Arjuna sedang menyiapkan beberapa keperluan untuk kuliah nya. Beberapa Minggu lagi Juna akan menjalani masa pengenalan lingkungan kampus di kampus barunya. Setelah dirasa semuanya telah siap, Arjuna segera turun ke bawah menghampiri sang ibu. Arumi sedang berkutat di dapur menyiapkan makan malam mereka.
"Bunda masak apa?" Tanya Juna.
"Makanan kesukaan kamu." Lara membawa semangkuk sup ayam kesukaan Juna.
"Bun Minggu depan Juna udah mulai kuliah."
"Alhamdulillah bunda senang dengarnya, kamu jaga kesehatan jangan terlalu capek." Nasihat Arumi pada anak semata wayangnya.
"Siap Bu bos." Mereka menikmati makan malam ditemani kesunyian malam.
Sekarang Arjuna berada dikamar nya, setelah selesai membatu Arumi membereskan makan malam mereka tadi. Arjuna menatap foto Almarhum sang ayah. Sudah dua tahun semenjak kepergian sang ayah. Juna harus menjaga sang ibu, ayah Juna Harry Sandia pengusaha asal Jerman itu meninggal karena menderita diabetes mellitus. Juna mewarisi gen ayah nya sehingga wajah dan postur lelaki itu tidak terlalu mirip dengan orang Asia pada umumnya.
Menjadi anak semata wayang menuntut Juna menjadi lebih bertanggung jawab. Sambil melihat foto sang ayah yang sudah sangat ia rindukan. Juna membayangkan masa-masa dia bersama sang ayah, kasih sayang yang sangat besar dari Harry masih terekam jelas di otak Arjuna.
"Arjuna rindu ayah." Lirih Juna.
"Juna udah kuliah sekarang Yah, juna udah bukan berandalan sekolah lagi. Juna udah nggak nyusahin Bunda buat datang ke sekolah karena surat panggilan dai BK. Juna udah berubah Yah. Juna sekarang ngambil jurusan Arsitektur Yah, Juna yakin kalo ayah masih disini ayah pasti bangga sama Juna." Arjuna tersenyum menatap foto sang ayah.
"Sesuai janji Juna sama ayah, nanti kalua Juna udah jadi Arsitek yang hebat Juna akan buatin rumah impian ayah." Tak kuasa Juna menangis dalam diam, hanya ayahnya yang bisa menjadi pendengar keluh kesah Juna dulu.
Dulu, sewaktu Arjuna masih duduk dibangku SMA. Dia dan Harry sang ayah selalu menghabiskan waktu bersama. Meskipun harry orang yang sibuk dan jarang sekali berda di rumah tapi dia selalu menyempatkan diri menghabiskan waktu bersama Juna. Sekedar bertanya tentang sekolah Juna atau kegiatan Juna lainnya.
Juna masih ingat dulu ayahnya ingin sekali mempunyai rumah di desa, dia ingin menghabiskan masa tua nya dengan sang Bunda di perdesaan. Tapi takdir berkehendak lain, ayah nya pergi meninggalkan nya dengan sang bunda.
****
"Halo?"
"Lagi ngapain Qi?"
"Lagi nyiapin keperluan buat minggu depan." Qinan sibuk memasukkan beberapa buku ke dalam tas nya.
"Anjay maba." Terdengan nada suara Kala yang sangat menyebalkan menurut Qinan.
"Bocah gaje lo Kal."
"Calon bu dokter nggak boleh galak-galak nanti pasien nya kabur. Gue takut pasien lo awal nya cuman demam biasa dengar teriakan lo jadi kena stroke." Kala selalu bisa membuat emosi Qinan meledak.
"Diam Kal, Qinan lagi nggak mood gelud." Qinan berbaring setelah semua keperluannya siap.
"Minum good day Qi, dijamin mood lo makin bagus." Qinan memutar bola mata jengah.
"Iyain." Hening beberapa saat, Qinan sibuk dengan pikkirannya sendiri.
"Halo apa masih ada orang disana, luwak white coffe passwordnya."
"Hmmm"
"Anjirr kul banget jawaban lo Qi, merinding gue." Kala cekikikan disana, sudah dapat ia pastikan muka kesal Qinan.

KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION
RomansaArjuna yang jatuh hati pada perempuan bernama Qinan, tidak mudah bagi Arjuna untuk mendekati Qinan. Ditambah dengan adanya pria menyebalkan bernama Kala, menurut Arjuna, Kala itu sok asik dan berisik.Sedangkan Qinan merasa hidup nya benar-benar berw...