LWB : 2 - Job!

54 4 0
                                    

Perhatian :
♥Tulisan bercetak miring, adalah percakapan bahasa indonesia.
♥Tulisan tidak bercetak miring, adalah percakapan bahasa korea.

~~~


"Eotteoke? Bagaimana dengan kuliah Luna? Uang darimana untuk membayar kuliah Luna nanti? Kita sudah memintanya datang kemari tapi tiba-tiba kejadian itu.. Ah.. aku benar-benar sangat kasihan dengan Luna." Ucap seseorang dengan bahasa Korea.

"Aku juga tidak tau harus apa sekarang, Sayang. Aku benar-benar sangat kasihan pada Luna. Aku yang memintanya datang karena aku tidak tega membiarkan dia berada di sana sendirian. Demi kuliah dia sudah mengumpulkan uang itu selama tiga tahun agar bisa kuliah di sini." Ucap seseorang lagi.

Luna sedikit demi sedikit membuka matanya saat mendengar suara dua orang yang sedang berdebat di ruang keluarga. Luna sedikit mendengar dari percakapan itu dan Luna merasa sudah sangat merepotkan bibi dan pamannya karena tinggal disini. Bahkan sekarang paman dan bibinya memikirkan nasibnya sekarang yang kehilangan uang untuk pendaftaran kuliah. Dia benar-benar sangat merepotkan mereka. Sepertinya pilihannya untuk datang ke negara ini sudah salah.

Luna mendekati pintu kamarnya lalu membukanya sedikit.

"Kita juga harus memikirkan Somi. Kita juga harus mendaftarkan dia sekolah. Uang darimana kalau kita harus membayar pendidikan mereka berdua? Bahkan sekarang anak SD saja sudah seperti biaya kuliah. Belum cicilan hutang kita; apartemen, mobil, listrik, dan lainnya." Ucap paman Sejin yang kali ini mulai menaikkan nada suaranya.

"Pelankan suaramu. Tidak enak jika sampai Luna mendengarnya!" Bisik bibinya yang masih bisa didengar oleh Luna.

Paman Sejin lalu mengusap wajahnya kasar karena tidak tau apa yang harus dia lakukan sekarang. Sungguh! Dia bukan mempermasalahkan Luna yang tinggal dirumahnya. Dia hanya khawatir dengan Luna yang tidak bisa kuliah. Padahal kuliah adalah salah satu tujuannya datang ke korea.

Luna masih diam disana dan dia merasa bersalah dengan apa yang dia lakukan disini. Dia seharusnya tetap ada di indonesia agar tidak merepotkan mereka.

Luna pun langsung keluar dari kamarnya yang membuat paman dan bibinya kaget dengan apa yang mereka lihat. Mata Luna sudah berkaca-kaca, tapi Luna masih terus tersenyum untuk menutupi rasa bersalahnya.

"Sejak kapan kau berada disana, Luna?" Tanya bibinya dengan mata membulat.

Luna tersenyum lalu berkata, "paman dan bibi jangan mengkhawatirkan aku dan memikirkanku. Aku baik-baik saja kok kalau memang aku harus menunda kuliah. Aku tidak mempermasalahkan soal itu. Aku akan mencoba mencari pekerjaan setelah itu aku akan pulang ke indonesia." Lalu Luna tersenyum kembali yang membuat Sejin dan bibinya, Rosa terperangah dengan apa yang Luna katakan.

"Tidak, Luna! Kamu tidak boleh pulang ke indonesia. Kamu masih punya keluarga disini dan di indonesia kamu hanya sendirian. Bibi tidak akan membiarkan kamu hidup sendirian di sana."

"Tapi, Bi.."

"Pokoknya soal kuliahmu jangan kamu pikirkan! Paman akan mencari jalan keluar soal ini." Rosa menatap suaminya tajam saat mendengar ucapan Sejin yang tadinya marah-marah karena tidak tau harus apa dengan kuliah yang sangat diinginkan Luna, tapi sekarang berubah. Ia bersyukur memiliki suami sepertinya.

"Tapi Luna hanya ingin kuliah dengan kerja keras Luna sendiri paman. Terima kasih kalau paman sudah ingin membantuku, tapi aku tidak ingin kuliah dengan uang paman. Aku sudah diterima tinggal disini saja sudah sangat cukup untukku. Kalau paman memang ingin membantuku, paman boleh membantu mencari pekerjaan untukku. Pekerjaan apapun aku akan menerimanya."

Live With Bangtan [KTH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang