7

16 1 0
                                    

Kala sedari tidak bisa fokus mengendarai mobilnya, pikirannya sejak tadi di penuhi oleh Qinan. Kala Adam Rigel seseorang yang sangat bearti bagi Qinan. Kala yang sedari dulu menjadi tempat keluh kesah Qinan, selalu menghibur gadis tersebut, selalu menjadi penyemangat Qinan, bahkan Kala akan berada di barisan paling depan jika ada seseorang yang mengganggu Qinan. Perasaan Kala kepada Qinan bukan hanya sebatas sahabat, Qinan sangat spesial dalam hati Kala. Tapi dia takut jika dia mengatakan yang sebenarnya Qinan akan membencinya. Kala tidak ingin itu terjadi. 

"Assalamualaikum"tak ada sahutan. Kala kembali mengetuk rumah gadis itu. Terlihat wanita paruh baya yang masih terlihat cantik.

"Assalamualaikum Tante mertua" kata Kala sambil menyalami tangan pelita.

"Siapa?" Pelita menelisik penampilan lelaki itu, raut wajah nya terlihat datar. Kala agar yang awalnya tersenyum menjadi kikuk berhadapan dengan wanita itu.

"Saya teman nya Qinan tante, apa Qinan ada?" ujar Kala hati-hati.

"Masuk" Kala mengikuti Pelita dari belakang, Kala baru pertama kali memasuki rumah ini, kondisi rumah Qinan begitu sederhana. Tidak ada kemewahan di dalamnya terlihat benar-benar sederhana.

Pelita meninggal kan lelaki itu tanpa sepatah katapun, Kala menjadi heran sendiri melihat tingkah ibu dari gadis itu.

"apa muka gue jelek ya, perasaan masih ganteng tadi sebelum kesini" lelaki itu bermonolog sendiri.

Lelaki itu masih duduk terdiam diatas kursi, mengamati dengan teliti sudut demi sudut rumah Qinan. Dia tersenyum tipis melihat foto Qinan kecil terpajang indah di dekat pintu kamar. Kala masih sibuk dengan kegiatan tanpa sadar seorang Gadis telah duduk di samping nya.

"Nyari siapa kak?"

" Allahuakbar setan"

" Heh sembarangan lo kalo ngomong". Itu Arlin. Gadis itu melotot kearah Kala.

" Lo siapa neng, muncul-muncul ngagetin. gue kira hantu beranak darimana" Kala masih dengan keterkejutan nya. Bagaimana tidak muka Arlin tepat di depan mukanya tadi waktu menepuk pundaknya.

"Gue penghuni rumah ini, lo maling ya? ngaku gak lo?"

"Buset bocah mata lo serong ya, mana ada maling duduk di kursi kayak gini."

"Trus ngapain?"

"Qinan mana?"

"QINAN ADA PACAR LO NI KAK" suara cempreng milik Arlin mampu membuat telinga Kala berdengung.

"Neng lo makan toa ya, nyaring banget tu pita suara"

"Nang neng nang neng, nama gue Arlin"

"dih gada yang nanya" Arlin yang mendengar itu mendadak kesal dia berlalu di hadapan Kala sambil menyenggol lutut kala.

"Adik sama kakak sama aja, sama-sama gemesin hihi" Kala terkikik geli melihat tingkah Arlin.

" wahhh Qinan udah muncul" Qinan muncul dari arah dapur, menggunakan kaos kebesaran dan celana training. Gadis itu baru saja siap membersihkan kamar mandi.
Wajah nya dipenuhi keringat dan sedikit pucat. kala yang melihat nya menjadi khawatir

"Kala tumben kesini" ujar gadis itu dengan suara pelan. Kala berdiri memegang kening Qinan, suhu badan nya terlihat hangat.

"Qinan, sakit?" tanya Kala memastikan kondisi Qinan. Gadis itu menggeleng lemah duduk di kursi sambil menyenderkan kepala nya di sandaran.

"Kecapean ya?" Kala duduk di samping Qinan sembari memijit kening Qinan, Qinan memejamkan matanya sebentar. Kepala nya memang terasa berat dari pagi tadi di tambah dia belum sempat sarapan.

DANDELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang