasan. Aku selalu menjadi orang jahat dalam cerita-cerita mereka. Tidak ada yang tahu apa yang membuat kami mengakhiri hubungan kami. Dan dalam setiap dongeng-dongen indah mereka, akulah penyihirnya. Semenyara pria biadab bermarga Oh itu selalu dielu-elukan seakan-akan dialah korban dari segala hal buruk yang kuperbuat.
Ting!
Pintu lift terbuka. Dengan sigap aku masuk dan bersandar disisi lift berusaha tidak terlihat dengan sempurna.
"Hah... akhirnya..." gumamku lega kala pintu lift tertutup. "Perawat sialan itu! Jika saja aku tidak sedang menghindari sisialan Oh Sehun, akan kubanting mereka kelantai. Cham!" Aku menurunkan blazerku kepundak milikku kemudian berkacak pinggang. "Auuuuh jeongmal!"
Kulihat seorang anak kecil disampingku segera ditarik ibunya sembari menutup telinga putrinya itu. Dengan segera aku tersenyum kaku. Yap, aku jadi contoh orang dewasa yang buruk kali ini.
Lift bergetar hebat sebelum akhirnya berhenti. Aku segera mendongah menatap lampu lift yang berkedip beberapa kali. "Igeon mwoya?" Gumamku keheranan. Kutekan segera tombol merah dimana akan membunyikan alarm pada petugas keamanan rumah sakit. "Seharusnya sebentar lagi mereka datang." Gumamku tersenyum kearah ibu anak perempuan yang masih saja menatapku seakan aku tidak layak bahkan untuk dilihat.
"Auuh! Lift RS ini payah seperti pemiliknya!" Kutendang lift itu sebelum berbalik, tentu saja untuk menjelek-jelekkan pria sialan itu didepan orang lain. "Yakan?"
Oh My God! Mataku membelalak begitu hebatnya ketika pria brengsek yang kucoba hindari sedari tadi terjebak denganku dilift yang sama. Dan tunggu! Dia dengar semua? Semua yang kukatakan?!