13

17 1 0
                                    

"JUNAA"panggi Qinan yang tengah mengejar langkah Juna.

"Arjuna tungguin " teriak Qinan sekali lagi yang tak dibalas oleh Juna. Arjuna tak memperdulikan teriakan Qinan dia melangkah memasuki kelasnya. Belum ada satupun disana.

"Ihh Juna kenapa jalannya cepat banget" kata Qinan yang sudah berada di depan Juna. Juna hanya menatap Qinan sebentar lalu dia melangkah menuju mejanya menenggelamkan kepalanya di antara lengannya.

"Jun aku lagi ngomong loh" peringat Qinan yang heran melihat tingkah Juna. 

"Kenapa Qi?" Tanya Juna malas sambil menatap Qinan. Qinan tak tau kenapa hari ini Juna seperti menghindari nya.

"Kamu kenapa?kok aku panggil nggak jawab?aku ada salah ya sama kamu?" Tanya Qinan bertubi tubi. Tangan nya bergerak gelisah meremas kaos yang dipakainya.

"Engga Qi, gue lagi nggak mood aja" kata Juna berusaha tersenyum. Qinan yang mendengar itu langsung menarik kursi mendudukkan dirinya di samping Juna.

"Juna kenapa? Lagi ada masalah" tanya Qinan.
"Masalahnya itu lo Qi, ni anak nggak peka banget jadi cewek"omel Juna dalam hati

"Gue juga ga tau Qi, tiba-tiba mood gue ancur" Juna merebahkan kepalanya di bahu Qinan, sungguh rasa cemburunya membuat nya tak bersemangat pagi ini. Juna tidak suka jika Qinan tersenyum dengan laki-laki lain, Juna tidak suka jika Qinan dekat dengan laki-laki lain, ingat! Juna membencinya.

"Qi gue boleh nanya?" Arjuna menatap serius Qinan, Qinan hanya menganggukkan kepalanya.

"Laki-laki kemaren siapa?" Tanya Juna ragu. Qinan yang mendengar nya hanya tersenyum.

"Oh itu Kala, dia sahabat Qinan. Aku lupa cerita soal Kala" ucap Qinan.

"Oh namanya Kala, udah berapa lama lo dekat sama dia?" Tanya Juna sekali lagi. Dia belum puas dengan penjelasan Qinan tadi.

"Hampir dua tahun lebih kayak nya" Arjuna hanya membuka mulutnya membentuk huruf O. Setelah itu tak ada pembicaraan lagi antara mereka, Juna yang masih memikirkan sosok Kala . sedangkan Qinan hanya menatap seisi kelas Juna yg dipenuhi gambar tangan  para calon arsitek.

"Qi gue cemburu" ucap Juna tiba-tiba. Qinan terkejut mendengarnya.

"Cemburu? Kok bisa cemburu?" Qinan tak mengerti maksud Juna.

"Ga tau Qi, pokoknya gue cemburu liat lo berduaan sama cowok jelek kemaren" decak Juna sambil kembali meletakkan kepalanya di bahu Qinan.

"Kala Juna "Qinan menyentil jidat Juna,enak saja dia dengan gampang nya menyebut anak orang jelek, Kala pria tertampan menurut Qinan walaupun Juna tetap jauh lebih tampan.

"Pokoknya itu lah, gue cemburu Qi. Gatau kenapa"ucap Juna. Qinan terdiam mendengar perkataan Juna. Apa Juna menyukainya? Maksud Juna apa berbicara seperti itu? Qinan sibuk dengan pikirannya. Qinan tidak ingin jika dia terlalu terbawa perasaan karena Juna.

"Kok Juna cemburu kan kita cuma temanan" kata Qinan. Juna yg mendengar nya merasa emosinya sudah di ubun-ubun apa katanya tadi, teman? Tolong tuhan mereka sudah dekat lebih dari satu semester. Kedekatan mereka tak layak disebut teman.

"Iya gue tau kita cuma teman Qi, tapi gue tetap cemburu" Juna berusaha membuat Qinan mengerti. Qinan tidak tau dia harus menjawab apa.

"Gue orangnya cepat cemburu Qi" lanjut Juna.

"Tapi kan kita cuma teman Jun, nggak bole cemburu cemburuan" Qinan tetap saja tidak ingin terlalu percaya diri karena Juna mengatakan dia cemburu.

"Kasian Kala" kata Qinan lagi.

"Ya udah lo sama dia aja" Arjuna terlihat makin kesal karena  Qinan tidak mengerti Maksudnya. Arjuna segera menarik tangan Qinan. Membawa nya  jauh dari mata mahasiswa lainnya. Disinilah mereka dibawah pohon yang tidak rame orang melewati mereka.

"kalo lo bukan siapa-siapa gue, gue nggak bakalan cemburu" Arjuna spontan berkata demikian. Qinan mengepalkan tangan nya menahan gejolak dalam dirinya. Ingat Qinan dia Arjuna mantan playboy, ingat kata Tara dia nggak baik buat kamu Qinan. Tegas Qinan pada dirinya. Selama mereka dekat Qinan mencari tau tentang diri Juna, teman nya Tara dulu ternyata satu sekolah dengan Arjuna sehingga satu fakta dia tau jika Arjuna berandalan sekolah dulunnya, Itu membuat hati Qinan ragu untuk suka dengan lelaki itu.

"Emang bukan siapa-siapa" jawab Qinan dengan nada sewot.

"Qi ini masalahnya lo udah penting bagi gue." Qinan yang mendengarnya tersenyum sinis.

"Nggak usah terlalu jauh Jun"Qinan berkata dengar raut wajah datar.

"Iya Qi gue tau kita cuma teman, gue juga bukan siapa-siapa lo."terlihat raut kecewa di wajah Juna.

"Nggak usah buat gue merasa penting dalam hidup lo, kalo ujung-ujungnya lo pergi kayak yang dulu-dulu. Gue nggak mau disaat  udah nyaman sama lo, lo malah pergi ninggalin gue." Terdengar nada lirih disetiap kalimat Qinan.

"Gue nggak janji untuk itu, tapi percaya sama gue Qi gue akan berusaha buat selalu ada buat lo. Gue cuma minta sama lo buat percaya sama gue."Qinan melihat nada kesungguhan di mata Juna. Haruskah ia mempercayai lelaki didepan nya ini. Tapi bagaimana dengan perkataan Tara yang dulu. Tapi Salwa dan Rian mendukung ia dan Juna, Qinan harus mencoba mempercayai Juna.

"Aku coba." Senyum tulus Qinan terbit, sebuah pelukan hangat dapat Qinan rasakan dari Juna. Juna memeluk Qinan lembut menyalurkan perasaan yang dia rasakan.

"Gue sayang lo Qi" kata Juna tepat di telinga Qinan.

"Booommm" bagai tersengat listrik, Qinan berdiri kaku. Tak dapat mengeluarkan kata apa-apa. Apa tadi Juna baru saja menyatakan perasaannya. Ckck tidak romantis sama sekali.

"Qi jawab dong masa gue dikacangin Mulu dari tadi." Juna menyadarkan nya kembali ke dunia nyata.

"Hah Juna ngomong apa?" Qinan tak tau kenapa dia bertanya seperti itu.

"Gue sayang lo Qi, kalo lo gimana?sayang gue juga?." Juna tersenyum menggoda kearahnya. Qinan yang melihat senyum tampan Juna hanya mengangguk seperti orang bodoh.

 Qinan yang melihat senyum tampan Juna hanya mengangguk seperti orang bodoh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Iya" ucap Qinan tanpa sadar, Juna yang melihat itu merasa gemas sendiri.

"Nanti ya, gue selesain masalah gue dulu baru bisa gue ituin lo" ucap Juna ambigu. Qinan tak paham maksud Juna sekarang.

"Masalah apa? Trus ituin maksudnya?" Tanya Qinan polos.

"Ada Qinan, masalah laki-laki"ucap Juna, Qinan yg mendengar hanya berdecak tak suka. Tidak mungkin Juna menceritakan masalah nya dengan Tisya yang belum selesai. Jangan kalian pikir Tisya sudah melupakan Juna, gadis itu bahkan makin menggila. Juna kadang merasa risih dengan sikap Tisya sekarang, ditambah dengan Vani yang merasa kalau Juna mempermainkan nya. Juna pusing memikirkan itu semua, lebih baik seperti ini sekarang. Juna berharap Qinan bisa mempercayai.

TBC


DANDELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang