part 1- babak baru

29.3K 412 24
                                    

Rumah sakit besar telah berdiri sejak 5 tahun lalu yang berlokasi di pusat kota. Pemerintah kota sengaja membangun rumah sakit itu dengan kualitas infrasturktur, kelengkapan dan tenaga ahli yang sangat bagus dan profesional. Ini dilakukan dalam rangka memenuhi janji sang walikota saat terpilih 7 tahun lalu, dia berhasil menjabat selama 2 periode berturut-turut. Rumah sakit umum ini di bangun untuk melayani pasien dalam jumlah banyak, tersedia untuk pasien VIP (husus) bahkan pasien kelas bawah yang menggunakan kartu bijak sehingga bisa berobat secara gratis.

"Tugasmu sudah selesai, pulanglah, istirahat sangat penting"

Raka datang dengan membawa 2 buah kopi hangat.

Rahell tersenyum "aku akan pulang sebentar lagi" sambil mengecek pasiennya satu persatu.

Raka menunggu di bagian atap (tempat lantai tertinggi yang memiliki halaman luas tanpa penutup atap) rumah sakit.

Sekitar 10 menit kemudian rahel datang sembari meminum kopi yang masih hangat. "Hari ini tugasku berjaga" ucap raka sembari menatap pemandangan kota.

Rahel mengangguk "pasti melelahkan"

Raka menatap rahel "aku tidak tau mengapa kamu selalu bekerja dengan sangat keras, kamu selalu makan telat, gila bekerja bahkan tetap disini padahal jammu selesai sore tadi, kamu bahkan tidak mengambil hari liburmu"

"Emm entahlah, aku hanya senang bekerja, dirumah akan terasa sunyi, aku benci sepi dan disini ada begitu banyak orang berjuang untuk tetap hidup itu menambah semangatku"

"Semangat untuk hidup?"

"Mungkin"

Raka mendesah perlahan, tangannya mencoba merih tangan rahel yang terasa cukup dingin. "Sudah 3 tahun lamanya, kita memiliki hubungan.. tapi bahkan tidak sempat berkencan dengan baik"

Rahel diam sejenak, mencoba mencari jawaban yang baik untuk diutarakan.

"Tenang saja, aku akan menunggu, aku akan sabar hingga kamu bersedia menceritakan, apa masalahmu, apa kesulitanmu hingga kamu selalu menyibukkan dirimu dengan berbagai hal.. hingga kamu mempercayaiku untuk menceritakan semuanya.. aku tidak akan memaksa" sambil tersenyum tulus.

Raka adalah laki laki yang sangat hangat, baik dan penuh perhatian. Dia adalah dokter psikologis + dokter saraf, sangat pintar dan dewasa. Mungkin dia mampu memahami rahel berkat ilmu psikologinya. Hubungan mereka diawali oleh dukungan profesor hans yang tak lain adalah ayah Raka yang selalu mendukung rahel agar berhubungan dengan anaknya.

Ketika alat panggilan alarm berbunyi, raka kembali melaksanakan kewajibannya.

Rahel langsung bersiap untuk pulang. Apartemen tempat rahel tinggal berjalan 800m dari rumah sakit. Dia selalu memilih untuk berjalan kaki saat pulang. Sebuah kafe, dan toko kue berjejer di sepanjang jalan pulang.

Rahel terhenti ketika melihat anak kecil berlari membenturnya. Seorang wanita berusia 45 tahun keluar dengan wajah hawatir, diatas tertulis sebuah nama yayasan untuk anak yatim.

"Cikal jangan berlari" langsung menggendong anak kecil itu. "Mohon maaf, dia memang sangat suka berlari" ucap ibu itu kepada rahel

"Tidak apa-apa, tubuhnya sedikit deman, lebih baik untuk membatasi bermainnya"

"Baik terimakasih, memang akhir2 ini dia terlalu berlebihan bermain" sambil kembali memasuki yayasan.

Rahel sedikit terpaku diam ketika melihat seorang wanita yang dia kenal berdiri 5 meter di depannya.

Sementara gadis didepannya tak kalah kagetnya, dan hanya mampu menatap rachel tanpa kalimat. Rahel kembali berjalan untuk pulang melewati gadis itu begitu saja seakan tidak mengenal satu sama lain.

"Dunia sangat sempit"

Langkah rahel terhenti mendengar ucapan dan suara yang sudah lama tidak dia dengar.

"Aku sudah lama disini dan kamu sudah 1 tahun disini, tapi kita baru bertemu 5 hari yang lalu di rumah sakit dan malam ini kita bertemu lagi"

Rahel berbalik "dan kamu pasti ingat ucapanku 5 hari yang lalu"

Mengingatkan kalimat bahwa rahel berharap tidak akan pernah bertemu lagi dengan anggi.

"Hel, mencoba melupakan seseorang yang kita kenal seperti mencoba mengingat seseorang yang tidak pernah kita temui.. itu mustahil"

Rachel menyilangkan tangan, ekspresi datar seakan tidak ada apapun yang mengganggunya, seakan dia tidak tergoncang dan begitu kuat.

"Cobalah"

"Jika aku dilupakan, jika aku tidak pernah diingat.. berarti aku tidak pernah ada hell" dengan nada lembut

Rahel melangkah mendekat "yang kamu butuhkan bukan melupakan.. tapi meng ikhlaskan"

Mata mereka berdua beradu cukup lama hingga rahel pergi menghilang di telan malam.

Jangan lupa vote dan komennya ya para pembaca.. ini sangat bermanfaan bagi author agar lebih semangat.. terimakasih banyak untuk pembaca setia

for bidden love 2 (i'm lesby)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang