35. about the past

579 38 9
                                    

Musim Gugur telah tiba. Zayn duduk diantara dedaunan yang jatuh berguguran. melempar batu sebesar genggaman tangan untuk ditelan oleh sungai. sudah setahun lebih Raja berjanji akan mengajaknya ke Karnaval di pusat kota namun sebelum janji itu terpenuhi, Raja sudah pergi jauh lagi. kata Ratu, Raja akan kembali saat musim panas telah tiba. Pupus sudah harapannya untuk mengunjungi karnaval.

"Pangeran, ratu memanggil anda!"

Zayn kecil hanya menoleh malas pada edward yang berdiri di belakang. 

"Katakan pada Ratu aku sedang marah."

"Bergegaslah pangeran. Ratu punya hadiah untuk anda."

zayn menoleh lagi. "hadiah apa?"

"teman baru yang mulia."

napas kecil zayn terhembus perlahan. Lagi, ia melemparkan  kerikil berukuran lebih kecil dari sebelumnya. "Aku sudah punya banyak kuda. Aku tidak butuh kuda lain lagi."

"Teman yang saya maksud adalah manusia, pangeran."

Zayn mengangkat alisnya, bingung, tapi tak pelak rasa senang itu membuncah di dada. Tergesa-gesa, Zayn bangkit, berlari kencang menuju istana, dan hal pertama yang berhasil mencuri perhatiannya adalah sosok anak perempuan dengan bola mata coklat gelap dan rambut hitam legam yang bersembunyi di balik punggung Ratu.

"Siapa dia Ibunda?"

"Teman baru untuk Zayn. Bagaimana, Zayn suka?"

"Anak perempuan?" Zayn melayangkan protesannya. Ia menginginkanteman laki-laki yang bisa ia ajak bermain pedang, memacu kuda dan memanjat pohon mangga dibelakang istana. Tapi anak perempuan? Tidak ada yang bisa dilakukan anak perempuan selain bermain gaun-gaunan. Membosankan.

"Kenapa? Bukannya dia lucu? Lihat ibu suka sekali matanya yang Berbinar-binar. Dia pintar memanjat pohon, jago bermain pedang, kecuali memacu kuda. Kakinya masih terlalu pendek untuk memacu kuda. Tapi Zayn bisa mengajarinya, kan?"

Mendengar penjelasan Ratu, senyum lebar Zayn merekah sempurna. "Benarkah? Dia bisa memanjat pohon dan bermain kuda?"

Ratu mengangguk. "tentu."

Zayn kecil bersorak bahagia. "Yes. Siapa namanya Ibunda?"

"Coba Zayn tanya sendiri siapa namanya?"

Zayn mengangguk. Kaki pendeknya maju mendekati anak perempuan itu. Mata birunya mentap lurus bola mata coklat yang berkedip lucu itu. "Namamu siapa?"

"A-amira... Amira de Luna."

----

"Amira ayo kita berkuda!"

Zayn berteriak ke atas pohon, tepat di mana Amira sedang duduk santai sambil menggerogoti mangga matang yang telah ia petik langsung dari sumbernya.

Amira melirik Zayn di bawah. Kepalanya menggeleng kecil sebagai bentuk penolakan. "Tidak mau. Kakiku masih sakit karena jatuh dari kuda kemarin." Amira menunjuk lututnya yang dibalut perban. "lihat, lukanya belum kering."

"Turun atau aku adukan pada ibunda bahwa kau tidak ingin bermain denganku!" Zayn mengeluarkan jurus andalannya ketika Amira menolak. Anak itu tahu titik kelemahan Amira.

"Huh! Dasar tukang mengadu."

---

"Zayn ... Kau kenal dengan pangeran Nathaniel, kan?"

Zayn sedang mengasah kei yang sudah mulai tumpul sebab digunakan untuk memotong ilalang yang mengelilingi pohon mangga di belakang istana hingga menyulitkan mereka memanjat.

"Hmm."

"Dia memberiku surat." Amira mendudukkan diri di sebelah Zayn yang tidak terusik sama sekali. "Katanya dia menyukaiku."

ParalaksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang