#13

2.4K 169 0
                                    

Tepat sehari setelah aku mengirimi pesan terakhirku, Theo membalas pesanku. Aku yang awalnya ingin melancarkan aksi mendiamkannya, gagal total. Rasanya lega saat mengetahui pria itu masih mengingatku. Aku memang suka berlebihan kalau sudah overthinking.

Theodore Roberts: Hai. Maaf baru membalas pesan darimu. Aku sudah di bandara, sebentar lagi flight ke Melbourne.

Melupakan kekesalanku, aku langsung membalasnya.

Mainaka: Mau kujemput? Mendarat jam berapa?

Theodore Roberts: Nope. Aku baru sampai besok jam tiga sore, bukannya kau ada kelas?

Aku menepuk jidat. Baru ingat besok ada kelas psikologi anak dua SKS, dimulai jam tiga sore dan berakhir jam lima sore.

Mainaka: Oh iya. Ada post test.

Theodore Roberts: Kau fokus belajar saja. Besok aku jemput di kampus.

Mainaka: Hey! Bukankah kita sedang backstreet?

Theodore Roberts: Not anymore. You are mine and everyone must know about it.

Aku senyum-senyum sendiri membaca chatku dengan Theo. Pria ini memang susah ditebak.

"Theo?"

"Hu'um." balasku sekenanya masih dengan menatap layar ponselku. Mengabaikan Aubrey yang kini berdecak melihat sikapku yang terkesan plin-plan.

Tapi aku, tidak peduli.

"Kau tahu, ujian semester semakin dekat. Tugas kita menumpuk. Ah, aku belum menyentuh tugas dari kekasihmu. Bisakah dia memundurkan deadlinenya? Oh, aku pusing!" keluh gadis blasteran itu frustasi.

"Daripada mengeluh lebih baik kau kerjakan saja sekarang. Toh kau sedang tidak ada kerjaan kan, menonton drakor series mu yang seperti tak berujung." tukasku kejam.

Aubrey merengut yang tentu saja kuabaikan sepenuhnya.

Sekedar informasi saja, selama hampir tiga minggu alfa mengajar, Theo tidak serta merta meninggalkan kewajibannya sebagai dosen. Terbukti dengan selalu ada tugas darinya yang dititipkan melalui PJ kelas via email. Tiga kali tidak datang kelas, itu berarti tiga kali mendapatkan tugas. Tanda tangan absensi baru bisa disodorkan oleh PJ kelas saat mahasiswa sudah mengumpulkan tugasnya.

"Sepertinya selama seminggu ke depan aku ingin mendekam di perpustakaan fakultas. Kau mau ikut?" Aubrey menekan tombol power on pada MacBook silver miliknya.

"Tidak." netraku masih terfokus pada ponsel, menampilkan foto-foto masa kecil Theo yang kuminta melalui chat. "Aku akan mendekam di kamar saja."

"Terus menghabiskan uangmu untuk delivery service?" gadis bersurai cokelat itu menatapku horor. "Jangan boros! Lebih baik kau iuran denganku. Aku akan masak dan mengantarkan makananmu melalui service OB."

"Deal. Jadi aku harus bayar berapa untuk sekali makan?" tanyaku masih tanpa memandang yang kuajak bicara.

"Sepuluh dolar untuk tiga kali makan. How?"

"Oke. Iuran per hari ya?" Aubrey menjentikkan jarinya. "Ngomong-ngomong, apa agendamu hari ini?"

"Menemui Mrs. Leighton sekaligus ada kelasnya jam satu nanti. Bagaimana denganmu?"

"Aku tidak ada kelas. Jadi, mungkin aku akan mengerjakan tugas dari kekasihmu itu dan juga mencicil tugas yang lain. Kau tahu, sepertinya memang kita harus membuat deadline kita sendiri supaya tidak kelabakan seperti ini."

Crown Prince of Greece (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang