Arjuna yang jatuh hati pada perempuan bernama Qinan, tidak mudah bagi Arjuna untuk mendekati Qinan. Ditambah dengan adanya pria menyebalkan bernama Kala, menurut Arjuna, Kala itu sok asik dan berisik.Sedangkan Qinan merasa hidup nya benar-benar berw...
Kala menuju ke kelas Qinan untuk menemui gadis tersebut, terlihat sibuk dengan catatannya. Kala menarik tangan Qinan untuk keluar dari dalam kelas nya itu.
"Eh Kal tunggu dulu tas gue masih disana." Cegah Qinan.
"Tunggu disini jangan kemana-mana biar aku ambil" Kala segera membereskan buku Qinan memasukkan nya kedalam tas tersebut.
"Ayok ikut aku" Kala segera mengandeng lembut tangan Qinan. Qinan bingung melihat sikap Kala yang tak seperti biasanya.
"Kala kok kita kesini?" Tanya Qinan yang masih bingung. Pasalnya Kala membawanya ke atas rooftop kampusnya. Kala menarik nafas sebentar sebelum berucap.
"Qi aku mau ngomong sesuatu sama kamu" kata Kala serius. Qinan merasakan aura berbeda di sekeliling nya.
"Memangnya Kala mau ngomong apa, ngomong aja aku dengerin kok" Qinan berusaha setenang mungkin.
"Aku suka sama kamu" kata Kala cepat langsung ke intinya.
"Bisa Kala ulang?" tanya Qinan masih tak percaya.
"Kala suka sama Qinan" ulang Kala dengan tegas, Qinan yang mendengarnya langsung terdiam sesaat mengatur detak jantungnya.
"Qinan ga paham maksud Kala"jelas Qinan.
"Qinan dengerin aku baik-baik, ngga ada pengulangan kali ini. aku suka sama kamu, kayak nya bukan cuma suka tapi aku udah cinta sedalam dalamnya" kata Kala sambil mencengkram erat bahu Qinan. Qinan tertawa mendengar nya.
"kamu bisa aja bikin jantung aku dag-dig-dug. aku pikir kamu mau ngomong apa, ya jelaslah Kala suka sama Qinan. Qinan aja suka sama Kala, kan kita sesama manusia ngga boleh saling membenci." Qinan berkata dengan entengnya. Kala yang mendengar itu menatap dingin kearah Qinan.
Qinan merasa perkataan nya tadi salah. Kenapa dia bodoh sekali, padahal sudah jelas tadi dia mendengar kalo Kala menyukainya dan mencintai nya. Tolong Qinan ini bukan saatnya untuk bercanda.
"Kala?" panggil Qinan pelan namun lembut.
"Kenapa lo gapaham maksud gue Qi" kata lelaki itu lirih.
Kala meninggalkan Qinan yang masih terdiam ditempatnya. Duduk di salah sofa yang sudah usang. Terlihat dia menutupi mukanya dengan tangan nya sesekali menghembuskan nafas lelah.
Qinan yang melihat itu jadi tidak tega, dia duduk di samping Kala sambil memegang tangan Kala yang menutupi wajahnya tadi.
"Kala marah sama Qinan?" tanya Qinan takut-takut.
" Ngga Qi, aku ngga bisa marah sama kamu" Kala tersenyum lembut ke arah Qinan.
"Kala, maafin Qinan ya. Bukannya Qinan ngga paham maksud Kala tadi. Qinan mau jujur sama Kala kalo Qinan udah anggap Kala kayak Abang Qinan sendiri" penjelasan Qinan mampu membuat sendi-sendi seorang Kala Adam Rigel melemas seketika. Jadi selama ini Qinan hanya menganggapnya sebatas saudara. Kala tersenyum kecut kearah Qinan.
"Gue pikir lo suka sama gue Qi, ternyata gue yang terlalu berharap sama lo." Qinan sangat takut melihat Kala yang sekarang. Qinan memberanikan diri memegang tangan Kala.
"Sekali lagi aku minta maaf Kal, aku ngga bermaksud buat nyakitin hati kamu. Tapi Qinan ngga ada rasa apa-apa sama Kala. Qinan sayang sama Kala sebagai Abang nya Qinan. Kala udah kayak kakak bagi Qinan yang selalu lindungi Qinan" ucap Qinan berusaha menjelaskan.
Qinan tidak tega melihat Kala saat ini, Qinan merasa bersalah. Ingin sekali dia membalas perasaan Kala, tapi dia sudah mencoba dari dulu selalu saja gagal. Kala terlalu baik untuk Qinan sakiti, tapi dia tidak ingin Kala terlanjur sakit karna Qinan menerimanya cuma karna kasian. Kala pantas mendapatkan wanita yang baik untuk nya, yang benar-benar mencintai nya.
"Kala" panggil Qinan lagi. Tak ada sahutan dari Kala, hanya pandangan kosong yang Qinan liat dari mata itu.
"Kala, Qinan minta maaf" lirih Qinan. Qinan menundukkan kepala memandang sepatunya setetes air mata jatuh. Qinan berusaha menggigit bibirnya agar suara isakan nya tak didengar oleh Kala.
"Hikss" satu isakan lolos dari bibir nya, dadanya terasa sesak karena berusaha untuk menahan tangisannya. Kala yang tersadar dari pikirannya terkejut melihat Qinan yang menangis sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
"Qi udah ngga usah nangis" Kala membawa Qinan ke pelukannya. Tangis Qinan seketika pecah. Kala yang mendengar nya merasa bersalah seketika.
"Hustt udah Qi kamu tenang" Kala berusaha menenangkan Qinan, kala masih setia memeluk Qinan sambil mengelus punggungnya lembut. Dirasa tangisannya sudah reda Qinan mengangkat kepalanya menatap kearah lelaki itu. Dia takut Kala membencinya, Qinan takut Kala akan meninggalkannya sendiri. Qinan tidak ingin itu terjadi.
"Kala Qinan minta maaf" ulang Qinan sekali lagi sambil menunduk.
"Angkat kepalanya sayang " kata Kala berusaha menghibur Qinan.
"Aku minta maaf udah buat kamu kecewa"
"Udah Qi, aku gapapa kok" senyum tulus terbit dari bibir Kala.
"Mungkin gue belum beruntung hari ini, kapan-kapan gue coba lagi deh." Canda Kala. Qinan tersenyum getir mendengar nya, sungguh Kala nya ini benar-benar baik.
"Makasih Kala" ucap Qinan tulus.
"Yah ternyata Kala cuma jadi abangnya Qinan ya. Padahal tadi udah ngebayangin nikah sama Qinan terus honeymoon di Dubai" kata Kala pura pura kecewa. Namun dibalik itu hatinya benar-benar kecewa saat ini.
"Qinan minta maaf" lirih Qinan yang masih merasa bersalah.
"Canda sayang, udah jangan nangis lagi. Aku gapapa kok, strong boy ini."
"Ye ni bocah malah nangis kejer, Qinan ngga seru ah masa gitu aja nangis. " Kata Kala pura-pura kesal.
"Pokoknya aku ngga mau liat kamu nangis kayak tadi, janji itu yang terakhir? Qinan harus bahagia walau bukan sama Kala." Qinan memeluk Kala erat menyalurkan rasa sayangnya. Kala menghapus sebulir air mata sialan yang tiba-tiba jatuh dari kelopak matanya.
"Kala sayang Qinan" ucap Kala pelan.
"Qinan juga sayang Kala" balas Qinan serak.
"Senyum dong neng, kalo Abang bilang senyum ya senyum. Emang mau jadi adek durhaka hah." Kala berkata sambil memasang muka galak layaknya Abang yang memarahi adik perempuannya. Qinan tersenyum mendengar nya.
"Siap abang"
"Nanti aku mau suruh om mertua buat bikin nama di kartu keluarga" Qinan hanya menatap geli tingkah Kala.
Sekarang Kala tau posisinya di hati Qinan tak lebih dari seorang kakak. Kala berusaha untuk menerimanya, Kala hanya ingin melihat Qinan nya bahagia. Meskipun bukan dia penyebabnya, Kala akan berusaha mengikhlaskan Qinan. Karna kebahagiaan Qinan lebih utama dibandingkan kebahagiaannya sendiri. Kala langsung menggandeng tangan Qinan meninggal tempat tersebut.
TBC
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.