19. stalker

664 44 1
                                    

Karina menatap pantulan dirinya di cermin yang tampak semakin kurus kian menyentuh hari, wajahnya juga terlihat pucat.  fisiknya saat ini mirip seperti orang sakit. Tidak heran, mengingat betapa tersiksanya hidup di dunia paralel ini, mungkin jiwanya sedikit terguncang hingga mempengaruhi nafsu makan dan berimbas pada bobot tubuhnya.

Karina menoleh saat pintu terbuka, terlihat amber masuk ke dalam diikuti Arabella yang berjalan penuh anggun di belakangnya.

"Tuan putri Arabella ingin menemui anda, Karina," beritahu Amber singkat saja.

Karina mengangguk. Ia mengambil langkah, Menghampiri perempuan yang sudah sangat mirip adik itu. Duduk di salah satu sofa dan menyuruh amber menyajikan minuman untuk tamunya.

Karina menatap Arabella yang wajahnya berseri-seri. Sesekali tersenyum cekikikan. Tidak seperti biasanya. Ia menyesap teh manisnya-sebab tidak menyukai teh Rosemary buatan istana yang rasanya lebih pahit mengalahkan obat.

"Ada apa, Ara? Kamu baik-baik saja?"

"Kak Zayn Hari ini sedang pergi ke perbatasan, dia ditugaskan oleh ayah," beritahu Arabella.

Karina meletakkan cangkir emasnya di atas piring kecil penuh hati-hati, seperti yang diajarkan oleh Arabella beberapa hari yang lalu saat mata pelajaran etika dan tata Krama. Berada di dunia paralel benar-benar membuat sifatnya berubah seratus delapan puluh derajat. Lambat laun sifatnya pelan-pelan mirip seperti putri raja.

"Lalu kenapa?" Tanyanya bingung. Zayn pergi atau tidak, Karina sama sekali tidak peduli.

"Ayo kita berjalan-jalan di pasar. Aku sudah lama sekali ingin mengajakmu keluar."

Karina menipiskan bibir, ia menatap Arabella yang semakin girang saja. "Tapi kita belum meminta izin pada Zayn?"

Terlihat bola mata Arabella memutar malas. "Memangnya jika kita meminta izin dia akan mengizinkan?"

Karina menggeleng sebagai jawaban. Sudah pasti tidak. Menjadi pesuruh Zayn berarti mengikuti segala aturan dan perintahnya. Karina dilarang menginjakkan kaki keluar dari istana entah apa alasannya. Pernah sekali ia bertanya tapi Zayn hanya berkata dunia luar itu berbahaya. Mengherankannya, pria itu justru membebaskan Arabella keluar masuk istana.

Mungkin sebab ia orang asing di dunia ini.

"Kalau begitu ayo, kakak tenang saja, kita berdua akan menyamar."

"Kita hanya berdua? Maksudku tidak ada pengawal ataupun pelayanan ikut bersama kita?"

Arabella menggeleng. "Menyusahkan jika mereka ikut. Kita akan jadi pusat perhatian di sana dan sulit untuk menikmati. Opsi menyamar lebih baik!"

Karina diam. Menimang-nimang ajakan Arabella. "Baiklah."

***

Karina tak kuasa menahan kekagumannya melihat toko para pedagang berjejer rapi, yang dijual pun bermacam-macam, mulai dari buah-buahan, sayuran, kue, roti, bahkan ikan pun tersedia. Pemandangan seperti ini hanya sering dia lihat di film-film kerajaan Eropa, ia bahkan tidak pernah membayangkan melihat tempat seperti ini secara langsung

Anak-anak riang berlarian di antara para pedagang, beberapa juga masih berada dalam rangkulan ibunya. Gelak tawa mereka bergema di udara, bercampur dengan bising dagangan yang diperdebatkan dan tawar-menawar para pembeli.

"Kamu mau membeli apa, Ara?" Karina bertanya setelah mereka berdua berjalan menyusuri pasar hampir sepuluh menit lamanya.

"Hasya bilang, ada penjual buku antik di ujung sana. Aku penasaran ingin melihat koleksinya."

Seketika kedua mata Karina berbinar. "Benarkah? Ayo kita ke sana."

Arabella mengangguk, dia menarik lengan Karina dan berjalan beriringan menuju toko buku yang ia maksud tadi.

ParalaksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang