Harapan

1.8K 239 19
                                    

Vote yaw!
Makasi!




Winwin masih belum membuka suara. Dan Jaemin sedari tadi hanya menunduk, menatap nanar lantai ruangan itu

"Tentang Renjun_"

"Saya tau, Renjun akan menikah minggu depan. Maaf, saya tidak bisa datang"

"Bukan it_"

"Dan lagi, saya harap Guanlin adalah orang yang baik, lebih baik dari kedua orang tua Renjun. Maaf saya lancang"

"Maksud_"

"Kalian tak pernah mengerti, bagaimana sakitnya Renjun saat kalian terus saja bertengkar. Renjun selama ini hanya mendapatkan kehangatan dari keluarga saya yang kalian bilang miskin. Hahh, takdir memang selalu tidak adil terhadap orang lemah semacam saya"

Jaemin berdiri, membungkukkan badannya sebentar

"Saya pamit, semoga Renjun hidup bahagia dengan Guanlin. Saya akan terus mengirim doa agar dia bahagia, walau bukan dengan saya. Dan anda, nona Dong, saya mohon jangan usik keluarga kecil saya atau apapun. Biarkan saya hidup tenang setelah kehilangan banyak hal. Terima kasih"

Jaemin berlalu dengan cepat, keluar dari ruangan itu dengan mata berkaca-kaca. Meninggalkan Winwin yang masih mematung disana

"Hiks, Renjunnnn" Tangis lirih Winwin

🍃🍃🍃

Jaemin berjalan gontai saat keluar dari ruangan itu. Air mata sudah tak bisa dibendung. Renjun, orang yang sangat ia cintai, mengapa, mengapa takdir sangat membencinya

"Hiks, sampai kapan, semua ini terasa menyakitkan. Aku tak sanggup, kenapa aku harus hidup jika harus terus tersakiti begini" Dilorong yang sepi, Jaemin mendudukkan dirinya

Terus saja menggerutu dalam tangisan lirihnya. Sembari memukul dada serta kepalanya, Jaemin, bodoh

🍃🍃🍃

Winwin sudah berada di rumahnya sekarang. Berjalan pelan menuju kamar sang anak, Renjun. Ia membuka pintu dengan pelan agar tak menganggu

Dan ternyata, Renjun sedang tertidur lelap, dengan selimut tebal yang membalut keseluruhan tubuhnya, hanya menyisakan kepala yang menyembul keluar

Hati Winwin sedikit hangat melihat Renjun yang tertidur dengan wajah damai. Seketika ia berpikir, selama ini ia tak pernah mengerti tentang keadaan Renjun. Seperti apa yang dikatakan oleh Jaemin

Winwin berjalan dengan santai menuju meja rias milik sang anak. Membuka satu persatu laci di meja itu, sampai akhirnya ia menemukan sebuah buku diary. Disana tertulis

Jurnal aku dan dia. Orang yang kusayang, Na Jaemin

Tak ingin membuang waktu, Winwin membuka lembaran pertama

Note 1;

-Pertemuan kita begitu singkat, namun, sikap jahil mu membuat aku tersadar, bahwa aku sangat membutuhkan mu. Dalam hidupku yang suram

Satu air mata kembali lolos dari pupuk mata Winwin. Mencoba mengelapnya dengan lengan baju, lalu kembali membuka lembar kedua

Note 2;

-Mengapa keluarga ku tak sama seperti keluargamu, Jaemin. Kehangatan yang kurasakan disana, jauh berbeda seperti dirumahku yang sebenarnya. Aku, benar-benar membenci keadaan keluarga ku

Badan Winwin bergetar, sungguh, ia tak tau kalau semua pertengkaran antara dirinya dan mantan suami akan berdampak begitu buruk pada Renjun

Mencoba untuk tetap tenang agar Renjun tak terganggu dan terbangun dari tidurnya. Kembali dibukanya lembaran ketiga

ᴍᴀᴛᴀʜᴀʀɪ ᴋᴜ|ᴊᴀᴇᴍʀᴇɴ/ʀᴇɴᴍɪɴ(ᴇɴᴅ)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang