Pasang mulmed diatas untuk pengalaman membaca lebih menarik.
..."Yahk! Jangan bilang kau mengikuti So Eun kesini." Seolla menerjang Sehun yang duduk didepannya dengan tatapan begitu kesal. Ia tahu, seberapa menderita So Eun karena pak dokter didepannya itu, dan ia tentu tak ingin sahabatnya terluka lagi karena pria yang sama.
"Wuah! Ceongmal."
Sehun menatap sinis Seolla. "Aku kesini karena ada urusan. Asal kau tahu saja!" Ketus Sehun penuh penekanan.
"Yeobu." Ucap Dean menahan tangan istrinya agar istrinya bisa tenang. "Tuan Oh memang ada pekerjaan kesini. Mereka akan membuka stand pengobatan geratis didesa-desa kecil sekitar sini."
"Yahk!" Seolla menatap suaminnya tajam.
"Kapjagia!" Gerutu Sehun yang kala itu tengah meneguk teh panasnya dan hampir saja memuncratkan seluruh isi mulutnya karena terkejut.
"Kenapa selalu memanggilnya tuan? Memangnya kau siapanya? Ini bukan rumah sakit!" Teriakan Seolla itu mengundang tatapan semua orang didalam cafe yang ada dilantai dasar hotel dan membuat Sehun menelan ludahnya sendiri.
Aku tidak ada harga dirinya sebagai direktur rumah sakit didepan Seolla.
Sehun membatin, sepertinya Seolla begitu sensitif dengannya. Terlalu membencinya tanpa alasan yang dapat ia tebak.
...
"Mianhabnida, Seolla terlalu keras pada anda hari ini."
Sehun memandangi Dean yang sedikit menunduk didepannya itu. Yap, ia menyayangkan bahwa hubungan mereka akhirnya harus berjarak karena perceraiannya dengan So Eun dan posisinya menjadi direktur rumah sakit setelah masa sulit itu. Padahal semasa SMA dan dibangku kuliah, mereka berempat begitu akrab. Terlampau akrab malah.
"Yahk! Benar kata Seolla, tak perlu formal padaku jika diluar rumah sakit."
"Animida sajangnim. Saya harus."
Seolla keluar dari pintu cafe sembari menggendong Doyeon. Tatapan Seolla tidak berubah, masih saja menerjang Sehun dengan tatapan tajamnya.
"Aku akan mengawasimu. Jangan berpikir untuk macam-macam." Kalimat Seolla selalu saja penuh penekanan ketika ia harus berbicara dengan Sehun. "Yeobu, kajja!" Seolla melangkah pergi diikuti Dean yang berulang kali berjalan mundur untuk menunduk kearah Sehun meminta maaf atas perlakuan istrinya.
"Semua berubah dengan cepat." Gumam Sehun sebelum memutuskan untuk kembali kekamar hotel.
...
"Kau kembali?" Aku yang berbaring berusaha duduk dengan bantuan kedua tanganku.
"Hem. Belum tidur juga?." Sehun menggantung jaketnya didekat pintu kamar sembari menoleh kearahku. "Bagaimana kakimu?" Sehun mendekat dan duduk disisi tempat tidur sembari memandangi pergelangan kakiku.