36. am i love him?

532 38 3
                                    

"Apakah saya harus membangunkan nona Karina, pangeran?"

Zayn mengangkat tangan di udara. Sebuah bentuk penolakan untuk pertanyaan Amber.

"Dia kelihatan lelah sekali. Biarkan saja. Aku akan pergi setelah dia bangun."

Tidak ada pilihan lain bagi Amber selain mengangguk. Ekor matanya melirik Zayn yang duduk di samping jendela yang memberikan celah cahaya bulan memasuki kamar sebagai penerangan tambahan selain lilin dan lampu obor yang di Pasang di sudut-sudut ruangan.

Karina telah tertidur sejak tadi sore. sepuluh menit setelah Zayn bangun. Pria itu tidak ingin pergi sebelum pamit dengan Karina. Padahal Amber tahu bahwa Zayn punya banyak pekerjaan penting selain menunggui Karina bangun tidur.

Malam semakin larut, dan Karina tidak kunjung bangun juga. Amber sudah lelah menunggu tapi tidak dengan Zayn yang dengan tenang memandang gadis yang tertidur pulas itu.

Hampir satu setengah jam Zayn dan amber menunggu, Karina akhirnya membuka mata. Ia cukup kaget melihat hari sudah menggelap dan Zayn tetap menungguinya di kamar.

"Sudah tengah malam kah? Kenapa kamu belum pulang?"

Zayn bangkit dari duduk. Mendekati Karina.

"Aku menunggumu bangun," katanya lembut.

Karina mengangguk, mengucek matanya yang masih berusaha menyesuaikan pencahayaan kamar.

"Pulanglah. Orang-orang di istana pasti mencarimu."

Zayn mengangguk. "Aku akan pergi."

"Hati-hati."

"Aku mungkin tidak akan mengunjungimu selama satu bulan lebih."

"Baiklah."

Respon santai Karina membuat Zayn jengkel. "Hanya itu? Kau tidak bertanya aku akan kemana?"

"Untuk apa? Kamu kan sibuk. Lagipula, siapa aku yang harus ditemui oleh pangeran tiap hari?Aku sadar siapa diriku bagimu. Jadi pergilah." Karina berkata sambil menyisir rambutnya menggunakan kelima jemari, setelah itu menyatukan dan menggulungnya ke atas.

Karina berdiri tepat berhadapan dengan Zayn, sedikit mendongak agar ia bisa melihat wajah pria itu yang berubah mengeras.

Zayn tertawa kecil. Bukan tawa yang menyenangkan di telinga Karina, lebih mirip tawa sarkastik. "Baiklah," katanya dingin disusul langkah lebarnya keluar dari kediaman Karina.

Alis Karina mengerut bingung melihat punggung pria itu yang semakin jauh kemudian menghilang dibalik pintu kamar. Ia melirik amber yang memasang muka ngeri.

"Bagaimana hubunganmu dengan pangeran Zayn?" Tanya Amber membuka suara setelah Zayn benar-benar hilang dari pandangannya.

"Hubungan apa? Aku dan Zayn tidak pernah memiliki hubungan. Kami hanya berpura-pura untuk membatalkan pertunangannya dengan putri yurika. Tapi kupikir tidak ada yang berjalan lancar dalam rencana kami. Jadi aku memutuskan untuk menghentikan semuanya," akunya jujur. Karina sudah lelah menipu orang. Lagipula saat ini dia berbicara Amber. Ia mempercayai gadis itu.

Amber tidak kaget, dengan santai ia menarik Karina untuk duduk di kursi yang terletak di depan kasur. Gadis dengan bola mata berwarna amber itu meraih dua buah cangkir yang kemudian diisi dengan teh dingin.

ParalaksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang