Vote yaw!
Makasih!Grep...
Tubuh bergetar Jaemin tiba-tiba direngkuh oleh Renjun. Renjun memeluk erat tubuh bergetar itu, mencoba untuk menenangkan Jaemin yang terisak nangis
"Jaemmm hiks maafin Injun hiks, Injun gak maksud begitu kok, hiks hiks. Injun cuma gak mau Jaemin pergi, pergi seperti yang lain, saat bertemu Papa Injun. Papa Injun jahat Jaemm hiks, kamu gak akan kuat buat ketemu dia sekarang, hiks dengerin penjelasan Injun dulu yaaa" Renjun menggoyangkan tubuh Jaemin
"Iya" Satu kata yang diucapkan oleh Jaemin membuat hati Renjun agak lega
Renjun menyeret tubuh Jaemin kearah belakang sekolah, karena disana adalah tempat paling aman untuk bicara
Bahkan mereka sampai tak menghiraukan bunyi bel masuk yang telah berbunyi sedari tadi. Yang terpenting sekarang, adalah menyelesaikan kesalah pahaman ini
Belakang sekolah
Jaemin sudah cukup tenang sejak diperjalanan menuju ke sini. Ia sudah menghapus jejak air mata yang tadi mengalir. Dan sekarang, Jaemin harus berusaha tegar mendengarkan setiap penjelasan yang keluar dari mulut Renjun
"Jadi, cepat jelaskan" Ucap Jaemin tak ingin bertele-tele
"Baiklah"
"Sebelumnya, aku sudah pernah berpacaran sebelum dengan kamu Jaem, orang itu sama kayak kamu, kekurangan ekonomi. Atau gak sederajat sama keluarga aku. Papaku, dia tau perihal hubungan ku dengan pemuda itu, orang asing dikelasku tadi yang memberitahukan nya, namanya YangYang. Saat itu Papa meminta waktu untuk berbicara dengan pemuda itu, aku tak tau apa yang mereka bicarakan. Setelahnya, pemuda itu menghilangkan diri, dia tak pernah muncul lagi dihadapan aku. Karena itu, karena itu aku tak mau kamu seperti pemuda malang itu Jaem, hiks. Aku sangat membutuhkan mu, sangatttt. Karna kau, matahari ku. Bumi tanpa matahari, sama dengan kehidupan tanpa cahaya. Walau dulunya kamu hanyalah secercah cahaya kecil, semakin lama cahaya yang kamu berikan menuntunku untuk menuju ke cahaya yang lebih besar. Karena itu, jangan tinggalin aku Jaemmm"
"Kumohon hiks" Jelas Renjun panjang lebarBahkan ia sampai menangis
Dengan sigap Jaemin memeluk tubuh Renjun. Sungguh, ia tak tau perihal ini. Jaemin terlalu tersulut emosi tadi, bahkan sampai tak segan menggunakan kata 'lo-gue' dengan Renjun. Andai, andai saja manusia bernama YangYang itu tak muncul. Pasti keadaan tak akan serumit ini
"Maaf Njun, aku gak dengerin kamu dulu tadi, maaf" Jaemin dengan halus mengusap punggung bergetar Renjun
Tanpa sadar, ada seseorang yang memperhatikan mereka sambil tersenyum smirk dengan ponsel ditelinganya
"Ya, paman Huang. Aku sudah cukup memberi informasi, sekarang, kirimkan uangnya"
"..."
"Tentu saja, kapan aku pernah memberikan info palsu padamu"
"..."
"Ya, senang juga bisa bekerja sama denganmu"
🍃🍃🍃
Jam pulang sekolah
"Ck, Jeno kemana sih, katanya pengen nganterin pulang, tapi gak nongol nongol" Gerutu Haechan sambil menghentakkan kakinya
Tak berselang lama langkah kaki seseorang terdengar ditelinga Haechan. Haechan membalikkan badannya ingin menyapa dengan senyuman manis, namun semuanya kandas, saat yang datang bukanlah Jeno
"Ehm Chan" Dia Mark
"I–iya kak Mark" Cicit Haechan
"Jeno bilang dia gak bisa nganterin lo pulang, jadi dia nyuruh gue" Mark menggaruk tengkuknya yang tidak gatal
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴍᴀᴛᴀʜᴀʀɪ ᴋᴜ|ᴊᴀᴇᴍʀᴇɴ/ʀᴇɴᴍɪɴ(ᴇɴᴅ)✅
Fanfiction"ᴋᴀᴜ ᴛᴇʀʙɪᴛ ʜᴀʀɪ ɪᴛᴜ, ᴅᴀɴ ᴛᴇɴɢɢᴇʟᴀᴍ sᴀᴀᴛ ɪɴɪ"-ʜᴜᴀɴɢ ʀᴇɴᴊᴜɴ 🌱ʟᴏᴋᴀʟ ɪɴᴅᴏɴᴇsɪᴀ 🌱 ᴅɪʜᴀʀᴀᴘᴋᴀɴ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴠᴏᴛᴇ sᴇʙᴇʟᴜᴍ ᴀᴛᴀᴜ sᴇsᴜᴅᴀʜ ᴍᴇᴍʙᴀᴄᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ ɪɴɪ ᴍᴜʀɴɪ ᴅᴀʀɪ ᴋʜᴀʏᴀʟᴀɴ ᴇʀɪᴇ, ɴᴏ ᴄᴏᴘʏ ᴏʀ ᴄᴏᴘᴀs ᴄʟᴜʙ ᴊᴀɴɢᴀɴ ʀᴇᴘᴏʀᴛ ᴋᴀʟᴏ ɢᴀᴋ sᴜᴋᴀ. ɢᴀᴋ sᴜᴋᴀ sɪʟᴀʜᴋᴀɴ ᴛɪɴɢɢᴀʟᴋᴀɴ s...