33. tentang putri Amira

560 40 6
                                    

"Arabella," panggil karina dengan suara serak becek, beberapa kali gadis itu mengelus cairan bening yang keluar dari hidung menggunakan kerah baju membuat Arabella mengernyit jijik.

"apa? memangnya aku mengenalmu?" tanyanya sinis.

Arabella marah karena Karina kabur dari pesta pertunangan dan main hujan-hujanan. Betapa tidak?Bangun tidur, Ara langsung dikejutkan dengan kabar bahwa Karina sakit. Terlampau khawatir, ia segera bergegas menemui orang yang telah ia anggap sebagai kakak dalam keadaan berantakan: belum makan, mandi, bahkan belum mencuci muka. namun, bukannya terlihat menjijikkan, Arabella justru terlihat berkali-kali lebih cantik dengan wajah bareface-nya.

"aku tahu kamu marah, maafkan aku. Lain kali aku tidak akan hujan-hujanan lagi." karina lagi-lagi membuang ingus menggunakan kerah bajunya yang bahkan sudah sangat basah.

"menjijikan sekali, kau itu seorang perempuan, anggunlah sedikit." meski sedikit marah, Ara tidak bisa mengabaikan karina, ia dengan cepat mengeluarkan sapu tangan berwarna merah yang disiapkan oleh Amber.

melihat kepedulian Arabella, karina lantas mengembangkan cengirannya. "terimakasih. Sakitku tidak parah. Tidak perlu khawatir."

"kau tidak demam, kan? sebentar lagi tabib istana akan datang untuk memeriksa mu." Mengabaikan permintaan karina. Arabella menyentuh kening Karina lalu beralih menyentuh keningnya sendiri, membandingkan suhu tubuh mereka. napas lega baru terhembus saat merasakan bahwa suhu tubuh mereka berdua hampir sama. 

"bagaimana perasaanmu sekarang? apa kau pusing? atau ada sakit di area lain?"

karina menggeleng. "aku tidak apa-apa. cuma flu biasa. hanya saja tenggorokanku sedikit sakit."

"Amber, buatkan dia sup. tenggorokannya sakit," titah Arabella menatap Amber yang sejak tadi berdiri mematung menatap interaksi keduanya. ditatap sedemikian rupa oleh Arabella membuat Amber kelabakan.

"ba-baik, tuan putri."

"eh, tidak perlu, Amber. Aku buru-buru ada janji dengan seseorang. Aku akan makan di luar." cegah karina memegang lengan Amber.

"Makan di luar? Di luar istana maksudmu?"

Karina mengangguk.

"Dengan siapa? Apa aku mengizinkanmu pergi? Kakak ini masih sakit. Jangan berani-beraninya keluar."

Amber diam-diam mengemini ucapan sang tuan putri. bukan bermaksud untuk cari muka, tapi keadaan karina saat ini juga membuatnya cukup khawatir. Karina itu menakutkan kalau sakit. Amber sampai trauma. "benar karina, kau istirahat saja, biar aku yang membuatkan sup untukmu, ya?"

karina menggeleng cepat. "tidak Amber aku---"

"kau ini melawan terus dari tadi, apa sesusah itu untuk menurut? Atau aku adukan ke kak Zayn, biar dia yang memarahimu." potong Arabella cepat.

"Jangan!"

"Yasudah. Kalau begitu menurut."

***

Setelah mengelabui Arabella dengan dalih istirahat dan berkat bantuan Amber. Karina akhirnya sampai di salah satu rumah makan yang terletak di pusat kota. Tempatnya melaksanakan janji temu dengan Nathaniel. Putra mahkota celestia itu berjanji akan menjelaskan segalanya pada Karina. Sebentar lagi benar kusut akan segera tersulam.

ParalaksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang