20. punishment

641 44 3
                                    

Karina rupanya kalah start. Pemandangan pertama yang ia lihat ketika menginjakkan kaki di kamar Zayn adalah Yurika yang sedang mengganti perban pria itu. benaknya mencibir tanpa disengaja melihat kedekatan dua insan itu. jika memang zayn tidak mencintai yurika dan ingin membatalkan perjodohan mereka, lantas kenapa pria itu bersikap seolah-olah memberikan yurika harapan? karina takut, yurika akan menjadi pihak paling disakiti nanti.

mendengus sejenak. karina mengusir rasa jengkelnya. ia berjalan mendekat, menghampiri yurika yang sedang mengganti perban di lengan zyan.

"Kenapa kamu membiarkan putri yurika mengganti perbanmu? Bukankah ada banyak pelayan di sini?" Karina datang menyapa dengan pertanyaan itu, membuat yurika menolah dan Zayn menukikkan Alis bingung.

yurika mengulas senyum tipis, tidak terganggu sama sekali dengan perkataan karina. "tidak apa-apa karina, aku juga calon istrinya dan sudah menjadi tanggungjawabku untuk merawatnya."

karina meringis dalam hati, merasa kasihan pada yurika. sepertinya gadis ini benar-benar menaruh harapan besar pada zayn.

"masih calon putri. aku lebih berhak pada zayn sekarang sebab dia kekasihku!"

yurika terdiam memperhatikan Zayn, raut wajahnya berubah masam. "masih kekasih, kau bukan istrinya."

"setidaknya kekasih lebih berhak daripada orang yang tidak memiliki status sama sekali," kata karina telak berhasil menghentikan pergerakan yurika yang sedang menyapukan obat merah di atas permukaan kulit zayn.

Sakit. Dada yurika seperti dibogem mentah menggunakan batu tak kasat mata. Menghentikan kegiatannya sejenak, Ia menoleh, menatap karina berkaca-kaca, air matanya sedikit lagi jatuh.

"kau mengejekku? meskipun aku dan pangeran zayn belum terikat sama sekali, tapi raja dan seluruh akasia mengenalku sebagai calon istri pangeran zayn."

karina mengangkat bahu acuh lalu bersidekap dada menatap yurika remeh. "aku tidak peduli, apa yang bisa raja dan seluruh warga akasia lakukan jika pangeran zayn adalah jodohku?" karina menjeda kalimatnya, "yurika, sebagai sesama wanita aku mengerti bagaimana perasaanmu, kamu mencintai zayn, tapi sadarlah zayn tidak mecintaimu sama sekali, hanya aku seorang yang dia cintai. jadi, mundurlah sebelum kamu jatuh lebih dalam. batalkan pertunangan kalian!"

zayn yang sejak tadi menonton perdebatan dua wanita di hadapannya itu diam-diam menyeringai tipis. tidak menyangka jika kemampuan bersandiwara karina semakin meningkat. gadis itu bahkan lebih berani melawan yurika terang-terangan hingga air matanya jatuh bercucuran.

"pangeran, tolong peringatkan kekasih anda untuk menjaga lisannya. seorang putri bangsawan tidak sepatutnya berbicara seperti itu pada sesama perempuan." yurika memandang zayn dengan air mata yang sudah berderai. meminta pembelaan pria itu. hatinya terasa diremas keras mendengar penghinaan karina.

zayn menatap karina yang mendelik tajam sebagai bentuk peringatan untuk tidak macam-macam, lalu setelahnya ia menatap yurika. "yurika, pergilah!" Usirnya tega.

jantung yurika mencelos. "kau mengusirku? padahal kau sendiri yang menyuruhku datang untuk membantu melepaskan perbanmu."

zayn tersenyum sejenak. "terimakasih sebelumnya, karina sudah datang, biarkan dia yang melanjutkan."

"apakah kau ha---"

"tolong pengertiannya putri yurika. silahkan pergi. zayn sudah tidak membutuhkan bantuamu!" sela karina cepat, dapat ia lihat yurika menangis dengan kepala yang tertunduk dalam.

ParalaksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang