4. parallel world

1.1K 61 1
                                    

Note: cerita ini hanya fiktif belaka, tidak ada unsur nyata, dan hasil imajinasi penulis sendiri!
_______

Karina cukup pintar untuk menyadari bahwa saat ini dia sedang berada di dunia berbeda dengan dunia tempatnya tinggal. Meski tidak sepenuhnya yakin, tapi Karina bisa membuat tebakan bahwa saat ini dia sedang terlempar ke dimensi berbeda dengan dunianya. Dan cahaya yang menghasilkan lubang hitam di perpustakaan erasmus kemarin adalah portalnya.

Awalnya Karina pikir dimensi dan dunia paralel adalah dongeng ilmiah yang sering muncul di artikel dan buku-buku ilmiah. Tetapi kejadian yang menimpanya kemarin sepertinya membuka pikiran Karina bahwa dunia seperti itu memang ada di alam semesta ini.

Meski berada di bawah langit yang sama dan berpijak di atas tanah yang sama tapi lingkungan, orang-orang, dan zaman berbeda sangat sulit untuk diterima akal sehatnya. Tempat ini seperti masih berada di pertengahan abad kuno dan ketinggalan zaman. Tidak ada mobil, bus, motor, bahkan sepeda pun tidak ada. Satu-satunya alat transportasi yang masih digunakan saat ini adalah kuda.

Gadis itu berjalan terhuyung-huyung memegangi luka terbuka di lengannya yang masih basah dan sepertinya terkena infeksi karena tidak mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. Tujuannya saat ini adalah pasar, membeli makanan dan mencari dokter untuk mengobati lukanya. Dia tidak ingin mati konyol karena luka infeksi dan kelaparan.

Karina menghampiri seorang wanita dengan dress coklat usang sedang membersihkan halaman rumah.

"Permisi, saya mau berta---" belum sempat menyelesaikan ucapannya, wanita itu sudah lari terbirit masuk ke dalam rumah dan menutup pintunya rapat-rapat.

Karina menggigit bibirnya kalut, sudah hampir tiga orang yang hendak dia tanyai, tapi tidak ada satupun dari mereka yang merespon dengan baik, ada yang membentaknya, menyiramnya dengan air bahkan ada juga mengusirnya.

Betapa malang nasibnya.

Bermodalkan insting gadis itu kembali melanjutkan perjalanannya, tidak masalah kalau dia diabaikan, toh seumur hidupnya dia selalu diabaikan, jadi untuk apa sakit hati? Lagipula bukan Karina namanya jika dia tidak bisa menemukan jalannya sendiri.

"Kemari!"

Karina hendak berteriak saat tangannya tiba-tiba ditarik oleh seorang laki-laki berjubah hitam, namun sebelum suaranya keluar dari kerongkongan, orang asing itu tiba-tiba membekap mulutnya.

Kesialan apa lagi yang menimpanya ini? Baru saja dibebaskan dari penjara bawah tanah, sekarang dia malah diculik, Dan Ke mana orang gila ini hendak membawanya? Karina berontak. entah memukul, menendang, dan hal-hal random lain yang bisa dia lakukan sebagai bentuk perlawanan, meski tetap tidak berhasil lepas.

Saat merasa mereka sudah berada di tempat yang sepi dan dipastikan tidak ada orang lain, laki-laki itu melepaskan Karina yang ngos-ngosan menghirup udara dengan rakus.

"Kamu mau apa dari saya? Saya tidak punya apa-apa, saya cuma orang asing yang tersesat di sini. Jadi, sia-sia saja kalau kamu culik saya!" Karina menatap orang itu nyalang, penuh amarah, namun beberapa detik setelahnya dia bungkam saat orang itu membuka tudung hitamnya.

"Ka-kamu..." Kalimatnya menggantung di udara. Antara kaget karena kembali bertemu dengan orang yang menyayat lengannya kemarin, atau karena terpaku melihat wajah tampan pria itu yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Bahkan aktor Korea yang beberapa kali dia tonton kalah jauh dibandingkan paras pria ini.

Oke, mungkin mereka sudah bertemu sebelumnya, tapi pertemuan pertama mereka sangat anarkis dan hanya meninggalkan kesan menakutkan bagi Karina. tapi untuk pertemuan kedua ini, sepertinya dia tidak boleh  menyia-nyiakan kesempatan untuk terus memandang pria itu.

ParalaksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang