15

15 1 0
                                    

"Jun kita mau kemana?" Tanya Qinan.

"Lo ikut aja nanti juga tau" ucap Arjuna tersenyum misterius, Qinan hanya mengikuti Juna yang sedari tadi menggenggam tangannya.

"Tapi Juna nggak macam-macam kan" Arjuna menghentikan langkahnya mendengar pertanyaan Qinan, tiba-tiba sebuah ide jahil muncul di otak nya.

"Yah kok lo tau kalo gue mau macam-macam sama lo" Qinan yang mendengar itu langsung melepaskan tangannya dari genggaman Juna.

"Jun kamu jangan macam-macam ya" kata Qinan memperingati. Juna hanya nyengir tak jelas melihat muka Qinan yg terlihat gelisah.

"Ya nggak lah, nggak mungkin gue ngapa-ngapain lo."kata Juna.

Setelah beberapa menit menyusuri taman dekat kampus akhirnya mereka duduk di sebuah kursi kayu.

"Akhirnya sampe juga" Arjuna berucap sambil tersenyum kearah Qinan.

"Kita ngapain disini?"tanya Qinan

"Jual es cendol Qi" Qinan yang mendengar jawaban Juna hanya menatap datar.

"Kenapa nggak sekalian kamu bawa gerobak pak Didi tadi."ucap Qinan .

"Hheeheh nggak Qi becanda tadi, marah-marah cepat tua" kata Juna nyengir.

"lambe mu mas" ucap Qinan yang sudah jengkel dengan sikap Juna sedari tadi.

"Iya bentar lagi tunggu gue tamat kuliah"

"Apaan?"bingung Qinan.

"Nikahnya" Qinan refleks memukul lengan Juna dengan keras, Juna meringis mendapatkan pukulan tiba-tiba dari Qinan. Apa yang salah dari nya, Juna sudah benar bukan berkata demikian. Tunggu Juna tamat kuliah baru bisa dia menikahi Qinan.

"Mulut nya Jun, belum pernah di cium sama aspal"

"Lo aja yang cium gimana?ikhlas lahir batin gue" Juna tertawa setelah mengucapkan itu, sedangkan Qinan sedang menahan mati-matian agar pipinya tak memerah.

"Iyain kasian jomblo" kata Qinan malas.

"Jomblo? siapa? gue?"tanya Juna bertubi tubi. Qinan hanya mengedikkan bahunya.

"Juna kita ngapain sih kesini, plis ya Jun jawabnya serius" kata Qinan yang sedari tadi sudah penasaran.

"Lo mau gue seriusin? ya Allah Qinan sabar napa" Juna berkata dengan ekspesi pura-pura terkejut. Qinan hanya memijit keningnya, ternyata Arjuna lebih menyebalkan dari Kala. Ahh Qinan jadi rindu dengan lelaki itu, sudah seminggu lebih mereka tidak ketemu hanya lewat telpon mereka berbicara.

"Arjuna"panggil Qinan lelah.

"Heheh maaf, sini"Arjuna menepuk kursi agar Qinan bergeser lebih dekat ke arahnya. Tanpa menunggu lagi Qinan langsung duduk di dekat Juna.

"Deketan lagi Qi" kata Juna.

"Udah ini"Qinan berusaha setenang mungkin padahal jantungnya sedari tadi sudah tak stabil gara-gara Juna.

"Masih jauh Qinan, sini 20 cm lagi"

"Udah Juna, ini udah mepet"

"10 cm" Juna terus saja memaksa Qinan bergeser dekat nya. Dengan ragu Qinan bergeser mendekati Juna. Juna yang melihat Qinan lama sekali langsung menarik pinggang Qinan hingga sekarang kedua nya sangat dekat, tak ada pemisah antara keduanya. Bahkan tangan Juna masih setia di pinggan Qinan.

"Nah gini kan enak"kata Juna tersenyum puas.

"Yaudah jawab pertanyaan aku tadi"

"Yang mana?" Tanya Juna bingung.

DANDELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang