𝚂𝙴𝙼𝙱𝙸𝙻𝙰𝙽 𝙱𝙴𝙻𝙰𝚂

1.7K 375 40
                                    

"Aku kan sudah bilang, jika ingin ke luar itu harus bersamaku! Kau tidak dengar?!"

Sanhee menundukkan kepalanya sambil duduk di tepi kasur. Saat ini, matanya sudah mulai basah karena Hyunjin sedang memarahinya habis-habisan.

Mungkin, Hyunjin itu dikenal sebagai pribadi yang lemah lembut, penyayang, dan penuh perhatian. Tapi, jika sekalinya dia marah, tak ada yang bisa berkata apapun. Seperti Sanhee yang memilih diam.

"Kau mendengarkan aku bicara tidak?!" Tanya Hyunjin sambil membentak.

Sanhee menutup matanya karena bentakan Hyunjin sangat keras.

Kemudian, Sanhee mengangguk.

Hyunjin memegang pangkal hidungnya, emosinya sedang meledak-ledak, napasnya pun memburu. Dia berusaha untuk tenang, tapi tidak bisa, mengingat Sanhee didekati pemuda-pemuda brengsek itu.

"Kak Hyunjin—"

"Sudah diam!! Kau membuatku semarah ini! Lain kali jika ingin pergi, bilang padaku!!!!" Bentak Hyunjin. "Aku pulang," ucapnya kemudian. Ia sudah lelah memarahi adiknya itu.

Sanhee mendongak, ia hendak menghentikan Hyunjin, tapi Hyunjin sudah dulu membuka pintu dan menutup pintu dengan sangat keras.

Setelah itu, Sanhee menangis. Untuk pertama kalinya, dia dimarahi seperti ini oleh Hyunjin.

"Maaf."

Paginya, Sanhee ke luar rumah untuk pergi sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Paginya, Sanhee ke luar rumah untuk pergi sekolah. Namun, setelah berdiri menghadap rumah Hyunjin, wajahnya semakin murung. Ia yakin, Hyunjin tidak akan berangkat bersama dengannya. Hyunjin masih marah.

Sanhee mengembuskan napas. Kemudian ia memilih untuk melangkahkan kakinya menuju halte, sendirian.

Saat sedang berjalan, Sanhee mengeluarkan ponselnya. Kemudian dia memilih untuk menghubungi seseorang. "Hana-ya."

"Eoh, kenapa menelpon pagi-pagi seperti ini?"

"Aku sedang sedih," lirih Sanhee.

"Kenapa sedih?"

Sanhee berucap dengan nada merengek. "Kak Hyunjin marah padaku, semalam ada kejadian yang membuatnya marah. Aku harus bagaimana?"

"Benarkah? Dia marah padamu?"

"Iya, bahkan dia tidak berangkat bersamaku hari ini."

"Kau harus minta maaf padanya. Tidak baik berlama-lama marahan dengan kakakmu."

[✓] GALAXYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang