So Eun melihat beberapa pegawai hotel keluar dari kamar khusus pengantin dengan tergesa-gesa. Masih dengan rasa kebingungan yang amat sangat, So Eun melangkah kendekat keruangan itu. Baru saja ia masuk dan mendapati Yojong terduduk bergeming kuat, dirinya sudah diberi tamparan seorang wanita paruh baya. Disentuhnya pipinya dengan cepat ketika rasa panas itu menjalari wajahnya. Perlahan ia menoleh dan akhirnya mendapati ibu Sehun dihadapannya.
"Dimana Sehun? Dimana anakku?!"
So Eun hanya dapat berdiam diri, satu hal yang ia tangkap dari situasi absurd yang dapat ia baca jelas itu. Sehun melarikam diri...
"Imo!" Seolla yang berdiri tidak jauh dari So Eun segeta merangkul pundak So Eun untuk ia bawa menjauh dari ibu Sehun. "So Eun sama sekali tidak ada sangkut pautnya disini!"
"Tidak ada sangkut pautnya?!" Ibu Sehun melipat tangannya didepan dada dan memandang So Eun lekat. "Lalu untuk apa dia disini?! Seharusnya kau tahu malu! Kehadiranmu tidak diharapkan disini!"
"Imo, cukup." Dean melangkah mendekat kemudian mendorong pelan pinggul Seolla, memberi aba-aba agar istrinya membawa So Eun keluar.
...
Seolla meletakkan secangkir kopi dihadapan So Eun kemudian duduk bersebrangan dengan wanita itu. "Minumlah..." Ucap Seolla lembut sembari mendorong pelan cup itu lebih dekat kearah So Eun.
"Ini salahku."
"Ini bukan salahmu, memangnya apa yang kau lakukan? Kau tidak salah apa-apa." Seolla berusaha menghibur sahabatnya itu.
So Eun tersenyum kecut, memandang sefangkir kopi yang ia genggam diatas pangkuannya. "Kau harus bersikap jujur sesekali Solla, jangan membelaku hanya karena kita saling mengenal."
"Jam berapa penerbangannya?"
"Jam sepuluh."
Seolla memandangi jam tangannya sejenak sebelum menatap So Eun terkejut. "Kalau begitu kau harus segera pergi, kau akan terlambat jika tidak pergi sekarang." Seolla berdiri segera dan menarik So Eun untuk berdiri. Ia yakin semakin lama So Eun disini maka wanita itu akan semakin merasa bersalah.
Tangan So Eun digandeng Seolla pergi, So Eun hanya dapat terkekeh sembari berdecak menyadari tingkah aneh sahabatnya.
"Ini ada kiriman paket-"
Dipandangi So Eun seorang pengantar paket yang tengah berdiri didepan seorang pegawai resepsionis. Buket bunga yang ia bawa, membuat senyum So Eun memudar sekejap.
"Solla, mana kunci mobil?"
"Buat apa?"
"Mana?!"
"Dean yang pegang."
So Eun segera mengeluarkan ponselnya kemudian menghubungi Sehun sembari mengambil langkah berlari keluar hotel.
"Yahk! So Eun!"
So Eun berlari cepat dengan ponsel menempel ditelinganya. Segera dimasukinya taksi yang baru saja menurunkan penumpangnya tepat didepan pintu hotel.
...
So Eun berhenti melangkah, nafasnya tersenggal cukup parah. Tangan yang melekat erat dekat dengan telinganya perlahan terlepas. Ponsel ditangan kanannya ia genggam tanpa tenaga sama sekali. Pandangan matanya sedikit buram, namun dengan jelas ia mengenali tubuh jangkung itu.