"Kak, uang nya udah ada nggak?" Arlin bertanya dengan muka sedih.
"Kakak hari ini belum ada, besok insyaAllah kakak usahain ada. Kamu bilang ke guru kamu dulu ya besok bayarnya." Arlin menghela napas sedih melihat Qinan harus bersusah payah membayar uang sekolah nya. Dia tidak tega dengan kakak nya itu.
"Kakak jangan kecapean ya, jaga kesehatan. Aku ke sekolah dulu takut gada lagi angkot nanti." Pamit gadis itu, Qinan memandang langkah Arlin yang semakin menghilang. Menghembuskan napas lelah dia harus segera mendapatkan uang untuk Arlin.
Pelita memandang sang suami yang sedang bersiap-siap pergi ke sekolah tempat dia bekerja. Pandangan wanita itu sendu, tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut nya. Restu melirik sekilas istri nya, dia memakai baju dengan terburu-buru.
"Beras udah mau habis, harusnya kamu ngasih uang belanja buat kebutuhan rumah." Pelita memandang Restu lurus, sedangkan yang di pandang terlihat acuh.
"Mas!" Pelita berteriak keras.
"Jangan seperti tuna rungu mas, aku lagi bicara setidaknya tatap aku" Restu menghentikan aktivitasnya, memandang ke arah Pelita. Lelaki itu terlihat malas bahkan muka nya dibuat sedatar mungkin.
"Apa kamu udah lupa kewajiban kamu di keluarga ini? Apa kamu udah lupa punya anak dan istri disini? Mas, aku udah cukup sabar sama sikap kamu. Tolong kamu lihat sebentar keluarga ini, lihat kebelakang sebentar. Apa kamu nggak kasihan sama anak kamu mas, Qinan anak ku harus menjadi anak tahan banting diumur dia yang baru segitu, Arlin gadis kecil ku anak yang aku rawat sejak bayi hampir putus sekolah. Mas aku cape banget hidup sama kamu, hari ini aku udah nyerah sama takdir aku mas." Restu hanya dia mendengar Pelita yang sudah gemetar di depannya.
"Anak ku bukan budak mas hiks...hiks." Pelita menangis sesugukan sampai susah bernapas. Restu mengepalkan tangan nya, melayangkan satu tamparan keras di pipi wanita itu. Pelita hanya menangis terisak, melihat sang suami pergi tanpa mengucapkan satu patah kata pun.
***
"Kek terimakasih banyak ya" ucap Qinan ceria setelah mendapatkan uang untuk adik nya. Bersyukur sekali dia mempunyai bos yang baik, pak Sarno pemilik toko kue tempat Qinan bekerja memang orang yang baik dan dermawan, tidak segan-segan dia memberi Qinan pinjaman karna Qinan adalah karyawan yang rajin menurut nya.
"Sama-sama nak, kalo ada masalah cerita saja sama kakek. Jangan sungkan anggap saja kakek sama nenek keluarga kamu." Ucap pria berusia 70 tahun itu dengan senyum tulus.
"Iya kek terimakasih banyak bantuan kakek selama ini, semoga Qinan nanti bisa balas kebaikan kakek dan nenen." Qinan terharu dengan perlakuan kedua orang tua di depannya, mereka begitu hangat terhadap Qinan bahkan kehangatan itu tidak pernah dia dapat di keluarganya.
Tepat pukul 10 malam Qinan sampai di rumah, suasana rumah nya sudah gelap para penghuninya sudah masuk ke alam mimpi masing-masing. Segera gadis itu membersihkan diri setelah itu dia berniat untuk makan karena sedari siang dia belum mengisi perut sama sekali. Tiba di dapur dia membuka tudung saji, kosong, tak ada makanan sedikit pun. Tak ingin bersedih Qinan segera memanaskan air, minum teh sepertinya tidak terlalu buruk, pikirnya.
Setelah selesai membereskan gelas Qinan segera menuju ke kamar nya, melihat Arlin yang sudah terlelap Qinan tersenyum tulus ke arah gadis itu. membenarkan posisi selimut Arlin Qinan segera menyusul ke alam mimpi.
***
"Ini siapa?" Qinan berkata sambil terus melihat layar handphonenya nya.
Qinan terus menatap layar ponselnya, terpampang jelas foto seorang lelaki di handphone nya.sedari tadi tengah sibuk membaca grup angkatannya, tetapi atensi dia tertuju pada foto yang dikirim oleh salah satu teman angkatan nya. foto laki-laki yang di ambil secara candid itu terlihat mencuri perhatiannya, banyak yang mengomentari foto itu, terutama para perempuan bahkan ada yang terang-terangan yang meminta nomor nya.

KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION
RomanceArjuna yang jatuh hati pada perempuan bernama Qinan, tidak mudah bagi Arjuna untuk mendekati Qinan. Ditambah dengan adanya pria menyebalkan bernama Kala, menurut Arjuna, Kala itu sok asik dan berisik.Sedangkan Qinan merasa hidup nya benar-benar berw...