#17

2.2K 151 3
                                    

"Kau yakin?"

Aku mengangguk dan tersenyum lebar. Mungkin aku tidak bisa membelikan Aubrey nike airmax yang dia inginkan karena uangku terbatas, tetapi aku bisa memberinya kesempatan untuk menghabiskan waktu dengan idolanya.

Pangeran Philo menarik nafas panjang sebelum menghembuskannya perlahan. Tangannya terulur untuk menekan bel.

Aku menunggu dengan hati berdebar. Tidak sabar melihat wajah terkejut Aubrey melihat idolanya berada tepat di depan pintu.

Theo menggenggam erat tanganku dan tersenyum. Aku membalas senyumnya.

"Hai."

Gadis berambut cokelat dengan cepolan berantakan itu melebarkan matanya. Menguceknya berkali-kali sebelum berkata,

"Am I dreaming?"

"Tidak."

"Fuck, I think I'm drunk tonight but I swear I'm not drinking Alcohol,"

"Aku nyata. Kau tidak sedang bermimpi."

Aubrey menampar pipi dan mencubit tangannya sampai merah, sakit.

Aku tidak tahan untuk terus bersembunyi. Jadi, kubiarkan kepalaku muncul dari balik punggung tegap Pangeran Philo.

"Prince Philo Andreas of Greece is real. Touch him if you think he is not real."

Aubrey maju selangkah, menyisakan jarak yang hanya beberapa senti dari Pangeran cassanova itu. Menyentuh lengannya pelan.

"Fuck, he is fucking real."

"Told ya." Pangeran Philo tersenyum manis.

"Jadi, Miss. Scott, apa kau sudah ada rencana di hari sabtu?" tanyanya manis. Aku dan Theo sama-sama memutar bola mata malas.

"Not yet. Why?" dia terlihat salah tingkah.

"Do you want to strolling around with me?"

"Sure. Hanya orang gila yang menyia-nyiakan kesempatan emas ini." Aku menatap Aubrey tidak percaya. Gadis itu terkikik geli sembari memainkan jemarinya.

"Kau memalukan." cibirku sesaat setelah ia mempersilakan ketiga tamunya untuk memasuki kamarnya.

"Maaf. Tapi aku merasa seperti tidak menapak di bumi." sekali lagi aku memutar mataku malas.

"Kudengar kau sudah memiliki kekasih," Pangeran Philo tidak tahan untuk tidak berbasa basi sesaat setelah menjatuhkan bokongnya di sofa milik Aubrey. "Kau bisa memberitahunya soal ini. Aku tidak ingin menimbulkan kesalahpahaman,"

Aubrey mengulum senyum. Kentara sekali terlihat salah tingkah. "Luce bukan kekasihku, lebih tepatnya belum. Kami memang berkencan, tapi masih ada di tahap pendekatan. Kukira dia takkan keberatan mengingat kau ...," ia menurunkan volume suaranya. "...adalah orang yang kuidolakan." ia nyengir, wajahnya jadi seperti tomat rebus.

"Okay." Pangeran Philo berdeham. "Jadi pastikan tidak ada keributan. Masalahku sudah banyak, kakakku bisa membunuhku jika aku menambah masalah baru." Theo pura-pura tidak mendengar. Jemarinya bermain-main di rambutku sambil sesekali mengelus dan menghirup aromanya.

"Jangan khawatir. Luce jinak, kok."

Kami berempat tertawa. Aku suka momen ini. Tiap detiknya terasa berharga dan nyata.

—////—

"Kau yang membuatnya melakukan itu?" Aubrey menatapku tidak percaya. "Oh, aku berutang banyak padamu, Mai. Aku bahkan belum memberikanmu hadiah untuk merayakan tahun pertama kita selain," gadis bersurai cokelat itu menatap meja kami yang penuh dengan es krim. "membayar tagihan es krim kita."

Crown Prince of Greece (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang