#22

1.9K 141 3
                                    

"Aku yang menyetir." kurebut kunci mobilku dari tangan Theo.

"Tidak. Mana kuncinya?" Theo mengejarku yang sudah melarikan diri darinya dan membuat kami berakhir kejar-kejaran di jalanan depan rumahku.

Tentunya dengan menjadi tontonan gratis dari ibu-ibu komplek yang sedang belanja sayur.

"Kau tahu, kita jadi bahan pembicaraan mereka." bisikku setelah melihat pria bersurai madu itu memilih duduk meluruskan kaki di depan pagar rumahku.

Peluh menetes membasahi keningnya dan wajahnya memerah akibat kelelahan. Terlihat seperti bule yang sedang berjemur di pantai.

"Kenapa sih kau tidak ingin aku yang menyetir? Kau kan bisa duduk manis dan memberiku arahan atau mungkin kita bisa menggunakan maps?" Theo menatapku sembari menyugar rambutnya ke belakang yang sialnya justru membuatku salah fokus.

Damn, he is fucking hot.

Aku berjongkok mendekatinya, merapikan rambut cokelat keemasan miliknya dengan jemariku tanpa memedulikan bisik-bisik tetangga.

"Kau tahu," Theo menatapku dengan tatapan bertanya. "Kau tampan." bisikku lirih tepat di telinganya.

"Kau membuatku merinding." Pria itu mengelus lembut suraiku dengan menyelipkan beberapa helainya di belakang telingaku. "Sebaiknya kita masuk. Aku tidak ingin kau mendapat pandangan yang negatif dari mereka."

Aku melirik dengan ekor mataku ibu-ibu komplek beserta tukang sayurnya sedang menonton kami. Sial.

"Kau benar."

Aku beranjak dari posisiku yang terbilang cukup intim dan berjalan mendahuluinya memasuki rumah. Theo mengikutiku dan menutup pintu pagar tanpa menguncinya.

"Oh iya, aku belum menjawab pertanyaanmu yang tadi. Aku ingin menyetir karena sudah lama kakiku tidak menginjak pedal."

"Ya sudah." Theo mengambil posisi duduk di sofa ruang keluargaku yang berukuran sedang tapi nyaman. "Apa agenda kita hari ini?" Pria itu mengambil toples berisi kacang atom dan memakannya.

"Aku hanya ingin menikmati chocolate mouse di Roaster and Bear sebelum kembali ke Melbourne. Kau mau kemana memangnya?"

Theo menopang dagu dengan tangan kirinya sembari menatapku. "Malioboro? Kau tidak ingin kesana?"

"Kita kan baru saja dari sana seharian kemarin." Aku merebut toples berisi kacang atom dari tangannya. "Kau mau mencari apa sih disana?"

"Aku ingin membelikan oleh-oleh makanan untuk keluargaku."

Wait, what?

"Kau ingin mengirimnya ke Athena?" Aku memandangnya heran. "Ongkos kirimnya pasti tidak sepadan dengan harga makanannya kalau kau memakai paket kilat. Kecuali kau membeli satu kardus besar."

"Gabino dan Elma akan kembali ke Athena besok malam. Aku ingin menitipkan makanan itu pada mereka."

"Mrs. Neil dan Mrs. Leighton?"

"Yap. Aku hanya ingin membelikan beberapa macam snack khas Jogja yang paling tidak bisa bisa tahan lebih dari tiga hari."

"Kau tidak perlu ke Malioboro kalau begitu. Kuantar kau ke salah satu toko langgananku. Tokonya besar dan isinya relatif lengkap. Bagaimana?"

"Baiklah."

—////—

"Astaga, aku tidak tahu kalau kau bisa segila ini ketika menyetir!" Theo berkali-kali mengoceh dan menatap horor melihatku menerjang lampu merah, menyelip dari lajur kiri, dan mengemudi dengan kecepatan lebih dari 60km/jam di dalam kota.

Crown Prince of Greece (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang